Istri ke-7 - Bab 276 Pinjam Dulu Hpnya (2)

Keesokan harinya saat kerja, Melisa melihat asisten Lin sedang berjalan ke arah dispenser ingin mengambil air, dia pun mengambil gelasnya dan ikut kesana.

"Sekretaris Melisa..." Asisten Lin tersenyum dan menyapanya.

"Asisten Lin." Dia pun menyapanya kembali.

"Bagaimana? Masih terbiasa?"

"Lumayan." Melisa melihatnya dan bertanya: "Oyah, akhir-akhir ini tuan muda Qiao menyuruhmu mencari tahu keberadaan nona Susi?"

"Kamu kok bisa tahu?" Asisten Lin kaget.

"Aku dengar dari nyonya Qiao." Kata Melisa sambil tersenyum: "Ada perkembangan?"

"Tidak." Kata asisten Lin: "Sebenarnya tuan muda Qiao juga tidak harus menemukan nona Susi, makanya dia tidak menanyakanku juga."

"Kenapa?"

Asisten Lin menaikkan bahunya: "Tidak tahu, aku pikir tuan muda Qiao harusnya sudah mengerti, dia dan nona Susi sudah tidak mungkin lagi."

"Benar juga." Melisa mengangguk: "Kalau nona Susi sudah menikah, tuan muda Qiao pasti akan merestuinya bukan?"

"Iya, aku juga merasa begitu, lagipula tuan muda Qiao benar-benar mencintai nona Su." Setelah gelas asisten Lin penuh, dia pun berkata: "Aku pergi kerja dulu ya, kamu juga jangan kelamaan disini."

"Baik." Melisa mengangguk dan melihatnya pergi.

-----

Baru saja kelas selesai Susi pun menerima telepon Josephine, Josephine terdengar panik dan marah.

Susi pun kaget mendengar perkataan Josephine, Henry sudah punya calon istri? Tinggal di rumah keluarga Qiao?

Tinggal bertahun-tahun di rumah keluarga Qiao, dia paling mengerti sifat nyonya Qiao, nyonya Qiao paling benci wanita sembarangan di luar sana, kalau bukan wanita yang disukanya dia pasti tidak akan membiarkannya tinggal di rumah. Wanita ini bisa tinggal di rumah keluarga Qiao, mungkin memang bukan wanita biasa.

Susi menarik nafas dan berkata: "Sudah tahu."

"Lalu kenapa kamu sama sekali tidak sedih?"

"Ini hal bagus, kenapa aku harus sedih?" Susi berkata santai.

"Kamu..." Josephine pasrah: "Sudahlah, sia-sia aku sedih untukmu."

"Josephine, sudah kubilang berapa kali, aku dan Henry sudah tidak mungkin kembali lagi."

"Aku dan Claudius saja sudah bersama kembali, bagaimana mungkin kamu dan Henry tidak bisa? Aku tidak percaya." Josephine menghela nafas: "Ya sudah, kamu terus-terusan saja begitu, nanti setelah Henry menikah kamu baru menyesal."

Josephine pun menutup teleponnya, Susi terdiam, dia masih memegang hpnya, pandangannya tertuju ke Ethan yang ada di dalam kelas, walaupun terlihat tidak peduli, tapi di dalam hatinya sudah sangat kacau.

Kalau dia sendirian saja, dia mungkin masih bisa menahan dan menutup mata, terserah dia mau menikah dengan siapa, dia juga tidak harus dengannya. Tapi sekarang sudah ada Ethan, dia adalah ayah kandungnya, apakah salah kalau dia berbuat ini terhadap Ethan?

Saat dia melamun, tiba-tiba tercium aroma teh susu, dia pun menoleh dan melihat Freddy yang tersenyum dan berdiri di belakangnya, dan sengaja menyodorkan teh susu itu di dekat hidungnya.

"Sedang memikirkan apa? Serius sekali."

"Tidak ada." Susi menggeleng.

"Teh susu Taro yang kamu suka, aku sengaja pergi ke jalan Manhattan dan membelinya untukmu.." Freddy pun tersenyum dan menyodorkan sedotan itu ke mulutnya: "Ayo, sudah capek kan tadi di kelas, minum dulu."

"Tidak, kamu minum saja." Susi pun berjalan mundur.

"Minum dong, jangan sia-siakan niat baikku dong." Dia pun terus menyodorkan sedotan itu, Susi tidak bisa menghindar, setelah menjulingkan matanya, dia pun meminumnya.

"Enak?"

"Enak." Susi asal jawab saja, lalu menatapnya: "Kamu hari ini tidak ada kelas?"

"Ada, sudah selesai. lagipula aku tidak ada kerjaan jadi keluar jalan-jalan."

"Keluar jalan-jalan terus beli teh susu?"

"Iya."

"Santainya..." Susi pun menjulingkan matanya.

"Terharu tidak? Kalau terharu minum lagi, jadi tidak sia-sia aku kesana." Freddy kembali menyodorkan sedotan itu ke mulutnya, Susi meminumnya lagi dan berkata: "Sudah, aku tidak bisa minum lagi, dua hari ini perutku tidak enak."

"Perutmu sakit? Tidak apa-apa kan?"

"Tidak apa-apa, jangan heboh." Susi menunjuk ke kelas yang masih belajar.

Freddy pun mengangguk dan meminum teh susu yang baru saja diminum Susi.

-----

Sebelum pulang kerja, Henry Qiao tiba-tiba menerima SMS nomor asing yang mengirimnya sebuah foto.

Saat melihat foto itu dan melihat Susi, dia pun kaget, lalu memperbesar foto itu, masih ada tiga foto lagi, semuanya adalah Susi sedang bersama seorang pria asing meminum teh susu.

Dari sudut ini ekspresi Susi tidak terlihat jelas, malah ekspresi Freddy yang terlihat sangat jelas, dia terlihat sangat senang.

Henry Qiao pun melihatnya beberapa kali dan menaruh hpnya.

Sebenarnya siapa yang mengirimnya foto ini, sangat jelas pengirim foto ini tidak berniat baik.

Apakah itu Fanny? Saat ini selain dia sepertinya tidak ada lagi yang bisa berbuat ini.

Setelah terdiam beberapa saat, dia pun melihat kembali foto itu, dan mencoba mencari tahu keberadaan Susi. Lalu karena foto itu diambil dari tangga, tidak ada tulisan sama sekali, juga tidak ada tanda-tanda yang bisa dia ketahui, bahkan apakah ini di dalam negeri atau di luar negeri dia juga tidak bisa menebaknya.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, lalu Melisa pun berjalan masuk.

Saat Melisa berjalan masuk, dia tersenyum dan menatapnya: "Kakak, nanti tidak ada urusan lagi, kamu nanti pulang tepat waktu?"

Henry pun menjawabnya: "Malam aku ada janji dengan teman, kamu suruh supir antar kamu pulang saja."

Melisa pun melihat hp yang ada di mejanya, lalu mengambilnya dan menatap foto itu, mengerutkan alisnya dan menebak: "Kalau aku tidak salah tebak, ini sepertinya mantan istri kakak, nona Susi?"

"Iya." Jawab Henry Qiao.

"Pria ini siapa? Dia suaminya yang sekarang? Cepat sekali dia sudah nikah?" Melisa melihatnya, ekspresinya kaget.

"Tidak tahu, masalahnya aku sudah tidak tahu lagi." Henry Qiao pun menarik hp itu dan kembali melihat dokumen di atas meja.

Melisa melihat reaksinya, dan sepertinya dia tidak mencurigainya, dia pun merasa lega dan berkata: "Kakak kamu kerja saja, aku pulang dulu ya."

"Baik." Melihatnya pergi, pandangan mata Henry Qiao pun menjadi sinis.

Kalau Melisa tidak masuk, dia bahkan sudah lupa kalau di hidupnya sudah muncul lagi satu masalah baru, sepertinya dia lebih mungkin mengirim foto ini dari pada Fanny.

Saat ini kebutuhan sandang dan pangan saja sudah menjadi masalah bagi Fanny, mana mungkin dia masih bisa melakukan ini, kalau mau balas dendam dia juga pasti tidak akan menggunakan cara ini.

Dia menarik nafas, berdiri dan meninggalkan kantor.

-----

Henry Qiao pergi dari kantor, dia tidak ada janji dengan teman, juga tidak pulang ke rumah, tapi datang ke sekolah Jesslyn.

Dia menebak Josephine pasti akan pergi menjemput sendiri Jesslyn di sekolah.

Setelah menghentikan mobilnya di depan sekolah dan menungguh sejenak, akhirnya Josephine dan Jesslyn pun berjalan keluar dari dalam.

Jesslyn yang baru saja berumur tujuh tahun tingginya sudah sampai di dada Josephine, dia tumbuh cantik, dan yang paling tidak disangkanya adalah dia masih mengingat Henry Qiao.

Melihat Henry Qiao dia pun segera lari kesana, dan menjerit: "Paman...!"

Henry Qiao menahannya dan mengelus kepalanya: "Jesslyn sudah besar ya."

"Paman, kenapa paman sudah lama tidak melihat Jesslyn? Jesslyn sudah lama tidak bertemu paman."

Henry Qiao pun meminta maaf: "Maaf, paman sibuk terus, sekarang paman sudah datang melihatmu bukan?"

"Makasih paman."

"Paman bawa kamu makan dessert oke?"

"Oke." Jesslyn mengangguk senang: "Sudah lama aku tidak keluar makan dengan paman."

"Ayo, di dekat sini juga ada." Henry menarik Jesslyn dan berkata kepada Josephine: "Nona Bai, hari ini aku datang khusus untuk melihat Jesslyn, ayo makan bersama."

Josephine melihatnya, lalu melihat Jesslyn yang gembira, dia pun terpaksa mengangguk, dan pergi bersama mereka ke toko dessert.

Setelah sampai dan duduk, dia pun menyuruh mereka berdua memilih makanan untuk dipesan.

Saat Josephine sibuk melihat menu, Henry pun berkata: "Hpku ketinggalan di mobil, boleh tidak aku pinjam hp nona Bai untuk telepon ke rumah?"

"Boleh." Jesslyn sambil membantu Jesslyn memilih makanan sambil menyodorkan hpnya.

Hpnya tidak memakai password, Henry pun menekan tombol panggilan.

Riwayat panggilan Josephine akhir-akhir ini sangat simpel, Claudius di urutan pertama, ibu guru Lin di urutan kedua, dan yang ketiga... Susi!

Henry pun menekannya, lalu melihatnya sekilas, dan menghafal nomor Susi dengan cepat.

Setelah selesai, dia pun menelepon ke rumah keluarga Qiao, bibi Hong yang mengangkat telepon itu, dia pun berkata singkat: "Bibi Hong, malam ini aku makan di luar ya."

Lalu menutup telepon dan mengembalikan hp itu kepada Josephine.

Novel Terkait

Perjalanan Selingkuh

Perjalanan Selingkuh

Linda
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu