Istri ke-7 - Bab 280 Minum Alkohol Bersama-sama (3)

Susi menarik nafas, dan berkata, “Ibu, aku dan Tuan Henry........benar-benar tidak cocok, sifat kami sama-sama keras, terlalu keras kepala dan tidak mengakui kesalahan.”

“Tidak, Henry sudah berjanji kepadaku, dia akan mengalah nanti, dia akan berubah, dia benar-benar sangat menginginkan kamu kembali.”

“Ibu, kamu jangan menangis dulu, aku akan mempertimbangkannya.”

“Aku takut kamu pertimbangkan dan akhinrya kabur.”

“Tidak, aku tidak akan pergi.” Susi merasa lucu, Henry sudah mengancamnya seperti itu, mana berani dirinya kabur?

Meskipun Nyonya Qiao masih khawatir, tapi dia sudah mengatakan semua yang harus dikatakan, dia hanya bisa terdiam.

-------

Malam hari, Henry minum alkohol bersama dengan Claudius, hanya saja dari awal hingga akhir dia tidak mengatakan perihal Susi.

Henry tidak mengatakan apa-apa, Claudius juga tidak akan menanyakan bagaimana keadaanya, hanya saja setelah Henry terus meminum arak beberapa gelas, Claudius becanda, “Sepertinya kamu salah mengajak orang.”

Henry akhirnya menghentikannya, dan menatapi Claudius, “Waktu itu demi wanitamu, aku sudah menemanimu minum berapa banyak? Bukankah sekarang aku harus memintanya kembali?”

Claudius kembali membantah, “Kamu masih berani mengungkit masa lalu, jika bukan kamu aku tidak akan seperti itu.”

“Kenapa? jika kamu masih saja tidak senang kamu masih boleh memasukan aku kembali kepenjara.”

“Aku tidak berniat.” Claudius mengambil gelas dan meminum sisa araknya, lalu menatapi jam tangannya dan berdiri, “Aku masih punya orang tua dan anak dirumah, serta ada seorang istri kesayangan, aku tidak bergadang denganmu disini lagi.”

Seusai berkata, Claudius berjalan meninggalkannya.

Henry menatapinya, dan berkata, “Apa yang kamu sombongkan? Hanya kamu saja yang punya orang tua dan anak? Hanya kamu saja yang punya istri kesayangan?”

“Namun, istri kesayanganmu sudah sedang tertidur dirumah!” seusai Claudius berkata, dia kembali meninggalkan ruangan.

Sambil berjalan keluar, Claudius mengeluarkan telepon dan memberikan pesan kepada Susi, isinya singkat : Henry sedang berada di bar kamar 304, dia ingin mengobrol denganmu.

Seusai mengirimnya, dia mengelengkan kepalanya, dia tidak berani percaya bahwa dirinya juga mencampuri urusan orang lain layaknya seorang wanita.

------

Ketika Susi menerima pesannya, dia sudah bersiap untuk tidur, setelah ragu-ragu sejenak, dia bangkit dan mengganti pakaiannya.

Dia merasa dirinya masih belum mengobrol dengan formal dengan Henry, maka dari itu dia tidak begitu ragu-ragu dan pergi mencarinya.

Setelah dia menitipkan Ethan ke pembantunya di kamar tamu, barulah dia berangkat ke bar tersebut.

Dia masuk kedalam bar dan menemukan kamar 304, dari kejauhan dia sudah melihat ada dua pelayan wanita berbaju seksi masuk kedalam, Susi hampir balik badan dan pergi, namun terdengar suara Henry, “Bukankah tadi sudah bilang dengan kalian? Aku tidak butuh!”

Para wanita terus berkata, “Tuan Henry, tadi karena ada Tuan Claudius, tapi sekarang dia sudah pergi, biarkan kami menemanimu minum saja, jika tidak begitu sepi jika kamu minum sendiri.....”

“Minggir!” setelah Henry berteriak, barulah para wanita putus asa dan meninggalkannya.

Ketika mereka membuka pintu ruangan, mereka langsung melihat Susi yang berdiri didepan pintu, mereka melirik Susi bersamaan, lalu berkata, “Tidak perlu masuk, dia tidak perlu.”

“Kamu pendatang baru? Tidak tahu aturan.” Kata salah seorang wanita.

Susi melirik dirinya sendiri, hanya saja berpakaian sedikit seksi, apakah begitu mirip dengan pelacur?

Dia mengelengkan kepalanya dan masuk kedalam ruangan.

Ketika mendengar suara pintu dibuka, Henry langsung marah, “Bukankah aku sudah menyuruhmu minggir? Kamu.......”

Dia mengambil tisu di meja dan melemparkannya, untung saja bersebelahan dengan Susi, Susi tekejut, begitu pula dengan Henry.

Dia ingin mengambil kembali tisunya namun sudah tidak sempat, dia langsung bangkit dari sofa dan memegang tangan Susi, lalu bertanya dengan panik, “Istriku, bagaimana bisa adalah kamu? Kamu tidak mengatakannya tadi, apakah kamu terluka......?”

Susi Menatapinya, dan mengelengkan kepalanya, “Tidak.”

Barulah Henry lega dan bertanya, “Mengapa kamu kesini?”

“Bukankah kamu bilang kamu mau mengobrol denganku?” Susi menatapinya.

“Ah......., oh, benar, aku ingin mengobrol denganmu.” Dia bergegas menganggukkan kepalanya, saat ini mereka berdua langsung menyadari bahwa ini adalah ulah dari Claudius.

Henry menambahkan, “Oh iya, dimanakah Ethan? Apakah dia sendirian dirumah?”

“Bagaimana mungkin aku akan meninggalkannya sendirian dirumah? Aku sudah menyuruh pembantu untuk menjaganya.” Susi berjalan kesofa dan duduk, lalu menatapinya, “Apa yang ingin kamu obrolkan kepadaku?”

Henry mengikutinya kembali duduk ke sofa, dia tersenyum, “Sebenarnya aku juga tidak tahu harus mengobrol apa, aku sudah mengatakan semua yang harus aku katakan, jika aku terus mengulanginya kamu juga akan tidak sabaran, aku sudah berjanji dengan apa yang harus kujanjikan, sekarang aku menunggu balasanmu.”

“Kamu sudah mengatakannya hingga begini, apakah aku masih punya hak untuk menolak? Tenang saja, aku akan kembali ke keluarga Qiao akhir minggu ini.”

“Benarkah?” Henry senang.

Susi menganggukkan kepalanya, “Ibu juga sudah datang mencariku, aku sama sekali tidak bisa menolaknya.”

Senyuman Henry pudar, dan menatapinya, “Apakah tidak ada unsur lain sedikitpun selain dari ancamanku dan permohonan dari ibu yang membuatmu bersedia kembali ke keluarga Qiao?”

“Ada, demi perkembangan dan masa depan Ethan, kamu benar, aku tidak boleh karena keegoisanku, aku merebut haknya untuk mewariskan keluarga Qiao.”

“Terus?”

Susi menatapinya dan mengelengkan kepalanya, “Tidak ada lagi.”

Melihat muka kecewanya, dia berkata, “Kenapa? kamu masih berharap aku akan kembali kesisimu karena masih mencintaimu?”

“Apakah tidak boleh? Itulah yang paling kuharapkan.”

“Maaf, itu pasti akan membuatmu kecewa.” Susi mengangkat wine di meja dan meminumnya.

“Susi.......” Henry menatapinya dan memanggilnya, dan berkata, “Apakah kamu berani menatapi mataku dan mengatakan bahwa kamu sama sekali tidak berperasaan lagi?”

“Kemana kamu mempelajari itu? Menatapi matamu.” Susi meliriknya, dan kembali meminum wine.

“Apakah kamu tidak berani?” Henry menatapinya, lalu menurunkan winenya, “Kamu jangan hanya minum terus.”

“Apakah kamu mau minum atau tidak? Jika tidak aku akan pulang.”

“Kamu mau menemaniku minum? Kamu bisa minum berapa banyak?”

“Boleh dicoba saja.” Susi kembali meminumnya, lalu menunjukkan gelasnya ke Henry, “Tuan Henry, tidak hanya kamu saja yang suasana hatinya buruk, aku juga........”

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu