Istri ke-7 - Bab 247 Berpisah (1)

Sejak meninggalkan Jakarta, Susi sudah tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki, kalau Henry lebih teliti sedikit saja ia pasti tahu. Sayangnya saat ini kedua matanya sudah dibutakan oleh api kemarahan, sama sekali tidak merasakan ketidak dewasaan Susi.

Henry dari awal tidak pernah mempercayai Susi. Meskipun Susi terus menekankan bahwa ia tak ada hubungan dengan Claudius, ia juga tidak akan tahu mengapa!

Setelah lama berbelit-belit, Henry kelelahan hingga terengah-engah dan berbaring di atas tubuh Susi, tubuh mereka berdua dibanjiri keringat, mereka basah kuyup bagaikan sehabis mandi.

Tak berapa lama, Henry yang telah menenangkan napasnya akhirnya bergerak, ia berencana tubuh dari tubuh Susi.

Susi malah mencengkeram lengannya dan mengejeknya, "Segini saja? Kukira tubuhmu sudah pernah melalui ratusan perang, paling tidak harusnya bisa bertarung sampai pagi."

Napas Susi tetap tidak stabil, tubuhnya dari awal sudah kelelahan hingga terasa bagaikan mau patah, helaian rambutnya yang basah tersebar dan menempel di pipinya, sekujur tubuhnya, dari bawah ke atas menebarkan aura yang menggoda.

Henry menggenggam tangam kecilnya dan meletakkannya di bibir, ia mencium tangan Susi sambil mengangkat alis dan berkata, "Kau yakin mau bertarung denganku sampai pagi?"

"Memangnya kau bisa?"

"Kan bisa dicoba dulu?" Ujar Henry sambil menatapnya, kemudian mencium bibir ranumnya.

"Atau lain kali saja cari pacarmu dan cobalah," kata Susi berbalik dan duduk, Henry dengan sekuat tenaga menindihnya kembali, lalu tertawa jahat dan berkata, "Kenapa? Kamu mau mengobarkan kembali amarah yang baru saja aku padamkan dengan susah payah, bisa-bisanya malah minta berhenti?"

"Kalau iya kenapa? Kau mau menggigitku?"

"Tidak, aku tidak hanya akan menggigitmu, aku akan melahapmu," kata Henry sambil menggigit bibir Susi, tidak memberinya kesempatan untuk bicara lagi.

Tak berapa lama, Susi baru menghirup napas dan berkata, "Tidak kusangka ada saat di mana Tuan Qiao senafsu ini."

Henry berbisik di teliganya, "Kuharap dengan keteguhanku bertarung ini, kau bisa hamil dalam semalam."

Susi mengangkat kelopak mata memandangnya. "Apa katamu?"

"Kenapa? Tidak mau?" Tanya Henry sambil mengangkat bahu, "Tetapi barusan aku sudah menyanggupi ibu kalau aku akan memberinya cucu dalam waktu 1 tahun."

"Kau... Aku sudah pernah bilang aku tidak akan memberimu anak, kau sangat diperbolehkan mencari selingkuhanmu untuk melahirkan anak!" Seru Susi dengan wajah dingin.

"Anak dari selingkuhan hanya akan menderita dari kecil seperti Marco, aku tidak mau anakku melalui hidup seperti itu," ucap Henry sambil tersenyum kecil, "Jadi... Kalau mau melahirkan harus melahirkan baik-baik, harus melahirkan yang paling hebat, dan dilihat dari kedudukan dan parasmu, kau tidak ada duanya."

"Tidak mau!"

"Siapa suruh kau adalah istriku?"

"Kau boleh menikahi Fanny, aku rela mundur," ujar Susi.

Wajah Henry berubah sedikit, ia memandang Susi untuk beberapa saat, baru dengan wajah suram berkata, "Saat mengatakan kalimat itu, kau bahkan sama sekali tidak berpikir ya? Nona Susi?"

"Kalau kau mau anak, aku lebih baik cerai."

"Kenapa?"

Susi berkata, "Benar yang kau katakan, kalau mau melahirkan sekalian lahirkan yang bagus, aku tidak mau 10 tahun lagi saat aku sudah jelek dan tua nanti, aku masih membawa anak ke mana-mana untuk menangkapmu yang sedang berselingkuh, aku lebih tidak mau lagi suatu hari nanti muncul seorang ibu dan anak, yang mati-matian memintaku menyerahkan posisiku sebagai Nyonya Qiao."

"Intinya, kau ini merasa aku tidak setia padamu?"

"Aku tak peduli kau setia padaku atau tidak, tapi aku peduli kau perhatian pada anakmu atau tidak," ujar Susi, "Karena aku tidak mencintaimu."

Hati Henry bertambah murka, dengan sangat geram ia melontarkan sebuah kalimat, "Tenang saja, aku akan peduli pada anakku, kau hanya perlu tenang."

"Sudah kubilang tidak mau."

"Itu tidak tergantung padamu," ujar Henry lalu turun dari tubuhnya, lalu masuk ke kamar mandi sambil tersenyum dingin.

Susi juga turun dari ranjang, ia mencari obat pencegah kehamilan di dalam lemari namun tidak ketemu, ia terpaksa menutup kembali lemari itu, toh besok pergi beli juga tidak terlambat.

Terdengar suara percikan air shower dari kamar mandi, Susi mengenakan gaun tidurnya dan berdiri di sisi pintu, ia bertanya dengan suara tinggi, "Kudengar kau sedang memanfaatkan penyakit Claudius untuk memaksa Josephine kembali ke sisi Marco?"

Suara air di dalam kamar mandi belum berhenti, pintu tiba-tiba terbuka dari dalam, sosok Henry muncul di hadapannya.

Telanjang bulat dan basah kuyup, keluar begitu saja.

"Bukan memaksa, hanya transaksi yang adil," ujar Henry membenarkannya.

"Ini jelas-jelas memaksa,kau jelas-jelas tahu Josephine sangat mencintai Claudius, tidak rela membiarkannya mati," kata Susi sambil menatap erat-erat tubuhnya yang basah itu, tanpa sadar wajahnya merona.

"Penyakit Claudius bukan karena aku, aku punya hak untuk memilih tidak menyelamatkannya."

"Ia kan teman baikmu."

"Teman baik..." Gumam Henry sambil mengejeknya, ia kembali masuk dan mandi.

Susi ikut masuk, ia berdiri di hadapannya dan terus bertanya, "Kalau begitu apa kau pernah menanyakan pendapat Marco? Apa ia bersedia seumur hidupnya menghadapi wanita yang tidak mencintainya dan anak yang bukan anak kandungnya?"

"Marco sangat bersedia, ia hanya terlalu baik, ia tidak tega membuat Josephine sedih, sehingga ia baru membohongi diri sendiri dan orang lain bahwa ia sudah melepaskan Josephine," kata Henry sambil menariknya ke bawah shower, lalu melepas gaun tidurnya, sambil membantunya membasuh tubuh, Henry menggigit pelan telinga Susi dan berbisik, "Perasaan itu sama seperti perasaanku terhadapmu, jelas-jelas rindu namun tidak berani mengakui..."

"Jangan menjijikkan begitu, kau tidak seagung itu!" Seru Susi sambil mengusap butiran air di wajahnya, ia mengambil handuk bersih dari atas rak dan membalutkannya di tubuhnya, orang gila ini mandi pakai air dingin!

Susi menyedot ingus, lalu menatapnya dan berkata, "Tuan Qiao, aku mohon, jangan mengganggu mereka bertiga lagi oke? Josephine sudah menderita seumur hidupnya, benar-benar malang."

"Tenang saja, Marco akan sangat baik kepadanya."

"Kau benar-benar orang paling keras kepala di dunia."

"Kalau dibandingkan denganmu?" Tanya Henry menghampiri Susi sambil megusap air di rambutnya, lalu menatapnya dengan geram dan berkata, "Nyonya Susi, aku hari ini sudah sangat lelah, tidak mau membicarakan hal ini lagi, sebaiknya kau jangan memancingku."

"Baik, aku sudah berjanji pada Josephine untuk tidak memancingmu."

"Sekali lagi kau bahas hal yang berkaitan dengan mereka berdua, aku tak akan membiarkan Claudius bangun lagi untuk selamanya."

"Kau... Kau bahkan sampai mengancamku?"

"Kau kira aku tidak berani? Mau dicoba?" Ucapnya sambil meniup wajah Susi, lalu pergi melaluinya.

-----

Hati susi yang menanggung beban pikiran itu membuatnya hampir semalaman tidak bisa tidur, ia terus berbaring di kasur dengan mata terbuka, Henry di belakangnya sudah tidur dengan sangat nyenyak, memeluknya begitu saja dari belakang. Karena tidak biasa dipeluk, Susi selalu menyingkirkan lengannya, namun Henry selalu bisa memeluknya kembali.

Dengan demikian, Susi semakin tak bisa tidur.

Hingga pagi, ia baru tertidur, dan ia tertidur sampai siang.

Saat ia bangun, Henry sudah tidak ada di sana, memandang ranjang yang kosong itu, ia pun teringat kemarin malam, ia mengingat Henry berkali-kali menanamkan bibit di dalam tubuhnya.

Demi menghindari yang tidak-tidak, ia merangkak bangun, setelah membersihkan diri, ia mengambil tas dan kunci mobilnya dan bersiap untuk keluar, tetapi ponsel yang awalnya ia letakkan di atas meja tidak terlihat.

Ia mencari di seluruh ranjang, di bawah ranjang, tetap tak bisa menemukan ponselnya, ia pun memutuskan untuk turun dan bertanya pada bibi yang petugas kebersihan, kemudian ia malah mendapati bahwa kunci pintunya tidak bisa dibuka. Apakah kuncinya rusak? Ia pun mencoba membukanya lagi, ia menyadari bahwa pintunya jelas telah dikunci dari luar oleh seseorang.

Siapa yang mengunci pintu dari luar? Dalam hatinya muncul kecurigaan, ia menggedor pintu dan berteriak, "Halo? Bibi Hong...!"

Setelah memanggil-manggil dan tak ada yang menjawab, ia berlari ke teras dan berteriak ke luar, di bawah akhirnya ada orang yang menjawab, "Nyonya, saya akan segera ke sana."

Seorang gadis pekerja pun berlari naik, namun ia tidak membukakan pintu untuk Susi, ia malah besandar di pintu dan berkata, "Nyonya muda, silakan tunggu sebentar, saya akan segera membawakan makan siang Anda, apakah Anda butuh yang lain?"

"Cepat bukakan pintu," teriak Susi kehabisan kata-kata.

"Begini, Nyonya Muda, Tuan Muda tadi pagi memaksakan diri untuk pergi dengan Nyonya Besar, ia khawatir Anda sendirian akan berbahaya sehingga meminta kami menjaga Anda, tidak mengizinkan Anda keluar kamar."

Mendengar itu, Susi tertegun, ia belum sebodoh itu sampai tidak memahami kelakuan Henry.

Ia membawa Nyonya Qiao pergi, dan mengurungnya di dalam kamar tak lain adalah agar ia tidak keluar, tak bisa membeli obat, kemudian...

Sialnya ibu berada di sisinya, mereka berdua bertujuan membuatnya hamil, benar-benar keji!

Novel Terkait

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Ternyata Suamiku Seorang Milioner

Star Angel
Romantis
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
4 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
3 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu