Istri ke-7 - Bab 265 Ending 8 (1)

Tak lama setelah Claudius Chen pergi, Josephine Bai berjalan kembali.

Melihat ekspresi Susi tidak begitu baik, Josephine Bai duduk diatas kursi yang baru saja dia duduki tadinya, kemudian dengan khawatir dia bertanya: "Apa yang terjadi padamu? Apa yang dikatakan Claudius Chen kepadamu?"

Susi menstabilkan emosinya dan menggelengkan kepalanya, "Tidak berkata apa-apa, hanya mengatakan sesuatu tentang masa lalu."

"Masa lalu mu sewaktu Bersama Henry Qiao?"

"Iya ......."

Josephine Bai menatapnya: "Dilihat dari ekspresimu sepertinya kamu menyesal setelah melakukan ini?"

"Tidak." Susi menggelengkan kepalanya. Kemudian mengalihkan pembicaraan dan bertanya: "Bagaimana dengan Angie? Apakah dia sudah datang?"

"Oh, aku baru saja meneleponnya, dia mengatakan bahwa bayinya demam, dan menggantikan jadwal untuk mentraktir kita makan." Josephine Bai mengangkat bahu: "Tidak bisa dipungkiri. Sangat repot jika sudah memiliki anak."

"Ya, benar-benar merepotkan," Susi berbicara dengan sedikit bengong.

“Ya, ada rasa kebahagiaan dibalik kerepotan itu, perasaan ini akan dirasakan ketika kamu menjadi seorang ibu nantinya.” Josephine Bai mengucapkan sepatah kata, tetapi tidak sengaja menyakiti hati Susi. Wajahnya berubah seketika.

"Maafkan aku ........" Merasakan suasana hatinya sedikit berubah, Josephine Bai segera meminta maaf: "Susi, jangan salah paham ya, aku tidak bermaksud merangsangmu."

"Tidak apa-apa." Susi menggelengkan kepalanya, "Aku yang tidak menginginkan anak itu, lagipula kamu juga tidak mengatakan sesuatu yang salah."

"Tapi sungguh, pengguguran anakmu sangat disayangkan."

Melihat bahwa Susi tidak berbicara, Josephine Bai melanjutkan: "Susi, apakah kamu tahu mengapa Henry Qiao memaksamu untuk hamil? Karena dia tahu bahwa Claudius sedang mencari bukti tentang penculikan anak-anak, dia juga tahu bahwa Claudius tidak akan menyerah dan pasti akan memenjarakannya. Dia tidak tahu berapa tahun dia akan dihukum, dia takut kamu akan menikah dengan orang lain setelah dia dibebaskan, jadi dia ingin mengikatmu dengan seorang anak. "

Susi mendengarkan kata-katanya, dan dia menyipitkan matanya menatapnya, "Siapa yang memberitahumu?"

"Hmm ....... Claudius yang memberitahuku," Josephine Bai tertawa dan berkata: "Tapi ... Sebenarnya, Claudius juga hanya menebak, maksudku kamu bisa melihat sisi baik masalah ini, jangan hanya melihat sisi buruknya."

Susi tersenyum pahit dan menggelengkan kepalanya, "Claudius Chen, seseorang yang lebih bodoh daripada babi saat menangani perasaan sendiri. Namun saat melihat masalah orang lain malah sangat jelas dan rinci."

"Ini disebut pengamat dari luar masalah." Josephine Bai tersenyum dan berkata, "Seperti aku yang selalu dikatain bodoh oleh kamu dan Angie."

"Tapi Nyonya Muda Chen ......." Susi membungkuk dan menatap wajahnya dengan serius. "Aku tahu sekarang bahwa anggota keluargamu yang satu itu bukan hanya pintar tetapi juga tak tahu malu, kamu harus berhati-hati dalam menjalankan hubunganmu selanjutnya, jangan sampai kamu juga dihitung sampai tidak bersisa. "

Josephine Bai tanpa sadar gemetar dan menatapnya, "Mengapa kamu tiba-tiba mengatakannya dengan begitu mengerikan?"

“Tidak, aku baru benar-benar melihat jelas dirinya” Susi tersenyum pahit.

Claudius Chen dengan jelas menebak segalanya tetapi dengan sengaja tidak memberi tahunya, hanya karena khawatir dirinya tidak muncul di pengadilan untuk membantunya bersaksi, apakah tindakan ini tidak dikatakan tidak tahu malu?

Susi berdiri dari sofa: "Jika Angie tidak bisa datang, maka aku juga ingin pulang dulu. Ayo berkumpul di kemudian hari."

Josephine Bai mengikutinya bangkit dari sofa: "Kita bisa makan bersama."

"Lupakanlah, kamu dan Claudius Chen tidak bisa dipisahkan sekarang, aku tidak ingin mengganggumu."

“Jangan ngomong seperti itu dong.” Josephine Bai sedikit malu.

“Naiklah” Susi menepuk bahunya dan berbalik berjalan ke pintu kafe.

Setelah Susi pergi, Josephine Bai melihat jam pulang kerja sudah mendekat, dia pun kembali ke kantor Claudius Chen dan menunggunya pulang.

Claudius Chen melihat tampak khawatirnya dan tersenyum bertanya, "Ada apa? Nona Susi tidak ingin makan denganmu?"

"Ya." Josephine Bai berjalan menghampirinya dan menatapnya bertanya, "Aku benar-benar ingin tahu apa yang kamu katakan padanya, sehingga dia tiba-tiba memiliki pendapat sebesar itupadamu."

"Oh? Apa pendapatnya tentang aku?" Claudius Chen sangat tertarik.

“Dia mengatakan bahwa kamu pintar dan tidak tahu malu, dan menyuruh aku berhati-hati untuk tidak dihitung sampai tidak bersisa.” Ketika mengatakan ini, Josephine Bai sedikit tersenyum.

Claudius Chen juga tersenyum dan menariknya ke pangkuannya, "Jadi, bagaimana menurutmu? Apakah kamu akan dihitung sampai tidak bersisa?"

"Aku pikir ....... mungkin saja."

"Ya? Sayang, apa yang bisa aku perhitungkan lagi selain tubuhmu yang menawan ini?" Telapak tangan Claudius Chen pindah ke dadanya dan mengusapnya dengan lembut.

Benar juga perkataannya, Josephine Bai tadinya juga memikirkan hal yang sama ketika dia mendengar Susi berkata seperti itu.

Apa lagi yang bisa diperhitungkan oleh Claudius Chen?

Claudius Chen mencium bibir dan lehernya dan berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, tubuhmu hatimu dan jiwamu sudah menjadi milikku, aku sudah tidak ada celah untuk berhitung."

Josephine Bai tidak bisa menahan geli atas ciumannya, dan dia memutar-mutar tubuhnya dan memprotes: "Tuan Muda Chen, sekarang adalah jam kerja, bisakah kamu jaga image kamu sedikit? Tidak enak jika dilihat orang lain."

“Sekarang sudah waktunya untuk pulang kerja.” Claudius Chen mengoreksi, dan telapak tangan terus membelai di atasnya, keadaan menjadi semakin panas.

Josephine Bai tidak kuat melawannya, hanya bisa membiarkannya membelai dirinya....

-----

Susi memarkir mobil di bawah bangunan satu lantai tempat Fanny tinggal.

Kemudian arahkan pandangannya ke pintu masuk lift dan perhatikan orang yang keluar masuk di pintu tersebut.

Setelah menunggu lebih dari setengah jam, ada sosok yang menuju ke arah lift, yaitu Nona Fanny yang sedang ditunggu Susi.

Yang membuat Susi kaget adalah, Fanny yang berada di depan matanya sangat berbeda dengan Fanny yang dia temui saat di rumah sakit, Fanny yang sekarang mengenakan sepatu dengan hak tinggi sepuluh inci, dan mengenakan rok mini ketat seksi, dan perutnya yang semula bulat sekarang sudah rata.

Melihat Fanny seperti itu, wajah Susi penuh kejutan, terakhir kali dia melihat Fanny, jelas sekali perutnya membesar, tapi bagaimana dengan Fanny yang ada di depannya? Apa yang sedang terjadi? Apakah dia sudah megugurkan anaknya?

Dia sangat ingin menikah dengan Keluarga Qiao, bagaimana dia bisa rela menggugurkan anaknya? Bahkan jika Henry Qiao telah masuk penjara, dia hanya perlu menunggu selama tiga tahun untuk mewujudkan mimpi itu.

Melihat bahwa Fanny akan masuk, Susi segera membuka pintu mobil dan keluar dengan cepat mengejarnya.

"Nona Fang!" Dia berteriak.

Fanny mendengar seseorang memanggilnya. Ketika dia melihat Susi, dia jelas kaget, tangannya tanpa sadar memegang perutnya yang rata, dan wajahnya ditutupi dengan perasaan bersalah. Namun, dia dengan cepat menyesuaikannya dan bahkan tersenyum menghampiri Susi: "hai, Nona Su, lama tidak berjumpa."

Susi mengertakkan giginya dan melangkah maju dan menampar wajahnya: "Mengapa kamu melakukan ini?"

“Kamu berani memukulku?” Fanny yang mendapat tamparan segera membalasnya, Susi yang awalnya ingin maju lagi, tiba-tiba berubah pikiran karena memikirkan kondisi tubuhnya, kemudian dia melangkah mundur menghindari cakarannya. Sebaliknya, dirinya yang mengenakan rok dan sepatu tinggi runcing itu membuatnya tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya, kaki Fanny tersandung kemudian jatuh ke lantai.

"Aiyo ....." Dia merintih kesakitan, dia menggosok kakinya yang sakit sambil melototi Susi.

Melihatnya seperti ini, memikirkan apa yang telah dilakukannya terhadapnya baru-baru ini, Susi semakin marah, dan air matanya pun mengalir keluar.

Alis Fanny yang berkerut perlahan mengulur, dan kemudian tersenyum mengejek: "Lupakan saja, anggap saja kamu sedang melampiaskan emosimu, dibandingkan dengan sakit karena aborsimu, sakitku termasuk apa?"

Setelah dia tersandung dan bangkit kembali, matanya masih menatapnya: "Kamu ingin tahu mengapa aku melakukan ini semua? Tidak demi apa, hanya tidak ingin melihat kalian berdua hidup bahagia. Siapa yang menyuruh Henry Qiao selalu berteriak namamu ketika sedang berhubungan denganku? Siapa yang menyuruhnya meninggalkanku setelah menyuruhku menggugurkan anak. Dia tidak ingin aku melahirkan anaknya, aku juga tidak ingin kamu melahirkannya."

Novel Terkait

The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Menantu Bodoh yang Hebat

Menantu Bodoh yang Hebat

Brandon Li
Karir
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu