Istri ke-7 - Bab 178 Nyonya Jing (3)

Seusai menancapkan dupa, Nenek pergi ke depan pintu kayu yang terkunci itu. Pengurus He membukanya menggunakan anak kunci, lalu mendahului mereka masuk ke sana dan menyalakan lampu. Cahaya lampu kuning yang temaram membuat penglihatan tidak seberapa bagus, namun demikian Josephine langsung dapat melihat peti kristal yang tertutup kain sutra itu.

Peti itu sama persis dengan yang dilihatnya waktu itu, posisinya bahkan tidak berubah.

Saat Pengurus He bersiap membuka kain sutra itu, Josephine buru-buru menghentikannya, "Tidak perlu!"

Pengurus He mendongak menatapnya. Suara Josephine bergetar, "Aku...sudah pernah melihatnya waktu itu...tidak perlu lihat lagi."

Sebetulnya saat itu ia tidak melihat dengan jelas wajah perempuan dalam peti kristal itu. Ia juga sudah lupa bagaimana wujudnya. Saat ia melihatnya waktu itu, ia sudah ketakutan setengah mati. Sekarang ia tak ingin melihatnya lagi, ia tak berani.

Josephine berkata pada Nenek, "Nenek, beritahu kebenarannya saja padaku. Aku takut melihatnya."

Tapi Nenek tidak menuruti permintaannya, ia menarik kain penutup peti begitu saja. Josephine terkesiap, ia spontan menutupi wajahnya dengan tangan, tubuhnya gemetar hebat.

Ya Tuhan, belum pernah seumur hidupnya ia melihat orang mati, bahkan jenazah neneknya saja ia tidak pernah lihat. Dan kini, ia harus berada sedekat ini dengan mayat tak dikenal, bahkan berhadapan muka dengannya di tengah malam yang tak biasa seperti ini?

"Dia adalah kekasih Claudius di kehidupan sebelumnya. Claudius berhutang pada wanita ini," kata Nenek perlahan, sepatah demi sepatah, terdengar menyeramkan di tengah keheningan malam.

Josephine tertegun. Kedua tangannya yang menutupi wajah perlahan turun. Ia bertanya sambil memandang Nenek, "Nenek bilang apa?"

Kekasih Claudius di kehidupan sebelumnya? Jadi tokoh legenda ini benar-benar ada? Dia adalah wanita cantik yang sedang tertidur pulas di hadapannya ini? Josephine masih tak berani melihat wanita dalam peti itu, ia hanya memandang Nenek dengan penuh kekagetan.

"Kau tidak salah dengar," tatap Nenek, "Aku tidak tahu gosip seperti apa yang kau dengar di luar, tapi cerita itu bukannya tidak berdasar. Claudius berhutang pada seorang wanita di kehidupan sebelumnya, dan ia harus menebusnya di kehidupan yang sekarang. Ini adalah takdirnya, tak ada yang bisa mengubahnya."

Josephine memang pernah mendengar gosip tentang ini, tapi ia tak pernah percaya. Menurutnya, sekarang sudah zaman modern, tidak ada yang bisa dipercaya dari mitos-mitos masa lalu seperti itu.

Tapi ia tidak menyangka, kuil keluarga Chen ternyata masih menyimpan sosok wanita seperti ini.

Kekasih dari kehidupan sebelumnya, seberapa lamanya itu? Seratus tahun? Atau seribu tahun?

"Bagaimana cara menebusnya?" Josephine memandang lekat Nenek.

"Dengan menemukan kekasih yang sudah ditakdirkan bagi Claudius," Nenek ragu untuk sesaat sebelum mengungkapkan kalimat ini.

"Jadi ini alasan Nenek terus mencari kekasih yang ditakdirkan itu?"

"Benar, hanya dengan menemukannya, Claudius baru bisa melanjutkan hidup."

Hati Josephine terasa kacau, ketakutannya sama sekali tidak berkurang. Ia masih memiliki beberapa pertanyaan untuk ditanyakan, tapi tak tahu harus mulai dari mana. Beberapa detik kemudian, ia baru bertanya dengan suara bergetar, "Haruskah tetap membiarkannya di sini?"

Ia merasa bahwa menyimpan jenazah seseorang di rumah adalah hal yang benar-benar mengerikan dan tidak lazim. Kenapa tidak menguburnya dengan tenang saja? Ia tidak mengerti.

"Kau akan mengetahuinya nanti," Nenek mengakhirinya dengan nada datar, kemudian menggodanya sambil tersenyum dingin, "Kau tidak melihatnya? Dia benar-benar kekasih Claudius di kehidupan sebelumnya. Dialah yang menyebabkan Claudius menderita penyakit aneh, dan mungkin juga akan menyebabkan Claudius tak bisa bangun lagi di kehidupan yang sekarang. Ingatlah rupanya, sehingga kalau sampai Claudius tak bisa bangun lagi, kau masih bisa menemukan seseorang untuk dibenci."

Kata-kata Nenek lagi-lagi membuat tubuh Josephine mati rasa. Ia akhirnya mengalihkan pandangannya perlahan-lahan ke atas peti itu, menembus kristal bening, hingga terlihat wajah mungil wanita itu yang agak miring ke dalam, sama seperti waktu itu. Rambutnya seperti satin, ia tampak damai. Kalau bukan karena wajah pucatnya, ia sama sekali tak terlihat seperti orang mati.

Melihatnya, Josephine merasa kesulitan bernapas, tubuhnya lemas. Kedua kakinya tak mampu menopang lagi, ia pun terjatuh ke lantai.

***

Josephine terbangun dengan linglung. Ia tak tahu bagaimana ia bisa keluar dari kuil dan kembali ke kamar. Hingga Nenek kembali ke hadapannya, ia baru perlahan-lahan bangkit dari sofa dan berkata padanya, "Nenek...Aku selalu berpikir kalau kekasih yang ditakdirkan dan mitos itu semuanya bohong...Sebaiknya kita makamkan saja perempuan itu, jangan menakuti diri sendiri lagi..."

Pengurus He menyerahkan segelas air pada Josephine, "Nyonya Muda, minumlah dulu untuk menetralkan kekagetan Anda."

Josephine meminum habis air itu. Hatinya jadi sedikit lebih tenang.

Ia melihat Nenek duduk di sofa di hadapannya, mendengarkannya berbicara dengan nada lesu, "Aku menyuruhmu melihat 'Nyonya Jing' bukan untuk membagikan rahasia Claudius, melainkan untuk membuatmu sadar akan betapa pentingnya hal ini. Tapi tampaknya kau masih belum juga mengerti, sungguh mengecewakan."

Josephine memandangnya, tidak mengerti kenapa Nenek berbicara seperti itu.

Pengurus He menambahkan, "Nyonya Muda, maksud Nyonya Besar adalah, Tuan Claudius telah masuk ke fase yang membahayakan dalam hidupnya. Kalau Anda masih saja menyandang status Nyonya Muda dan tidak membiarkan Tuan menikah dengan kekasih yang ditakdirkan untuk dinikahinya, maka Tuan pasti akan celaka."

Josephine bukannya tidak bisa menebak maksud nenek, tapi pemikiran ini...

Ia memandang kedua orang itu dengan tatapan tidak percaya, "Yang dibutuhkan Claudius sekarang adalah pengobatan yang baik, bukan kekasih yang ditakdirkan dalam mitos itu."

"Hal ini tidak perlu kau percaya. Kalau kau masih ingin Claudius hidup, maka kau harus meninggalkannya. Claudius sudah tidak sadarkan diri selama ini, kalaupun ia bangun, keadaannya pasti lebih buruk dari sebelumnya. Kalaupun kali ini ia bisa selamat, kita tidak tahu apakah ia bisa melewatinya lagi lain kali."

Nenek meneteskan air mata sesudah berkata demikian. Nada bicaranya berubah jadi penuh permohonan, "Nona Bai, anggaplah aku memohonkannya padamu, ya? Tinggalkan Claudius, biarkan ia menikah dengan kekasih yang ditakdirkan untuknya, beri dia kesempatan untuk hidup."

Mendengar Nenek berbicara dengan nada seperti itu padanya, Josephine tak bisa berbuat apa-apa, "Nenek, jangan berkata seperti itu, aku tentu berharap Claudius bisa panjang umur, aku..."

"Kalau begitu tinggalkan dia."

"Aku..." Josephine berkata panik, "Nenek, apakah kau pernah memikirkan Claudius? Dia tak ingin bercerai denganku, dia sama sekali tidak ingin menikah dengan perempuan yang tidak dicintainya. Kalau aku pergi, dia pasti akan terpukul, lalu menyakiti dirinya sendiri seperti kali ini."

"Tenang saja, itu tidak akan terjadi," kata Nenek dengan sangat yakin.

Josephine tak mengerti, "Bagaimana Nenek bisa tahu?"

"Karena wanita ini bukanlah orang yang tidak dicintainya," jawab Nenek, "Sebaliknya, dia mencintainya lebih daripada dia mencintaimu. Kalau mereka menikah, Claudius pasti akan bahagia."

"Apa maksudnya?" Josephine amat sangat terkejut, ia tak bisa mengikuti jalan pikiran Nenek kali ini.

Wanita yang sangat dicintai Claudius? Selain Juju, siapa yang pernah dicintai Claudius?

Memikirkan Juju, hatinya seketika dipenuhi perasaan tak enak. Ia teringat perkataan Juju malam itu di apartemen.

Juju pernah membantahnya dengan berkata kalau ia ingin kembali bersama Claudius, ia hanya butuh Nenek untuk muncul dan membuat keputusan. Saat itu ia sama sekali tak mengacuhkan kata-kata Juju, tapi kini, ia baru mengerti.

"Kupikir kau pasti tahu hubungan Claudius dengan Nona Zhu waktu itu kan? Jujur saja, begitu pertama melihat perempuan tiu aku langsung tidak suka, tapi tidak ada cara lagi, siapa yang membuatnya menjadi kekasih yang ditakdirkan untuk Claudius? Aku hanya bisa menyuruhnya untuk menggantikanmu menikah dengan Claudius."

Juju! Ternyata benar Juju!

Josephine amat terkejut sampai tak bisa berkata-kata. Ia tak bisa membayangkan bahwa suatu saat Juju akan menjadi kekasih Claudius. Takdir, ternyata memang sangat menakjubkan!

Kalau memang benar adalah Juju, maka Claudius pasti akan bahagia menikah dengannya. Hal ini Josephine percaya.

Sepertinya semua sudah tahu tentang rahasia ini. Claudius tahu, Juju pun tahu, selama ini satu-satunya yang tidak tahu adalah dia! Tiba-tiba dia merasa sangat lucu, sekaligus menyedihkan. Ia tak tahu apa tujuan mereka menyembunyikan hal ini darinya.

Tidak benar. Kalau Claudius tahu Juju adalah kekasih yang dicari-cari oleh keluarga Chen selama 30 tahun, serta wanita yang harus dinikahinya di kehidupan ini, mengapa dia tidak menceraikannya dan menikah dengan Juju?

Setelah mengetahui bahwa Juju adalah kekasih yang ditakdirkan baginya, Claudius masih tetap memilih dirinya sebagai istrinya. Bukankah ini menandakan bahwa...cintanya pada dirinya lebih besar daripada cintanya pada Juju?

Menyadari hal ini, Josephine merasa tersentuh sekaligus sedih dan merasa bersalah. Claudius begitu tulus padanya, tapi ia malah melakukan kesalahan sekonyol ini, memberikan kesempatan pada Juju untuk menjebaknya!

Kambuhnya penyakit Claudius kali ini adalah ulahnya, semuanya disebabkan olehnya!

Novel Terkait

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
4 tahun yang lalu
King Of Red Sea

King Of Red Sea

Hideo Takashi
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu