Istri ke-7 - Bab 89 Pencemburu (1)

Mereka berdua pergi ke Water Park bersama, Claudius memarkir mobilnya, ia mengamati sekitarnya, ia melihat seorang penguntit di sudut parkiran. Ujung bibirnya bergerak, namun ia tak mengucapkan apapun.

Sepertinya nenek masih tak bisa berubah, suka mengirim orang untuk mengikutinya.

"Apa yang kau tertawakan?" Tanya Josephine bingung.

"Tidak ada, ayo jalan," kata Claudius sambil mengunci pintu mobil, lalu berjalan ke pintu masuk.

Josephine juga tak banyak bertanya, ia mengikuti dan menggandeng lengan Claudius.

Saat melewati toko makanan manis, Claudius tiba-tiba berhenti, ia menunjuk toko itu dan berkata, "Mau makan?"

Josephine berpikir sejenak, lalu tertawa gembira. "Kalau kau yang membelikan, akan kumakan."

"Memaksa sekali?" Kata Claudius sambil mengelus dagu Josephine dan tertawa.

Ia pun melepaskan Josephine dan berjalan maju.

Josephine memutar matanya saat melihat ia pergi, ia kehabisan kata-kata, ia kira Claudius akan mengantre sendiri untuk membelikannya, huh. Dikerjai lagi!

Tetapi terhadap Claudius, tak boleh berekspektasi tinggi, karena bagaimanapun orang sombong sepertinya sangat sulit berubah.

Setelah pikirannya tenang, ia tersenyum lagi, lalu berjalan mengikuti Claudius.

Melihat Josephine ternyata tidak mau makan, wajah Claudius nampak terkejut, tetapi ia tetap tidak pergi membelikannya, tapi tetap berjalan dengannya ke arah pantai.

*****

Setelah menerima foto yang dikirim detektif, Shella marah dan bangkit dari sofa, ia menghentakkan kakinya saat menaiki tangga. Ia masuk ke kamar ibunya.

Fransiska sedang memakai perhiasan di depan meja rias. Ia kaget karena Shella yang tiba-tiba masuk, melihat Shella nampak tidak senang, ia berkata, "Ada apa denganmu, membuatku kaget saja."

"Ibu, lihat orang rendahan yang tak tahu malu ini," ujar Shella marah sambil menyerahkan ponselnya ke wajah Fransiska,  "Tak heran ia terus-terusan menunda, sepertinya ia tak mau bertukar posisi denganku."

Fransiska memandang sekilas foto Claudius bergandengan dengan Josephine yang sangat mesra. Meskipun sedikit marah, namun ia tidak marah bersama Shella, malah menenangkannya, "Tak usah mempedulikan hubungan mereka sekarang bagaimana, kalau sudah sampai waktunya mereka berpisah ia akan pergi."

"Kurasa ia sudah dari awal jatuh cinta pada Claudius, kalau saat itu tiba ia akan mencintainya lebih dalam lagi, akan semakin tak bisa meninggalkan Claudius, lalu tak akan mempedulikan apakah adiknya hidup atau mati," kata Shella, ia mengirim mata-mata untuk mengikuti Josephine adalah karena khawatir akan hal ini. Tak disangka hubungan mereka sudah begini baik.

"Tenang saja, aku mengenal sikapnya, ia tak akan tidak mempedulikan keluarga hanya demi diri sendiri," kata Fransiska sambil tetap bercermin, ia akhirnya puas.

"Bu…"

"Sudahlah," kata Fransiska memutus ucapannya, lalu berbalik melihatnya, "Hal seperti ini tak perlu kau khawatirkan, kau didiklah dirimu sendiri baik-baik, suaranya, ekspresinya, hobinya, kau harus sedikit demi sedikit mempelajarinya, kalau tidak nantinya saat masuk ke keluarga Chen dan ketahuan, kau dan keluarga kita akan mampus."

Memikirkan hal ini, Shella sebal hingga mengerutkan dahinya, tetapi demi masa depan ia harus menahannya.

"Tenang saja, aku akan mendidik diriku baik-baik."

"Jangan lupa Claudius Chen itu sangat cermat, " kata Fransiska mengingatkan.

“Bu, kalau kau memintaku mempelajari istri orang kaya atau orang elite, itu akan benar-benar mudah, tetapi mempelajari seorang yang kampungan benar-benar sulit," kata Shella, meskipun tau ia tak punya pilihan lain, ia masih tak tahan ingin mengeluh. "Menurutmu apakah ia benar anak kandung keluarga Bai? Mengapa di dalam rusuknya malah tak ada sedikitpun tanda perempuan elite?"

"Kalau tak ada, dulu perempuan itu tak akan membawanya untuk menjodohkannya," ujar Fransiska sambil tertawa dingin, ia menepuk bahu putrinya, "Sudah, jangan mengeluh, siapa suruh kau awalnya tak berani menikah?"

"Aku…" Ucap Shella gelagapan, mukanya langsung berubah kesal. "Sudahlah lupakan, sekarang mau bilang apapun sudah terlambat, aku pergi jalan-jalan sebentar."

"Kau mau pergi?" Tanya Fransiska sambil mengerutkan kening.

Shella tahu apa yang ia khawatirkan, ia pun meyakinkan ibunya, "Ibu, tenang saja, aku akan menyamar dengan baik, dan aku akan sebisa mungkin berusaha menghindari bertemu dengan orang keluarga Chen."

Setelah itu, Shella pun meninggalkan kamar ibunya.

Demi meniru Josephine, Shella yang mempertahankan rambut pendek selama 20 tahun itu terpaksa diam-diam memanjangkan rambutnya, bahkan tahi lalat di sebelah matanya pun sudah dihilangkan, ia masih harus memaksakan diri mempelajari ekspresi dan kebiasaan bergerak Josephine.

Pokoknya dalam jangka waktu itu, ia harus mempelajari sangat banyak hal, ia juga hampir stress karenanya.

*****

Pergi keluar kali ini sangat lancar, pasangan itu tak hanya ke Water Park, mereka juga pergi makan malam, setelah makan malam Claudius juga menyetujui permintaan Josephine pergi jalan-jalan di sekitar sana.

Hingga jam 9 malam lebih, Josephine baru menyadari kedua kakinya kelelahan hingga mati rasa, ia diam-diam melirik Claudius, ia menyadari wajahnya sudah nampak tidak sabaran.

Meskipun ia sangat menyayangkan kesempatan berduaan seperti ini, tetapi ia tak ingin menyusahkan tuan muda satu ini, terpaksa ia berkata, "Mari kita pulang."

Sebenarnya dari dulu ia tak pernah berinisiatif duluan untuk pulang, ia sendiri juga tak menyangka.

"Benar?" Tanya Claudius sambil menunduk memandangnya.

"Benaran," kata Josephine sambil mengangguk.

Claudius sama sekali tidak tertarik untuk jalan-jalan dan belanja, mendengar Josephine berkata begitu ia juga tidak merasa tidak enak, ia pun pergi ke parkiran.

Claudius mengambil mobil di parkiran, Josephine menunggu di pintu keluar.

Di sebelah restoran ada sebuah toko ibu dan anak yang sangat besar, kebetulan mereka sedang mengadakan promo dalam rangka ulang tahun toko,

Josephine tak tahan untuk melangkah maju dan melihat berbagai peralatan ibu dan anak di dalam toko.

Kalau saja ia tidak datang dengan Claudius, ia pasti akan masuk dan melihat-lihat sampai puas, sayangnya ia hanya bisa berdiri di luar memandang dari jauh begini.

Claudius menyetir, sekejap setelah melihat wajah Josephine yang terobsesi pada toko ibu dan anak, ia membunyikan klakson, Josephine malah tidak bereaksi.

Kota ini sangat ramai, kalau menekan klakson terus tidak baik, Claudius terpaksa mengambil ponsel menelepon Josephine. Mendengar bunyi ponselnya, Josephine baru kembali sadar, mendengar nada dering khusus Claudius ia langsung tahu apa yang terjadi.

Ia menoleh, sesuai dugaan, mobil Claudius sudah berhenti di tempat menunggu.

Benar-benar, bisa-bisanya di saat penting begini ia melamun.

Ia dengan cepat berjalan ke mobil, lalu ia membuka pintu dan duduk dengan wajah bersalah. "Maaf, aku tadi tidak melihatmu."

Claudius melihat toko ibu dan anak itu, lalu memandang Josephine. "Kau tertarik pada barang semacam itu?"

Novel Terkait

Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu