Istri ke-7 - Bab 105 Kenangan indah terakhir (1)

Josephine tahu Claudius suka sendirian, dan yang paling utama adalah dia sedikit tidak ingin tinggal sekamar dengan Claudius, mungkin karena sekarang mereka di Surabaya, tempat yang paling dekat dengan neneknya.

Namun ketika dia masih sedang bimbang, lengannya sudah digandeng oleh Claudius, dan tubuhnya sudah ditarik Claudius masuk ke kamar, dan di belakangnya adalah pintu yang sudah tertutup.

"Keluar rumah, bukannya kita seharusnya saling menjaga? Apa yang harus kulakukan kalau kamu bersembunyi di sebelah dan membawa orang masuk?"

Josephine terdiam, menatapnya dan melawan: "Claudius, kamu lihat kondisiku sekarang, menghindar dari suami sendiri saja sudah kewalahan, apakah masih bisa selingkuh?"

"Siapa tahu?" Claudius meninggalkannya dan berjalan ke kamar mandi, ketika dia keluar dia sudah memakai baju tidur yang nyaman, kemudian berjalan ke kasur, membuka selimut dan masuk ke dalam selimut.

Setelah berbaring, Claudius melihat Josephine masih duduk di sofa tidak tahu melakukan apa, dia pun berkata: "Kamu tidak ngantuk?"

Bangun begitu pagi ditambah perjalanan selama setengah hari, Josephine tentu saja ngantuk, dia berdiri dari sofa dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian mengganti pakaiannya ke baju tidur yang disiapkan oleh hotel.

Kasur hotel adalah kasur selebar 2 meter, dua orang berbaring di atas kasur sama sekali tidak akan bersentuhan, Josephine melihat Claudius yang sudah menutup mata, berputar ke sisi lain kasur dan duduk.

Baru saja Josephine berbaring, ponsel Claudius yang terletak di meja berbunyi, berbunyi sekian lama juga tidak melihat Claudius bergerak, Josephine pun bangun bermaksud mengambilkan ponselnya.

Namun, saat ini Claudius berkata: "Tidak usah." Kemudian, dia bangun dan berjalan ke arah meja.

Tidak tahu siapa yang menelponnya, seperti sedang mengajaknya makan, Josephine hanya mendengar Claudius menolak orang itu dengan sopan dan pasti.

Claudius sambil berbicara sambil berjalan ke balkon, ketika dia sampai ke balkon, pembicaraan telepon juga sudah berakhir, Claudius pun berbalik kembali, namun tidak kembali ke sisi kasurnya tadi, namun ke sisi kasur tempat Josephine berbaring, membuka selimut dan berbaring.

Josephine dengan kesal bergeser sedikit ke dalam, menyampingkan tubuhnya membelakangi Claudius dan menutup matanya.

Setelah Claudius berbaring di dekat Josephine, lengannya melewati tubuh Josephine dan jatuh ke perut Josephine, dengan ringan mengelus perutnya.

Mungkin karena baru pertama kalinya, tubuh Josephine seketika menegang, tidak jelas apakah karena senang atau karena ketakutan.

Dan reaksinya bisa dirasakan dengan jelas oleh Claudius, Claudius menopang tubuhnya dengan bahunya dan melihat Josephine, kemudian bertanya: "Kenapa? Tegang?"

"Apa mungkin bisa tidak tegang?" Josephine menggumam.

"Kenapa tegang? Takut aku melakukan sesuatu kepadanya?"

Josephine terdiam, dia sedang memikirkan pertanyaan Claudius, kenapa dia bisa setegang ini? Apakah karena sebelumnya ditakuti oleh Claudius, dan hatinya masih tersisa ketakutan?

"Aku sudah setuju kamu melahirkan dia, tidak akan melakukan hal yang jahat lagi, karena dia juga adalah anakku." Claudius kembali mengelus perutnya yang buncit, berkata di telinganya: "Tenang, aku tidak akan menyakitinya."

Mendengar Claudius berkata seperti itu, Josephine pun relaks, namun reaksi Josephine yang seperti ini, malah membuat Claudius merasa tidak puas, menggigit leher Josephine sebagai hukuman: "Ternyata di dalam hatimu, aku adalah orang yang begitu kejam."

Josephine menarik nafas dingin, berpaling melihat Claudius: "Kalau bukan karena sebelumnya kamu memaksaku, apakah aku akan setegang ini?"

Claudius menatapinya, kemudian mengangguk: "Baiklah, aku yang salah."

"Tentu saja kamu yang salah." Josephine berkata dengan tidak segan: "Kamu tunggu saja, ketika anak ini sudah besar, aku akan mengatakan semuanya tentang kejahatanmu, biar dia membencimu seumur hidup."

"Kamu berani!"

"Apa yang tidak berani kulakukan?" Asalkan dia bisa menemani anaknya sampai sebesar itu, dia diam-diam merasa sedih di dalam hati.

"Yang kamu lakukan adalah sengaja merusak keharmonisan keluarga." Claudius memindahkan tangannya ke pinggang Josephine, sambil membuat Josephine geli sambil mengancam: "Kalau di masa depan hubungan anakku dan aku tidak baik, aku tidak akan melepaskanmu, aku akan membuatmu membayar dengan harga tinggi, dan juga......"

Josephine merasa tidak nyaman digelitik oleh Claudius, sambil mendorong tangan Claudius sambil berkata dengan nafas terengah-engah: "Claudius Chen, jangan gelitik aku, aku sekarang tidak bisa.....!"

"Justru mau memilih waktu dimana kamu tidak bisa melawan, membuatmu tidak bisa melarikan diri."

"Kamu......psikopat!"

"Siapa suruh kamu memprovokasiku?" Claudius berkata kemudian bermaksud menggelitiknya lagi, kebetulan di saat ini ponselnya berbunyi lagi, dia pun terpaksa mengambil ponselnya dari meja dan mengangkat telepon.

Lagi-lagi percakapan yang sopan dan terasa jauh, melihat samping wajah Claudius yang datar, Josephine tidak bisa membayangkan kalau dia adalah orang yang sama dengan orang semenit yang lalu yang memeluknya dan menggelitik pinggangnya, ini jelas-jelas adalah orang yang berbeda!

Setelah berbicara satu dua kalimat, Josephine pun mendengar Claudius berkata: "Maaf, Direktur Zhou, aku dan istriku datang bersama, aku harus makan malam dengannya..... Tidak.... Dia sangat malu, tidak suka makan dengan orang asing.... Terima kasih.... Sampai jumpa."

Claudius mengakhiri pembicaraan telepon, kemudian menon-aktifkan ponselnya.

"Sangat sibuk?" Josephine berbalik badan dan menggunakan lengannya sebagai bantal, mengamati Claudius dan bertanya.

"Tidak, hanya bos-bos perusahaan yang mencari kesempatan untuk mengajak makan." Claudius meletakkan ponsel yang sudah dinon-aktifkan kembali ke meja.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak setuju?"

"Bukannya aku sudah bilang, malam ini menemani istri."

"Sangat pintar berbicara, jelas-jelas kamu yang tidak ingin pergi, tapi malah menggunakanku sebagai alasan untuk menolak." Josephine tidak percaya Claudius bisa melepaskan kesempatan makan bersama orang lain demi dia, ini juga tidak sesuai dengan karakter Claudius.

"Jadi maksudmu tidak usah aku temani?" Claudius berdiri melirik Josephine dan menaikkan alisnya.

Josephine melihatnya dan menjawab: "Aku terserah."

"Ternyata aku yang berpikir terlalu banyak." Claudius sedikit merasa terluka, namun dia sudah biasa dengan ketidakpedulian perempuan ini terhadapnya, jadi dia tidak bertanya lagi, dan kembali memeluknya, mengelus perutnya dengan ringan dan berkata dengan suara rendah: "Demi anak ini, aku mengalah."

Dia mengalah, menahan kelakuan Josephine yang tiba-tiba menjauh tanpa alasan, menahan kebencian yang selalu terlihat diwajah Josephine ketika melihatnya, mungkin tidak semuanya demi anak ini, juga demi hatinya yang tidak rela.

Perasaannya terhadap Josephine, sudah melewati batas yang bisa dikontrol olehnya, dia adalah perempuan pertama yang bisa menggerakkan hatinya selain nona zhu!

Di dalam hati Josephine diam-diam tersenyum pahit, demi anak, dia juga mengalah!

********

Novel Terkait

Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
4 tahun yang lalu