Istri ke-7 - Bab 272 Ending 15 (3)

"Claudius Chen, jelaskan kepadaku!" Josephine dengan marah menarik wajah Claudius menghadapnya, memelototi Claudius: "Kamu mempermainkanku, kan?"

"Sayangku, jangan marah." Claudius mengelus perut Josephine yang rata: "Marah tidak bagus untuk bayi, kita dengan susah payah baru berhasil, benar tidak?"

"Claudius, kamu.....!" Josephine emosi.

Claudius membungkuk dan mencium bibir Josephine yang cemberut: "Pulang ke rumah terserah kamu bagaimana menghukumku."

"Kamu......kurang ajar!"

"Maafkan aku." Claudius berkata menghibur: "Aku hanya tidak ingin kamu mengalami kesakitan ketika melahirkan lagi, oleh karena itu tidak ingin kamu melahirkan lagi, tapi belakangan melihat kalian semua sangat menginginkan anak, aku pun menyerah."

Claudius berbalik badan memberi tanda kepada Jesslyn, Jesslyn pun langsung membuka mulut: "Ibu, kamu maafkanlah ayah, ayah sangat mencintaimu."

"Tapi dia mempermainkanku."

"Ayah, kamu kenapa mempermainkan ibu?" Jesslyn berpaling ke arah Claudius.

Claudius dengan suara kecil mengingatkan Jesslyn: "Keluarga damai segalanya lancar, sayangku, kamu putuskan dulu kamu memihak siapa."

"Oh, ibu, ayah sudah tahu dia salah, ibu berikan ayah satu kesempatan lagi."

"Hmph!" Josephine mendengus, kemudian memalingkan wajahnya.

Dia terdiam sejenak, kemudian berbalik badan melihat Claudius, membungkuk dan memungut buket bunga yang terjatuh di lantai: "Kalau begitu tidak ada gunanya aku merebut bunga ini? Aku tidak bisa menikah? Aku lagi-lagi tidak bisa memakai baju pengantin?" suara Josephine semakin lama semakin tinggi, semakin lama semakin sedih.

Claudius segera memeluknya dan menghiburnya: "Tidak usah khawatir, sudah hamil juga bisa pakai baju pengantin."

"Tidak sama, memakai baju pengantin ketika hamil tidak cantik."

"Tidak mungkin, tunggu 3 bulan setelah kehamilanmu stabil, perutmu masih belum membesar, tetap cantik memakai baju pengantin."

"Tapi di acara pernikahan aku tidak boleh berlari dan melompat, sama sekali tidak seru."

"Kalau begitu...." Claudius berpikir sejenak: "Kalau begitu tunggu si bayi lahir kita baru adakan acara pernikahan, dengan begitu kamu pun boleh berlari boleh melompat, bahkan boleh berguling-guling di lantai."

Josephine tetap menggelengkan kepalanya: "Tunggu si bayi lahir sudah 1 tahun kemudian, satu tahun kemudian kita sudah lebih tua, akan semakin ditertawai orang."

"Kalau begitu....." Claudius terus memikirkan cara: "Gugurkan anak?"

"Kamu sudah gila!"

Claudius tertawa, dia tahu Josephine pasti akan bereaksi seperti ini.

"Kalau begitu kamu coba katakan, kamu ingin bagaimana, aku menurutimu saja." Claudius menunjukkan wajah menurut.

Josephine berpikir sekian lama, dia juga tidak kepikiran ide yang bagus.

Akhirnya dia pun menghela nafas panjang: "Sudahlah, kita bahas lagi setelah melahirkan."

"Lihat tampangmu yang sedih ini." Claudius menatapi Josephine sambil tersenyum.

*****

Setelah melewati susunan acara pernikahan seharian ini, Marco dan Belinda hampir mati kelelahan.

Namun ketika mereka berdua kembali ke kamar pernikahan mereka, kelelahan di wajah dan tubuh mereka seketika menghilang, digantikan dengan kecanggungan.

Selain malam di mana mereka mabuk, kedua orang yang bahkan tidak pernah bergandengan ini, tiba-tiba masuk ke kamar yang penuh dengan suasana malam pernikahan ini, mereka pun merasa canggung.

Nyonya Yan menggendong Chloe dan berkata kepada mereka: "Malam ini Chloe tidur di kamarku saja, kalian berdua nikmatilah malam pertama kalian."

"Ibu, Chloe harus minum susu di tengah malam."

"Tidak apa-apa, ketika dia mau makan aku baru bawa dia kesini."

"Repot sekali."

"Tidak repot, sama sekali tidak repot." Nyonya Yan mendesak mereka: "Sudah, begitu saja, kalian juga sudak lelah, cepat mandi dan istirahat."

Kemudian, Nyonya Yan langsung berbalik badan dan berjalan menuju kamarnya.

Di dalam kamar tersisa Marco dan Belinda, keheningan yang datang seketika lagi-lagi membuat mereka merasa canggung.

Setelah sekian lama, Marco baru berkata: "Belinda, kamu pergi mandi dulu." Kemudian, dia pun menarik Belinda ke depan cermin: "Sini, aku bantu kamu melepaskan aksesoris rambut."

Marco baru pertama kalinya membantu perempuan melepaskan aksesoris rambut, gerakannya sedikit lambat namun tetap sangat lembut, setelah melepaskan semua aksesoris rambut Belinda, dia pun membantu Belinda menarik resleting gaunnya, kemudian berkata: "Sudah."

Setelah Belinda selesai mandi, untuk menenangkan ketegangan hatinya, dia pun mengambil kamera di atas meja dan duduk di atas kasur sambil melihat foto acara pernikahan hari ini, ketika dia melihat sampai foto terakhir, Marco pun keluar dari kamar mandi, dia telanjang dada, keluar membawa aroma seksi.

Belinda mengangkat kamera dan berkata: "Foto di dalam banyak yang lumayan bagus, kamu mau lihat?"

Marco berjalan mendekati Belinda, kemudian mengambil kamera dari tangan Belinda, tapi dia tidak melihat foto yang ada di kamera, malah menaruh kamera ke meja samping kasur dan berkata dengan suara lembut: "Sudah terlalu malam, besok saja."

"Baik, kalau begitu tidurlah." Belinda berbalik badan menghindar dan bermaksud naik ke kasur dari sisi lainnya.

Marco mengangkat tangan dan menangkap pergelangan tangan Belinda, kemudian menariknya, Belinda pun terjatuh ke atas kasur.

Marco mendongakkan wajah Belinda dengan jarinya, menunduk kemudian mencium bibir Belinda. Ketika dia bermaksud mencium kedua kalinya, Belinda memalingkan wajahnya, menahan tawa dan berkata: "Terasa sangat aneh...."

Marco tertawa: "Sayang kamu sekarang tidak boleh minum alkohol, kalau tidak kita boleh minum dua gelas dulu."

"Iya, sayang sekali...."

"Tidak apa-apa, lama-lama juga terbiasa." Marco berkata.

"Kamu sepertinya lumayan berpengalaman?"

"Tidak...." Marco menggelengkan kepala, kemudian kembali mencium bibir Belinda.

Kali ini bukan hanya sekedar mencium, namun mencium lama dan dalam, pikiran Belinda perlahan-lahan kosong. Dia membuka matanya menatapi wajah tampan yang familiar di depannya, perasaannya sangat aneh dan malu....

Marco membungkuk dan menekan Belinda di atas kasur, tertawa ringan dan berkata: "Tutup matamu."

Belinda menurut dan menutup kedua matanya, kedua tangannya dengan bimbang merangkul leher Marco, hatinya perlahan-lahan pun terbuka.

Marco adalah suaminya, adalah ayah kandung Chloe, dia bagaimana bisa merasa canggung dengan ciumannya?

"Belinda, terima kasih kamu bersedia menikah denganku, bersedia melahirkan Chloe untukku." Terdengar suara gumaman lembut Marco di samping telinganya: "Dan juga.... bersedia membiarkanku memelukmu dan menciummu seperti ini."

Belinda membuka kedua matanya dengan perlahan, menatapi Marco dan berkata: "Tidak usah berterima kasih, sudah seharusnya."

Marco tertawa mendengar jawaban Belinda yang polos, kemudian menatapi dia: "Kalau begitu....kita sudah boleh mulai?"

Belinda mengangguk, ekspresinya tetap terlihat polos.

Sampai ketika dia merasa tubuhnya dingin, pakaiannya satu persatu dilepaskan, dia baru kembali menutup matanya, tersipu merasakan keberadaan Marco di tubuhnya.

Perasaan ini sangat asing, tapi juga sangat bahagia.

Dia seketika mulai tenggelam....

*****

Setelah pulang dari rumah, Josephine langsung mengambil alat cek kehamilan dan berlari ke kamar mandi untuk mengecek, tanpa disangka begitu cek dia benar-benar hamil.

Menatapi dua garis merah di atas alat cek kehamilan, dia langsung kegirangan dan berlari keluar dari kamar mandi.

Begitu melihat ekspresi Josephine, Claudius langsung tahu tebakannya tepat, dia pun membuka kedua lengannya dan memeluk Josephine: "Hati-hati,hati-hati...Jangan lupa kamu sekarang adalah ibu hamil."

"Oh, benar." Josephine mengangguk, kedua tangannya merangkul leher Claudius sambil tertawa berseri-seri: "Tebakanmu tepat....Aku hamil, Jesslyn sudah mau punya adik."

"Benar, aku lagi-lagi sudah mau jadi ayah." Claudius memeluk Josephine, menciumnya dan berkata: "Terima kasih."

"Bukan, seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu, meskipun kamu sedikit kurang ajar, tapi aku tetap sangat senang." Josephine tidak bisa menahan diri dan melompat di dalam pelukan Claudius.

"Aku hanya ingin kamu bahagia."

"Mmm... Suamiku, aku mencintaimu." Josephine mencium bibir Claudius.

"Aku juga mencintaimu." Claudius juga mengambil kesempatan mengutarakan perasaannya.

Mereka berdua pun tertawa, berpelukan dan berciuman, tidak berpisah sekian lama....

Melewati kesalahpahaman, mengalami segala kesusahan, mereka akhirnya bersama, sama seperti semua pasangan lain, mendapatkan kebahagiaan....

----

Nah, para pembaca yang terhormat, cerita Claudius dan Josephine sudah tamat.. bab berikutnya adalah kisah cinta tentang Susi dan Henry.... Apakah kalian menyukai happy ending seperti ini? Silahkan comment dibawah! Terimakasih.

Novel Terkait

Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Cold Wedding

My Cold Wedding

Mevita
Menikah
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu