Istri ke-7 - Bab 149 Tidak Mudah Dilayani (3)

Sally Lin tiba-tiba menggunakan tangannya dan memberikan isyarat gerakan testpack, lalu bertanya: "Hasilnya bagaimana?"

"Josephine pun kaget: "Kamu kok bisa tahu?"

"Vina yang menyuruhku membawakan testpack untukmu."

"Ternyata kamu yang bawa pulang ya?" Josephine tersenyum: "Makasih ya, malah merepotkanmu."

"Tidak apa-apa, ini hal kecil." Sally Lin menatapnya, lalu berkata: "Melihat ekspresimu, delapan puluh persen ada ya."

Josephine mengangkat tangannya dan mengelus-elus wajahnya, ekspresinya seperti apa? Sepertinya tidak.

"Tidak tahu tepat atau tidak."

"Biasanya testpack selalu tepat, bukannya aku membawakan dua untukmu? Kalau masih ragu, besok pagi kamu bisa mengeceknya kembali."

"Oke, makasih." Josephine mengangguk, lalu mendorongnya ke ruang makan.

Saat makan, Claudius hanya makan saja dan tidak mengungkit masalah kehamilan.

Josephine memikirkan kenapa dia tidak memberitahu nenek? Apakah dia benar-benar tidak menginginkan anak ini? Kapan dia akan membawanya ke rumah sakit dan mengaborsi anak ini? Hal seperti ini bisa saja dilakukannya.

Merasa semakin tidak tenang, makanan yang dimakannya pun terasa hambar.

Claudius tidak mengungkitnya, tentu saja dia juga tidak berani, mereka pun makan dan diam, hingga selesai.

Sally Lin melihat mereka berdua, walaupun tidak mengerti kenapa tidak mengumumkan kabar baik ini, tapi dia pun tidak berani berbicara.

Malam hari, setelah Josephine mandi, dia menatap dirinya yang ada di cermin, sangat sulit membayangkan dia sekarang malah hamil lagi. Tidak disangkanya kemampuan Claudius tidak hanya di bisnis saja, kemampuan ini pun dia sangat hebat.

Bagaimana? Lantas apakah kejadian lama akan terulang lagi? Apakah dia harus bertengkar hebat lagi dengan Claudius gara-gara anak ini?

"Tiba-tiba terdengar suara dari depan toilet.

Josephine tersadar dan menjawab: "Siapa? Ada apa?"

Lalu terdengar suara Claudius: "Kamu sudah empat puluh menit di dalam, aku yang harus menanyakanmu ada apa."

"Tidak apa-apa, aku segera selesai." Josephine pun memakai baju tidurnya lalu berjalan keluar.

Saat dia keluar, Claudius sudah kembali ke atas ranjang, bersandar dan membaca majalah bisnis yang ada di tangannya.

Apakah tadi dia mencemaskannya? Cemas kalau ada apa-apa dengannya di dalam toilet?

Josephine menarik nafas, masuk ke dalam selimut, lalu memejamkan mata dan memulai sebuah penungguan yang membuatnya merasa takut. Dia sedang menunggu jawabannya, sambil menunggu keputusannya, sambil merasa takut dia akan berbicara, karena takut akan mendengar sesuatu yang tidak baik kepadanya.

Lalu setelah sekian lama, dia tidak mendengar Claudius berkata sedikitpun.

Akhirnya dia tidak menahan lagi, menatapnya dan berkata: "Kamu tidak mau mengatakan apa-apa kepadaku?"

Claudius melihatnya, lalu berkata santai: "Aku sudah menyuruh orang mempersiapkan kamar di depan sana untukmu, besok kamu tinggal disana."

"Kenapa?" Josephine bertanya.

Yang ingin didengarnya bukan ini, dan saat ini bukan masalah pisah ranjang.

Claudius menjawabnya santai: "Demi anak."

"Apa maksudnya?" Josephine merasa senang sesaat.

Demi anak? Maksudnya dia takut kalau dia tidak bisa mengontrol nafsunya dan melukai anak ini? Dengan begitu dia setuju untuk melahirkan anak ini?

Claudius diam, lalu melihat Josephine yang malu dan berkata: "Untung saja tuan muda memikirkan dengan matang, tiga bulan pertama adalah masa bahaya, jauh-jauh dari hubungan badan, jauh-jauh dari pria, terima kasih atas pengertian tuan muda."

Claudius lalu menatapnya sinis: "Aku hanya takut kalau penyakitku kambuh akan melukai anak, jangan memikirkanku terlalu baik."

Perkataannya ini membuat Josephine kaget.

Ternyata dia takut kalau penyakitnya kambuh, bukan takut kalau tidak bisa mengontrol gairahnya.

Mendengarnya, Josephine malah semakin tidak ingin pindah, siapa tahu saat penyakitnya kambuh tidak ada orang di kamar, lalu siapa yang akan membantunya?

Saat penyakitnya kambuh, level ringan dia masih bisa membuka laci dan memakan obat sendiri, kalau parah dia tidak bisa mengurus dirinya lagi, harus ada bantuan orang lain.

Dia semakin mendekatinya lalu memeluk pinggangnya dan berkata dengan tidak malu: "Tapi aku sudah terbiasa tidur denganmu."

Walaupun dia sudah hamil dan tidak bisa lagi merawatnya, tapi ada seseorang yang membantu menelepon dokter Huang akan lebih baik bukan!

Tadi masih bilang kalau akan jauh-jauh darinya, sekarang malah lengket dan tidak ingin berpisah darinya, Claudius menundukann kepalanya dan melihatnya: "Kamu tahu apa yang kamu katakan dan lakukan?"

"Aku tahu, aku ingin tinggal bersamamu."

"Kenapa?"

"Bukannya tadi sudah kubilang? Aku sudah terbiasa tidur memelukmu."

"Tapi aku tidak terbiasa." Claudius melepaskan tangannya: "Sudah hamil, lalu apa gunanya lagi kamu disini?"

"Kamu! Claudius kamu bilang aku egois, kamu yang egois tahu tidak?" Josephine marah dan duduk di atas ranjang: "Memangnya di hatimu, aku hanya berguna dalam hal ini?"

"Lalu menurutmu apa gunamu?"

"Aku bisa merawatmu." Josephine melototinya: "Baik, kalau begitu kalau penyakitmu kambuh lagi, aku akan pergi jauh-jauh dan tidak mempedulikanmu!"

Setelah itu dia pun berbaring dan membalikkan badannya, tidak mempedulikannya.

Walaupun dia terlihat marah, tapi sebenarnya dia sangat senang, tidak ada hal lain yang bisa membuatnya sesenang ini selain Claudius setuju untuk melahirkan anak ini.

Melihat punggungnya, Claudius akhirnya melepaskan korannya, lalu memeluknya dari belakang dan mencium lehernya: "Besok kamu pindah saja."

Bagaimana mungkin dia tidak mengerti apa maunya, tapi dia sekarang sudah hamil, bagaimana kalau dia melukainya?

"Aku tidak mau." Josephine sengaja marah.

"Kamu harus patuh padaku untuk hal ini."

"Kapan aku tidak pernah patuh padamu?"

"Baguslah kalau kamu tahu."

"..."

Josephine pun diam, dia sudah tahu kalau perkataannya tidak berguna!

Keesokan paginya setelah sarapan, Josephine melihat barang-barang yang ada di kamar Claudius pun sudah dikeluarkan.

Berdiri di kamar ini dan melihat bajunya tidak tersisa sedikitpun, Josephine pasrah dan berkata sendiri: "Perlukah secepat ini."

"Justru aku yang harus bertanya? Perlukah kamu begitu menyayangkan kamar orang lain?" Terdengar suara Claudius.

Josephine membalikkan badannya, lalu dia berjalan mendekatinya.

Claudius berdiri di depannya, memegang pinggangnya dan memeluknya, menatapnya dan berkata: "Melihatmu yang tidak rela, jangan-jangan kamu jatuh cinta kepadaku? Aku sarankan sebaiknya jangan."

"Aku tidak." Josephine malu dan mendorong dadanya: "Lihatlah apa yang kamu lakukan kepadaku selama ini, mana mungkin aku jatuh cinta."

Perkataannya ini, membuat Claudius merasa sedikit kecewa, dia melepaskannya, lalu berkata: "Lebih baik begitu."

Dia sudah hampir lupa, dia merebutnya dari pernikahan Vincent Lee, dia dan Vincent Lee lah pasangan yang seharusnya!

Saat Josephine tersadar, dia sudah pergi dari kamar dan berangkat kerja.

Sampai kamar itu terasa hening, Josephine baru sadar kalau Claudius pasti sudah berpikir panjang, pria yang mudah berubah seperti bunglon ini, sungguh sangat susah dilayani!

Setelah bengong sejenak di kamar Claudius, Josephine baru berjalan ke kamarnya.

Seisi kamarnya telah diganti semuannya, bahkan ranjang pun sudah diganti dengan yang baru.

Novel Terkait

Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu