Istri ke-7 - Bab 106 Josephine menghilang (3)

"Rose, kamu jangan bicara seperti itu, sebenarnya yang dikatakan pamanmu benar, kalaupun kita memenjarai dia, dengan latar belakangnya yang begitu kuat, pasti sebentar saja sudah dilepaskan lagi, lagipula dengan karakternya yang kejam seperti itu, setelah dia keluar pasti tidak akan melepaskan kita. Lebih baik kita menerima villa yang diberikannya dan mengubah takdir miskin keluarga Zhu."

Meskipun Josephine sangat marah, tapi dia sangat jelas ini adalah kepribadian paman dan bibinya yang gila harta, jangankan beberapa milyar, beberapa ratus juta saja mereka pasti akan memilih pilihan yang sama.

Kalau tidak seperti itu, bibi yang sekarang ada didepannya mana mungkin mengubah penampilannya yang dulu, berubah menjadi wanita kaya seperti sekarang.

Ini adalah keputusan pamannya, terlebih lagi sudah lewat begitu lama, Josephine masih bisa berkata apa? Selain menerima kenyataan, dia masih punya pilihan apa?

Josephine menutup matanya, menghirup nafas dengan hati yang sakit: "Tolong hentikan mobil."

"Rose, apa yang ingin kamu lakukan? Disini adalah tempat terpencil, lagipula sudah mau turun hujan, lebih baik bibi mengantarmu pulang."

"Tidak usah, tolong turunkan aku." Josephine berkata dengan muka datar.

Bibinya melihat langit yang gelap, tidak lagi memaksanya dan berkata kepada supir: "Pak, tolong berhenti sebentar di tepi jalan."

Mobil pun segera dihentikan di pinggir jalan, bibi menarik tangan Josephine dan memasang wajah khawatir: "Rose, aku tahu kamu pasti akan marah dengan aku dan pamanmu, tapi tidak boleh karena masalah ini kita merusak hubungan kita, lagipula kamu sudah pulang ke Surabaya, kalau ada waktu datanglah ke rumah paman untuk makan-makan, atau tinggal beberapa hari di rumah pamanmu? Tinggal dirumah pasti lebih nyaman dibandingkan tinggal di hotel."

"Tidak usah, aku tinggal diluar lumayan nyaman." Josephine menolak dengan pikiran kosong, mendorong pintu mobil dan turun.

"Kamu sendirian hati-hati, jangan keliling di luar terlalu lama." Bibinya sambil berkata sambil menyuruh supir mobil berangkat.

Setelah mobil kembali melaju, bibinya akhirnya menghela nafas, untung saja, dia hampir tidak bisa melanjutkan aktingnya.

Dia pun segera mengambil ponselnya dari tas dan menghubungi seseorang, setelah berdering sekian lama baru diangkat, terdengar suara lelaki muda: "Nyonya Zhu apa kabar, ada apa mencari Tuan Muda Lee?"

Senyuman rendah hati langsung muncul di wajahnya, sambil tertawa berkata: "Asisten He? Apakah Tuan muda Lee ada disana?"

"Tuan muda Lee sedang rapat di kantor pemerintahan kota, ada masalah apa anda boleh langsung memberitahu saya."

"Oh......" Bibi berpikir, kemudian berkata: "Kalau begitu minta tolong anda beritahu tuan muda Lee, bilang saja saya sudah melakukan hal yang dia pesan."

"Baik, nanti akan saya sampaikan." Asisten Lee pun memutuskan hubungan telepon.

Setelah menutup telepon, bibi pun membuat ekspresi mengejek, kemudian memasukkan ponsel ke dalam tasnya.

*****

Setelah Josephine turun dari mobil, dia seperti kehilangan jiwanya, berjalan di samping jalan sendiri, bahkan tidak peduli terhadap hujan yang segera turun.

Di kepalanya terus mengulangi kata-kata bibinya, membuat kebenciannya terhadap Claudius yang dengan susah payah ditekan sekali lagi muncul.

Apakah ini tujuannya datang ke Surabaya? Untuk mencari tahu dengan jelas situasi saat itu, untuk membuat dirinya semakin membenci Claudius? Kalau begitu sekarang bagaimana? Apakah dia sudah puas?

Tapi.....saat ini selain kebencian, dia lebih merasa kecewa dan sakit hati, berbuat seperti apakah ada artinya?

Dia menutup matanya, membiarkan air matanya mengalir turun ke pipinya, bercampur dengan air hujan yang turun dari langit.

Hujan akhirnya mulai turun, menetes di wajahnya terasa dingin, perlahan-lahan, pakaiannya pun mulai basah.

Dibasahi oleh air hujan yang dingin, pikiran Josephine perlahan-lahan menjadi jernih, kedua tangannya refleks melindungi perutnya, di kesedihan yang seperti ini dia masih bisa melindungi anak ini, dan sebelum melindungi anak ini dia harus melindungi dirinya sendiri terlebih dahulu, jangan dibasahi hujan dan terkena flu.

Tapi di sekelilingnya, selain pohon-pohon di pinggir jalan, sekeliling adalah ladang, bahkan satu tempat untuk berteduh pun tidak ada.

Josephine mempercepat langkahnya yang menuju ke depan, tubuhnya menerjang hujan, dia sudah basah total.

Belok di belokan, di depan matanya tetap hanya ada ladang dan pohon, dia pun merasa kecewa, dia pun tidak berlari dengan kecepatan penuh lagi. Air yang terus mengalir di wajahnya tidak hanya air hujan, masih ada air mata, dia juga tidak peduli betapa menyedihkannya dia sekarang!

Dia depan ada sebuah minibus melaju kemari, dari jendela mobil keluar kepala seorang lelaki bersiul ke arahnya, Josephine pun ketakutan, dia mulai menyesal tadi meminta turun dari mobil, bagaimanapun seharusnya dia tadi turun ketika sudah sampai ke daerah perkotaan.

Dia sambil berjalan sambil mengeluarkan ponsel, namun baru saja mengeluarkan ponsel, dia baru sadar dia tidak ada orang yang bisa dimintai tolong, di kota yang dari dulu sudah menjadi tempat yang tidak familiar untuknya, dia bisa mencari siapa? Selain Claudius dia masih bisa mencari siapa?

Tidak, dia tidak boleh mencari Claudius, biarpun dia mati disini juga tidak akan mencari pembunuh berdarah dingin itu!

Dia berdiri di bawah pohon, air hujan menetes melewati daun dan ranting pohon, tangan yang meremas ponsel bergetar, tidak tahu apa karena dingin atau karena ketakutan.

Minibus tadi kembali berputar sampai ke depannya, lelaki mesum tadi mengeluarkan setengah tubuhnya, setelah merebut ponselnya, dia pun langsung melaju pergi.

Josephine kaget dan terdiam, kemudian berteriak tajam sambil mengejar mobil itu: "Kembalikan ponselku.....Sialan.....!"

Namun, mobil itu pun melaju hingga tak terlihat lagi.

Itu adalah ponsel yang diberikan Claudius untuknya, versi luar negeri dengan edisi terbatas, dia bukan merasa tidak rela karena kemahalan ponsel itu, juga bukan karena niat baik Claudius, tapi karena kalau dia kehilangan ponsel, maka dia tidak ada cara untuk pergi dari sini!

****

Namun, disaat ini, rapat di ruang pemerintahan sudah selesai, orang-orang mulai keluar dari ruang rapat.

Claudius berjalan keluar dari ruang rapat dikelilingi banyak orang, dari jauh dia pun bisa melihat arah pintu keluar, asisten Vincent sedang berbisik kepada Vincent, dan wajah Vincent berubah sedikit, kemudian dia sambil menelepon seseorang sambil melangkah lebar ke arah pintu keluar.

Belinda Yan berjalan menuju Claudius dari arah yang berlawanan, setelah menundukkan kepalanya menyapa beberapa orang, dia pun berjalan ke depan Claudius dan berkata di samping telinganya dengan suara rendah: "Tuan muda Chen, aku tadi mendengar asisten tuan muda Lee menyebut nama Nyonya muda, begitu mendengar nama Nyonya muda, Tuan muda Lee langsung berbalik dan meninggalkan hall."

Raut wajah Claudius terdiam, kemudian setelah meminta maaf kepada orang yang disampingnya, dia pun mengambil ponsel yang diserahkan Belinda Yan sambil berjalan ke tempat istirahat.

Dia menekan nomor telepon Josephine, namun yang didapatnya hanya kabar kalau teleponnya mati.

Mati? Dia ingat dulu ketika dia memberikan ponsel edisi terbatas itu kepada Josephine, memaksanya mengganti ponsel baru, dia pernah memperingatkan Josephine, tidak peduli kapanpun teleponnya harus tetap menyala. Dan selama ini meskipun dia jarang menelpon Josephine, tapi tidak pernah mendapat kabar kalau ponselnya mati.

Dia melihat ke luar yang sedang hujan, di saat seperti ini kenapa dia mematikan ponselnya? Sama sekali tidak ada alasan.

Novel Terkait

The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu