Istri ke-7 - Bab 107 Pelacakan (1)

“Bagaimana kabarnya? Tuan Claudius?” Belinda berdiri dihadapannya dan bertanya kepadanya.

“Tidak aktif.” Claudius merenung sejenak lalu bangkit dari sofa dan melangkah cepat mengikutinya.

Belinda mempercepat langkahnya dan mengikuti langkahnya lalu berkata, “Tuan Claudius, apakah Anda tidak mengikuti acara nanti?”

“Tidak.” Kata Claudius.

Meskipun dia tidak mengetahui mengapa Josephine menonaktifkan handphonenya, dan dia juga tidak tahu apakah dia terjadi apa-apa atau tidak. Tapi melihat cuaca yang seperti ini dan kabar teleponnya yang tidak aktif, Claudius mulai panik, disituasi seperti ini mana mungkin dia masih punya niat untuk mengikuti acara lain?

Belinda mengikutinya sampai kemobilnya, lalu naik ke mobil dan menasehatinya, “Tuan Claudius, mungkin saja hanyalah baterai handphone Nyonya Muda habis, atau mungkin terjatuh.”

“Tidak mungkin.” Kata Claudius dengan tegas.

Handphone Josephine baru di isi tadi malam, Claudius lah yang mencabutnya sebelum tidur, dan kapasitas baterai ini meskipun tiap hari nonton video dan main games masih bisa bertahan hingga 3hari.

Jadi tidak mungkin baterainya habis, kalau mengenai jatuh, mungkin saja.

“Tapi kita tidak mempunyai informasi sama sekali, kita harus mencarinya kemana?” Belinda menyalakan mobil tapi tidak tahu harus kemana.

Pertanyaan ini juga membuat Claudius terdiam, dia berpikir sejenak dan menekan handphonenya.

Karena ketidakpercayaannya terhadap Josephine waktu dulu, ketika memberikan handphone kepada Josephine, dia pernah menginstal sebuah aplikasi didalam hanphonenya, hanya saja dia tidak pernah menggunakannya, karena masih belum pernah bertemu kondisi harus menggunakannya, dan juga karena ini bukan sebuah hal yang beretika.

Namun hari ini, dikota yang asing ini, Claudius sangatlah mengkhawatirkannya, dia sudah tidak mempedulikan apakah ini beretika ataupun tidak.

Dia bergegas menyalakan aplikasi pelacakan lokasi, dengan cepat, lokasi handphone terlacak.

Melihat alamat di atas sana, Claudius mengerutkan keningnya, itu adalah arah ke pinggir kota, hari hujan seperti ini dia mana mungkin bisa pergi ke pinggir kota.

“Ketempat ini.” Claudius langsung membuka mode navigasi untuk menuju ke tempat itu, lalu memberikan handphone kepada Belinda.

Melihat alamat diatas sana, Belinda juga sedikit bingung, “Bagaimana mungkin Nyonya muda pergi ketempat seperti ini?”

“Aku juga tidak mengetahuinya, ayo pergi lihat.” Claudius mengeluarkan sebuah handphone lagi dan terus menelepon Josephine.

******

Badan Josephine dingin dan basah, kedua kakinya juga hampir mati rasa, tapi dia tetap tidak bisa menemukan taksi untuk mengantarkannya ke kota.

Disaat dia sudah putus asa hingga akan pingsan, tiba-tiba muncul sebuah mobil Bentley hitam didepannya, mobil tersebut tiba-tiba menurunkan kecepatannya, lalu berhenti perlahan didepannya.

Karena mengalami kejadian perampokan tadi, ketika ada mobil yang mendekatinya, Josephine menjadi tegang, lalu mendekat ke pinggir jalan dengan ketakutan.

Pintu terbuka, Vincent muncul didepannya dengan membawa sebuah payung besar.

Vincent? Josephine nyaris tidak percaya dengan matanya sendiri, dia menghapus air mata yang berada dimukanya, ketika dia melihat jelas bahwa orang yang berjalan mendekatinya adalah Vincent, dimukanya tidak terlihat kesenangan karena selamat, melainkan dia bertambah mundur dan menatapinya dengan ekspresi menolak.

“Josephine......” melihatnya mundur, Vincent sedikit kecewa, sudah menjadi seperti ini dia masih saja tidak ingin mendekatinya, masih saja begitu menolaknya.

“Apa yang ingin kamu lakukan?” Josephine menggelengkan kepalanya perlahan, langkahnya masih saja mundur.

“Apa lagi yang bisa aku lakukan? Tentu saja menjemputmu pulang.” Vincent melangkah maju dan mecoba menariknya dibawah payungnya, namun Josephine melemparkan tangannya, “Kamu tidak perlu mempedulikanku!”

Seusai berkata, dia berbalik badan dan berlari kearah belakang.

“Josephine, kamu akan demam jika masih berguyuran seperti begini.” Vincent bergegas mengejarnya dan menariknya kebawah payungnya.

Josephine terkontrol olehnya, dia hanya bisa berteriak, “Lepaskan tanganku, Vincent! Sekalipun aku demam, itu juga tidak berhubungan denganmu! Mengapa kamu masih saja mengikutiku?”

“Kamu lihat tampang kamu sekarang dulu, sudah seperti ini masih saja keras kepala.” Vincent meliriknya dari kepala hingga kaki, mukanya pucat, bibirnya membiru, tangannya juga dingin bagaikan es, sudah seperti begini dia masih saja menolaknya?

“Ini bukan urusanmu! Aku tidak mau dipedulikan olehmu!” Josephine sambil memukul dan sambil berusaha lepas darinya, mulutnya terus bergumam, “Minggir kamu! Minggir...!”

“Apakah kamu yakin menyuruhku minggir?” muka Vincent berubah tenang.

“Yakin! Minggir! Minggir--!”

“Dasar hina, Josephine!” Vincent menamparnya dengan kasar, Josephine yang tidak mengiranya menjerit, rambutnya yang basah bertebaran di pipinya.

Josephine mengangkat kepalanya dan menatapinya dengan pandangan tidak mengerti, tangannya memegang pipinya yang sakit hingga sekujur tubuhnya gemetaran karena marah, dia bahkan lupa untuk mengatakan apa-apa.

Vincent mungkin saja benar-benar marah, dia sama sekali tidak menyadari betapa sakitnya tamparan dia ini, dia menatapi Josephine dan berkata, “Waktu kamu berpacaran denganku, kamu bilang kamu tidak peduli apakah aku mendapatkan warisan keluarga Lin atau tidak, kamu bilang kamu tidak mempunyai keinginan terhadap harta benda. Mengapa sekali bertemu dengan Claudius, kamu langsung bagaikan lalat menempel padanya dan tidak ingin pergi? Kamu bilang aku selingkuh dan tidak patut untuk dimaafkan, wanita yang tidur dengannya lebih banyak berpuluh-puluh lipat dibanding denganku, kenapa aku tidak melihat kamu dendam terhadapnya? Dia tidak hanya selingkuh, dia bahkan membunuh nenekmu, siapa yang sebenarnya lebih pantas didendami? Kamu lihat dengan baik-baik!”

“Diam! Diam kamu......!” Josephine mengelengkan kepalanya dan dia tidak ingin mendengarkannya, dia sama sekali tidak ingin mendengarkannya!

Vincent tidak diam, melainkan menarik tangannya dan memeluknya dalam pelukannya, dan terus berkata, “Kamu masih saja tidak memberitahuku alasannya, karena dia lebih kaya daripada aku? Karena dia adalah satu-satunya pewaris keluarga Chen dan aku belum tentu adalah pewaris keluarga Lin?”

“Tolong hentikan......!” Josephine memohonnya sambil menangis, dia berusaha untuk terlepas darinya, tapi malah dipeluk lebih erat lagi olehnya.

Semakin dirinya ingin kabur, Vincent semakin marah, dengan marah dia mencium Josephine.

Bibirnya basah dan dingin, mungkin karena terlalu lama kehujanan, sekali menyentuh bibirnya, Vincent langsung semangat dan menciumnya dengan kuat.

Josephine berusaha untuk mengelak, dia sambil mengelak sambil memukul badannya, dan dia menyadari bahwa dirinya tidak mampu melawan Vincent yang sudah marah, lalu dia mengigit bibir Vincent.

Vincent kesakitan dan melepaskannya, tapi rasa marah dalam hatinya tidak berkurang, disaat Josephine akan kabur, dia kembali menariknya kembali.

Josephine yang memang dingin dan tidak enak badan, setelah tadi ditampar olehnya, dia sudah nyaris kehilangan semua tenaga, sekarang masih ditarik-tarik oleh Vincent, badannya akhirnya tidak kuat lagi bertahan dan pingsan dan terjatuh dalam pelukan Vincent.

Melihat Josephine pingsan, Vincent bergegas memeluknya kedalam mobil.

Setelah memasukannya kedalam mobil, dia membuka udara hangat dalam mobil hingga paling besar, Josephine basah total, Vincent takut dia akan demam.

******

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu