Istri ke-7 - Bab 228 Salah Paham

“Aku juga tidak tahu!” kata Claudius, lalu mobil tiba-tiba berhenti dijalanan.

Melihat dia menghentikan mobilnya, Josephine bergegas membuka pintu mobil namun pintu mobil tidak bisa dibuka.

“Kamu jangan bertingkah lagi.” Kata Claudius tanpa berekspresi, “Kamu juga tidak perlu khawatir Marco tidak bisa sendirian, dia tidak selemah yang kamu bayangkan.”

“Terus apa yang sebenarnya kamu inginkan!” meliaht ekspresi sedihnya dan terpikiran kebarakaran ruang sembahyang keluarganya, nada bicara Josephine merendah, “Aku tahu suasana hatimu tidak senang karena ruang sembahyang keluargamu kebakaran, namun kamu juga tidak boleh merebutku dari Marco.”

Claudius mengangkat kepalanya dan menatapi Josephine dari kaca mobil, “Ruang sembahyang keluarga Chen terbakar, kamu seharusnya yang paling senang kan?”

“Apa maksudmu?” Josephine tidak mengerti.

Claudius tiba-tiba turun dari mobil, lalu pintu belakang mobil dibuka, dia lalu menarik Josephine keluar, dan menahannya di pintu mobil, menatapinya, “Aku akhirnya mengerti mengapa kamu bersedia berada disisi seorang cacat yang tidak kamu cintai dan tidak bersedia kembali kesisiku, karena kamu takut mati, kamu takut nenek akan mencongkel jantungmu dan menolong orang. Bahkan kamu tidak berani mengakui bahwa kamu adalah Juju di Rumah Keluarga Zhu, penyelamat nyawaku yang aku cari berpuluh tahun.”

Muka Josephine langsung berubah pucat, dia lalu berkata, “Kamu.....kamu dengar dari siapa?”

“Apakah aku salah dengar?”

“Aku........” Josephine terdiam.

“Kamu tidak bersedia mengorbankan dirimu aku bisa mengerti, kamu takut nenek mengcongkel jantungmu aku juga bisa mengerti, bahkan Juju saja bersedia memperjuangkan kesempatan untuk berada disampingku dan membakar ruang sembahyang, mengapa kamu tidak bersedia melakukan apa-apa? Sedikitpun aksi pun tidak ada? Apakah aku tidak patut kamu melakukan itu semua? Atau......” Claudius mengertakkan giginya, dia tidak bisa meneruskan.

Hati Josephine kembali bingung, pagi hari ketika dia mendengar kabar bahwa ruang sembahyang keluarga Chen terbakar, dia sempat curiga demi kabur dari pencongkelan jantungnya, dan dia membakarnya, namun tidak disangka itu benar, tidak disangka bahwa nyalinya besar sekali!

“Ayo berkata!” Teriak Claudius dengan marah.

Sekalipun berbohong seperti Juju, Claudius juga bersedia mendengarkannya!

“Aku.....” Josephine tidak tahu bagaimana caranya menjawabnya, hatinya kacau, ditengah kepanikan dia berkata, “Juju membakar ruang sembahyang........kamu pasti tidak akan melepaskannya bukan? Jadi aku......aku tidak boleh kehilangan logika seperti dia......”

“Kamu.......” Claudius kehabisan kata-kata.

“Claudius.......” setelah berpikir sejenak, Josephine mengangkat kepalanya dan menatapinya, “Hidup manusia hanya sekali, keluarga Chen tidak berhak untuk mencongkel jantung orang lain untuk kelangsungan hidup kalian sendiri.”

“Apakah aku pernah bilang mau mencongkel jantung siapapun?”

“Tapi Nenek akan melakukannya, Nenek sudah sampai tingkatan gila dalam mempercayai rumor, dia pasti akan melakukannya, jadi sekalipun aku mencintaimu, aku juga tidak mungkin melawannya dengan taruhan nyawa bukan?” Josephine menangkap tangannya dan menatapinya, “Maaf, maafkan cintaku tidak cukup dalam, aku tidak akan memberikan nyawaku hanya karena semua rumor, maaf.........izinkan aku menjauh darimu.......”

Josephine tiba—tiba melepaskan tangannya, dan mengelak keluar lalu berjalan mundur.

“Kalau begitu kamu mengakuinya, kamu mengakui bahwa dirimu adalah Juju yang menolongku ketika kecil? Dia tidak membohongiku?”

“Maaf, maafkan aku tidak bisa bersama denganmu lagi, kamu anggap saja aku sudah mati, aku memang takut mati......”

“Kamu jangan pergi dulu!” Claudius melangkah kedepan, dan memegang tangannya, “Masih ada yang belum kuselesaikan!”

“Jika kamu sudah tahu semuanya, apa lagi yang perlu dikatakan?” Josephine berusaha mengelak darinya, dan berlari kearah jalan raya.

Demi mengelak dari Claudius, dia menghindar dari sebuah mobil yang melaju cepat dan berlari ke seberang, dan Claudius yang berada dibelakangnya marah dan panik, dia hanya bisa melihat Josephine yang semakin berlari menjauh.

“Josephine! Berhenti-------!” dia berteriak hingga hampir gila.

Josephine mengakuinya, ini memang adalah sebuah kesakitan yang besar baginya, namun setelah mengakuinya, Josephine meninggalkannya sendiri menderita.

Fakta ini terlalu mendadak, dia masih ada banyak pertanyaan yang ingin dipertanyakannya, masih ada banyak hal yang ingin disampaikan, namun.......

Dia berteriak ke mobil yang lalu lalang layaknya orang gila.

Namun sosok Josephine akhirnya menghilang didalam kegelapan malam hari.

------

Josephine terus berlari, hingga dia merasa Claudius sudah tidak bisa mengejarnya barulah dia berhenti, dan bersandar di tiang listrik dijalanan, nafasnya terengah-engah.

Sesaat kemudian, dia melirik kearah belakang, mungkin karena sudah terlalu malam, dibelakangnya gelap, tanpa sesosok orangpun.

Dia menjongkok dan bersandar di tiang listrik, dia mulai menangis.

Sebenarnya dia sudah pernah melakukan persiapan dan juga pernah menebak Juju akan membongkarkannya, namun ketika sampai detik itu sampai, dia juga tetap terhenti dan tidak tahu harus bagaimana.

Claudius sudah mengetahuinya, dia pasti lebih tidak bisa melepaskannya dibandingkan dengan dulu, satu sisi ini adalah Claudius, satunya lagi adalah Marco, apa yang harus dilakukannya?

Dia yang saat ini sama sekali tidak berani memikirkan pertanyaan ini.

Setelah menangis sesaat, terdengar panggilan lembut ditelinganya, “Josephine......”

Josephine mengangkat kepalanya dan menatap kearah Marco yang berada didalam mobil, wajah Marco saat ini penuh dengan kekhawatiran, terlebih melihatnya berjongkok dipinggir jalan dan menangis, dia semakin khawatir dan merasa kasihan.

Dia sangatlah ingin turun, dan memeluk Josephine lalu menasehatinya, namun gerakan semudah ini juga tidak mampu dilakukannya!

“Apakah kamu baik-baik saja, Nyonya Muda?” Paman Liu bergegas turun dari mobil dan memberdirikan Josephine.

Marco bergeser kesisi lain, dia mengulurkan tangannya dan menarik Josephine masuk dan memeluknya.

“Apakah kamu baik-baik saja, Josephine?” tanya Marco sambil mengelus pundaknya.

Josephine menutup kedua matanya, dan menghapus air matanya, dia tidak menjawab pertanyaannya, dan mengelak dari pelukannya, dan balik bertanya, “Apakah kamu baik baik saja? Apakah kamu terluka?”

Tadi dia jatuh begitu parah, seharusnya pasti terluka. Josephine mengangkat tangannya dan menggerakkan rambut Marco lalu benar melihat keningnya biru karena jatuh.

“Kamu terluka........”

“Luka ini tidak ada apa-apanya.” Marco tidak mempedulikan luka di keningnya, dan menghapus air mata Josephine sambil memberikan perhatian, “Beritahu aku, apa yang terjadi sebenarnya?”

Dia menangis hingga begini, pasti ada hal yang serius?!

Josephine menatapinya, terakhir dia juga tidak membohonginya, dia berkata, “Claudius sudah mengetahui bahwa aku adalah pasangan sejatinya, dia merasa aku tidak cukup mencintainya, tidak mempedulikan nyawanya......”

Marco terkejut, lalu dia berkata dengan tidak senang, “Bagaimana bisa dia begitu egois?”

“Tidak.......dia hanya menyalahkanku untuk tidak berusaha memperolehnya, tidak bisa seperti Juju, membakar ruang sembahyang karena cinta.” Disaat terakhir Josephine tetaplah melindunginya, Marco tersenyum tidak berdaya.

“Lalu bagaimna denganmu? Apa rencanamu?”

“Aku.......aku tidak tahu........” Josephine mengelengkan kepalanya.

“Kalau tidak tahu maka pikirlah perlahan, lakukan keputusan pelan-pelan, tidak perlu terburu-buru.” Marco mengelus rambutnya dan berkata, “Sudahlah, jangan menangis lagi, ok?”

Josephine menganggukkan kepalanya, hatinya tetaplah tidak bisa tenang.

-------

Claudius benar-benar menepati janjinya dan melepaskan Juju meninggalkan Keluarga Chen.

Ketika meninggalkan rumah yang telah mengurungnya selama ini, Juju merasa lega, ketika terlepas dari pengontrolan keluarga Chen, hal pertama yang dilakukannya adalah menelepon orang tuanya, dan membiarkan mereka membuat persiapan keluar negeri.

Meskipun Claudius bersedia melepaskannya, dia tidak percaya Josephine dan Sally akan melepaskannya, jadi satu-satunya caranya adalah menjauh dari kota Jakarta, sejauh-jauhnya!

Semenjak meninggalkan keluarga Chen, Juju tinggal di sebuah hotel yang tergolong tersembunyi di pinggir kota, serta memesan tiket keluar negeri.

Dia terus berada dalam kamarnya selama seharian penuh tanpa berani keluar, bahkan hingga memesan makanan online.

Saat makan malam, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, dia yang awalnya sedang menonton di sofa segera bangkit dan bertanya, “Siapa?”

Diluar pintu menjawab, “Makanan online.”

Setelah ragu-ragu sesaat, dan menjinjit untuk melihat keluar, dan setelah yakin orang diluar sana adalah pengantar makanan yang memegang makanan, barulah dia membuka pintunya.

“Hallo, Nona Zhu.” Sally segera berdiri keluar dari samping, dan tersenyum kearahnya seolah menyindir.

Melihat kedatangannya, Juju langsung berfirasat buruk, untuk apa Sally datang mencarinya saat ini? Dia menahan rasa tidak tenang dalam hatinya dan bertanya, “Ada apa kamu datang kemari?”

Novel Terkait

Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu
Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
5 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
5 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu