Istri ke-7 - Bab 277 Pertemuan Tak Terduga (1)

"Paman, aku sudah pesan, sekarang paman pesan." Jesslyn menyodorkan buku menu itu kedepannya.

Henry Qiao baru tersadar dari riwayat panggilan tadi, lalu dia pun melihatnya dan tersenyum: "Jesslyn sudah lupa? Paman tidak suka dessert."

"Jesslyn sudah lupa."

"Dulu Jesslyn masih kecil, jadi sudah lupa." Josephine tersenyum.

Henry Qiao pun memesan segelas jus buah.

Josephine meminum teh susu yang dipesannya. Lalu dia pun melihatnya dan bertanya: "Oyah, dengar-dengar tuan muda Qiao sudah punya calon istri? Sepertinya berita baik akan segera terdengar? Selamat ya!"

Pertanyaannya ini mengandung sedikit rasa penasaran dan seperti ingin mencari tahu tentangnya, tentu saja Henry tahu. Diapun mengerutkan alisnya dan bertanya: "Dari siapa kamu mendengar ini?"

Sebenarnya dia ingin bertanya, apakah Susi juga beranggapan begitu, tapi dia tetap tidak menanyakanya.

"Ee... Aku juga sudah lupa dari siapa." Josephine tersenyum dan kembali meminum teh susunya, kalau dia bilang dari Claudius, apakan Claudius akan terkesan suka menggosip?

Sebenarnya Claudius juga karena melihatnya selalu mengkhawatirkan masalah mereka, dia pun memberitahu hal ini, tujuannya agar dia menyerah, jangan terlalu ikut campur masalah mereka, lagipula mereka berdua sendiripun tidak panik.

"Kalau begitu maksudmu... Ini tidak benar? Tapi aku juga dengar kalau wanita itu sudah tinggal di rumah keluarga Qiao, apakah ini benar?" Josephine kaget dan terus bertanya.

Henry Qiao menatapnya, tiba-tiba dia tidak ingin menjelaskan lagi, bahkan sengaja membuatnya penasaran: "Menurutmu?"

Josephine tidak menyangka dia akan berkata begitu, mulutnya ternganga dan tidak mengatakan apapun lagi.

Setelah mengantar Josephine dan Jesslyn ke atas mobil, Henry Qiao pun segera kembali ke mobilnya. Mengeluarkan hpnya dan mulai mengecek nomor Susi.

Jelas-jelas kemarin Josephine masih berhubungan dengan Susi, tapi malah membohonginya, ini jelas-jelas dia sengaja menghindarinya!

Dia pun mengecek asal nomor ini, dan hasilnya membuatnya kaget, nomor itu adalah nomor kota C, ini artinya Susi sama sekali tidak meninggalkan kota C, tidak keluar negeri!

Sepertinya dia memang ingin menghindar darinya. Dan bekerja sama dengan Josephine untuk membohonginya. Dia tidak tahu mengapa dia melakukan ini? Apakah karena takut, atau memang hanya tidak ingin bertemu dengannya?

Sebenarnya sebelum keluar dari penjara, dia sudah berpikiran untuk memutuskan hubungan dengannya, tidak saling menyulitkan lagi. Tapi baru keluar sebulan, dia pun mulai goyah, keinginan untuk memilikinya mulai muncul lagi.

Apakah ini jodoh? Tidak terputuskan, seumur hidup mereka harus terus saling menjerat satu sama lain.

Dia duduk termenung sejenak di mobil, setelah itu dia pun pergi.

------

Hari kedua sebelum keluar dari rumah, nyonya Qiao tidak tahu dari mana mendapatkan dua tiket opera tari, dia menyuruh Henry Qiao menemani Melisa pergi.

Henry Qiao melihat sekilas tiket itu, lalu mengambilnya dan berkata: "Melisa tidak tertarik dengan tarian, tiket sebagus ini sia-sia kalau diberikan kepadanya."

"Siapa bilang Melisa tidak tertarik dengan tarian?" Nyonya Qiao membantah.

"Di CVnya ditulis begitu." Kata Henry Qiao. Melisa pun terdiam.

Benar, di CVnya dia tidak menulis kalau dia tertarik dengan pertunjukan seni. Tapi ini tidak berarti dia tidak tertarik bukan? Dia pun tiba-tiba berprasangka buruk, jangan-jangan Henry Qiao ingin memberikan tiket ini kepada mantan istrinya? Mantan istrinya adalah seorang penari, pasti tertarik dengan ini.

"Kakak, tunggu aku." Dia melihat Henry yang ingin berjalan keluar pun langsung mengikutinya dengan cepat.

Seperti biasanya dia menumpangi mobil Henry dan pergi ke kantor, saat perjalanan, Henry Qiao menggunakan dagunya dan menunjuk ke tiket itu dan berkata: "Melisa, kalau kamu mau pergi kamu ajak temanmu pergi."

Melisa pun kaget melihatnya, lalu memasang ekspresi sedih dan berkata: "Kakak, kamu tidak bisa menemaniku sekali saja? Tiket sebagus ini, tempat duduk sebagus ini."

"Melisa, aku jujur saja ya." Henry Qiao menghentikan mobilnya ke samping jalan, menoleh kepadanya dan berkata dengan serius: "Aku tahu tujuan ibuku membawamu ke rumah kami, tapi aku tidak suka diatur seperti ini, aku tidak suka Fanny, begitu juga dengan kamu, orang yang tidak kusukai tidak akan kunikahi, ini juga tanggung jawabku kepadamu dan kepada diriku sendiri."

Ekspresi Melisa pun sedikit berubah, dia tidak menyangka Henry akan mengatakan ini secara langsung dan jujur, secara tidak sungkan-sungkan, ini membuatnya tidak tahu harus berkata apa.

Dia sudah mengatakan sejujur ini, kalau dia msih tidak tahu diri dan terus mendekatinya, hasilnya akan sama seperti Fanny.

Oleh karena itu setelah pergumulan panjang dihatinya, dia pun tersenyum dan melihatnya: "Sebenarnya aku tahu kamu tidak punya perasaan terhadapku, tapi niat baik tante aku tidak bisa tolak, oleh karena itu aku hanya bisa menurutinya dan mencoba untuk mendekatimu. Kalau memang kamu sudah berkata begitu, aku tentu juga tidak akan tidak tahu diri dan terus mendekatimu, kita bisa tetap jadi saudara."

Henry melihatnya, bisa terlihat kalau dia sedikit tidak percaya kalau dia sepengertian ini.

Melisa melanjutkan: "Tapi aku ingin memohon satu hal, tolong jangan beritahu tante dulu, nanti dia pasti akan menyalahkanku tidak berusaha untuk mendapatkan hatimu."

"Oke, boleh." Henry mengangguk.

"Jadi..." Melisa pun mengangkat tiket itu dan tersenyum: "Sebagai teman aku mengundangmu untuk menonton opera tari ini, kamu tidak akan menolak bukan?"

Melihat Henry ragu, Melisa pun melanjutkan lagi: "Kalau kakak masih menolak, aku akan sangat sedih dan malu."

Henry Qiao menatapnya, lalu berkata: "Sekali ini saja."

"Oke, sekali saja." Melisa pun tersenyum senang.

-----

Setelah Susi pulang kerja dia pun menjemput Ethan dan pulang ke rumah, saat membuka pintu langsung tercium bau gosong.

Dia pun panik dan segera lari ke dapur, lalu melihat Freddy sedang panik di dalam.

"Freddy, kamu ngapain!" Susi emosi melihat dapurnya yang berantakan.

Freddy melepaskan spatula di tangannya, dan menatapnya dengan wajah polos: "Maaf, sebenarnya aku ingin memasakkan makan malam untukmu dan Ethan, tapi..."

“Mie saja kamu tidak bisa masak, masih mau masak makan malam? Cepat keluar dari sini!" Susi pun menariknya keluar dari dapur dan menarik celemek dari badannya, melihat panci yang gosong dibuatnya, lalu melototinya dengan kejam.

Freddy merasa malu dan memegang-megang kepalanya, lalu membalikkan badannya ingin bermain dengan Ethan: "Paman Freddy, kamu bodoh sekali, bagaimana bisa jadi ayahku kalau bodoh!"

"Ssttt!" Freddy pun memberikan isyarat diam kepadanya: "Anak-anak jangan ngomong sembarangan, nanti kamu aku hukum berdiri disana ya."

Freddy lalu melangkah masuk ke dapur, sambil tersenyum dan mengeluarkan dua lembar tiket dari kantongnya: "Walaupun aku sudah mengacaukan makan malam, tapi aku ada penggantinya, kamu lihat ini apa?" Dia pun menyodorkan dua tiket itu ke depan mata Susi.

Susi pun berjalan mundur dan menatap tiket yang ada di tangannya: "Ini apa?"

Novel Terkait

Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Kembali Dari Kematian

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu
Hidden Son-in-Law

Hidden Son-in-Law

Andy Lee
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu