Istri ke-7 - Bab 276 Pinjam Dulu Hpnya (1)

Dengan dukungan nyonya Qiao, Melisa pun kembali penuh harapan dengan Henry Qiao. Dia percaya asalkan Fanny pergi, Henry pasti akan melihatnya.

Lalu setelah berkenalan dengan Henry selama setengah bulan, Henry tetap tidak pernah memperhatikannya, bahkan bisa dibilang sangat mendinginkannya.

Henry Qiao menganggapnya sama dengan sekretaris-sekretaris lainnya. Bahkan saat dia mengajaknya makan siang dia pun tidak segan-segan menolaknya.

Pagi ini saat perjalanan ke perusahaan, Melisa mengajaknya lagi: "Kakak, kamu suka nonton?"

"Aku suka film action." Kata Henry Qiao.

"Kebetulan aku juga suka, bagaimana kalau malam ini aku traktir kamu nonton?" Dia tersenyum.

"Yang kamu bilang itu film Holywood kemarin malam? Maaf ya, aku sudah janjian dengan Fanny nonton malam ini jam delapan." Henry Qiao pun menoleh kepadanya dan berkata: "Kalau tidak kamu suruh asisten Lin yang temani kamu saja, dia juga suka film ini."

"Asisten Lin?"

"Iya. Asisten Lin orangnya baik, pendidikannya tinggi, dia juga perhatian denganmu, kamu bisa pertimbangkan."

"Kakak sedang menjodohiku?" Tanya Melisa geram.

"Memangnya tidak boleh? Kamu adik sepupuku, ada lelaki yang baik tentu saja aku memikirkanmu." Henry Qiao pun tersenyum lagi.

"Makasih, tidak usah, aku tidak tertarik dengan asisten Lin." Kata Melisa sambil memaksakan senyumannya.

Henry pun mengangguk: "Benar juga, kamu masih kecil, tidak usah cepat-cepat pacaran."

Melisa sudah tidak tahu bagaimana melanjutkannya, hatinya sangat tidak enak.

-----

Melisa mendapatkan nomor telepon Fanny dari dokumen asisten Lin, lalu dia pun mencoba meneleponnya.

Siang itu, Melisa datang ke cafe yang sudah dijanjikan, dari kejauhan dia melihat Fanny duduk di sudut cafe. Yang membuatnya kaget adalah, dibandingkan dengan Fanny yang ditemuinya setengah bulan lalu, Fanny yang sekarang ada didepannya sudah berubah, berubah menjadi lebih murung, warna pakaiannya juga lebih gelap, tidak cantik dan bersinar lagi seperti dulu.

"Kamu cari aku?" Fanny melihat Melisa, nada bicaranya pun sangat tidak bersemangat: "Kamu siapa?"

"Aku calon istri Henry Qiao." Melisa pun duduk di depannya.

"Calon istri?" Fanny tertawa.

Demi membuktikan identitasnya Melisa pun melanjutkan: "Sekarang aku tinggal di rumah keluarga Qiao, dan menjadi sekretarisnya, kami bersama setiap harinya."

"Apa gunanya?" Fanny menatapnya: "Dulu aku tidur dengan Henry setiap hari, makan bersama. Lalu apa? Sekarang juga tidak bisa dibandingkan dengan seseorang?"

Ekspresi Melisa pun berubah. Dia menatapnya dan berkata: "Nona Fanny, hari ini aku mencarimu, aku berharap kamu bisa menjauh dari tuan muda Qiao, karena aku tidak berharap setelah aku menikah dengan tuan muda Qiao, kalian masih berhubungan."

Fanny melihatnya, tiba-tiba dia merasa lucu.

Dia tidak tahu darimana Melisa mendengar kalau dia dan Henry masih berhubungan, Henry sudah melepaskannya, dan membuatnya diusir suaminya dari rumah, dia sekarang sangat membencinya, mana mungkin dia menghubunginya lagi. Tidak, seharusnya, malah Henry Qiao, mana mungkin dia ingin berhubungan lagi dengan kekasih lama sepertinya ini?

"Kamu yakin kamu tidak salah orang?" Dia tertawa.

Melisa kaget, dan berkata: "Yang aku cari adalah kamu nona Fanny."

Hari itu jelas-jelas dia melihatnya bermesaran dengan Henry Qiao di dalam kantor, mana mungkin salah?

"Maksudku, kamu tahu siapa wanita yang menghambat hubunganmu dengan Henry?"

"Siapa?"

"Ckck, saingan saja salah orang, IQmu ini hanya cukup jadi sekretaris yang hanya bisa menuang teh." Fanny pun menggeleng dan tertawa, dia meminum kopi dan berkata: "Aku beritahu kamu ya, Henry Qiao masih sangat mencintai mantan istrinya Susi, sampai hari ini dia masih belum menyerah dan ingin balikan dengannya. Siapa yang tidak ingin menikah dengan Henry Qiao? Aku sudah memimpikan ini selama lima tahun."

"Susi? Dia dimana?" Melisa hanya tahu kalau Henry Qiao punya mantan istri, tapi apa yang dia dengar dari nyonya Qiao adalah mereka tidak punya perasaan satu sama lain dan jarang bersama. Dengan kata lain, mereka hanya menikah sebatas surat pernikahan saja, makanya dia pun tidak mempedulikannya.

Melihat wanita didepannya ini, Fanny berpikir dalam hati, kalau dia bisa mewakilinya untuk membalas dendam kepada Henry, bagus juga!

Henry sudah sangat kejam dengannya, sekarang bermimpipun dia ingin menggigitnya!

Dia pun mengaduk kopinya dan berkata: "Aku juga tidak tahu, aku hanya tahu kalau dia tinggal di apartemen Rich Leisure di gedung nomor tiga, apakah dia sekarang masih tinggal disana atau tidak aku juga tidak tahu."

"Apartemen Rich Leisure..." Gumam Melisa, dia terdiam sejenak, lalu menatapnya: "Jangan-jangan kamu hanya ingin mengalihkanku dengan cara membohongiku?"

"Membohongimu? Sejak kapan kamu lihat aku bersama Henry? Bajingan itu sudah memutuskanku sejak dulu, sekarang suamiku pun mengusirku, aku sangat benci kepadanya!"

"Malam ini bukannya kalian mau nonton?"

"Dia yang bilang?" Melihatnya mengangguk Fanny pun tertawa: "Sepertinya yang membohongimu itu bukan aku, tapi dia, kenapa dia bisa membohongimu... Kamu tidak sebodoh itu sampai-sampai kamu tidak tahu kan?"

Melisa pun geram, dia sangat emosi.

Dia masih lebih rela kalau Henry berhubungan dengan wanita di depannya ini, dia tidak berharap Henry malah masih berhubungan dengan mantan istrinya, apalagi masih ada perasaan terhadapnya.

-----

Kembali ke perusahaan, sore itu Melisa sama sekali tidak bersemangat kerja.

Bahkan setelah pulang kerja dia mengawasi kepergian Henry, ternyata benar Henry tidak ke bioskop, tidak tahu entah kemana perginya.

Demi mencari tahu, dia pun datang ke gedung nomor tiga apartemen Rich Leisure, dia mencari lama tetap tidak menemukan mobil Henry, lalu dia pun di sebuah kursi batu, pandangannya berhenti di pintu masuk lift.

Dia membuka album foto Hpnya, foto Susi pun terlihat, sore itu Fanny mengirim foto Susi kepadanya, Susi terlihat cantik dan menawan, sangat berbeda dengan Fanny.

Melihat foto Susi, dia berpikir, kalau itu dia, dia juga akan memilih tipe seperti Susi!

Setelah menunggu lama, dia pun berdiri dari kursi dan ingin berjalan pergi. Saat itu juga muncul sosok yang dia kenali dari lift.

Saat itu Susi memakai pakaian rumahan, dan menggandeng Ethan.

"Ibu, aku ingin main-main lagi dengan kakak Jerry di bawah."

"Tidak boleh, tadi janjinya apa?" Kata Susi.

"Hanya boleh main setengah jam."

"Ya sudah, kamu sudah janji akan cepat pulang dan istirahat, lagipula, kakak Jerry juga sudah mau tidur."

"Ibu, ada hadiah?"

"Ehm..." Susi berpikir-pikir: "Kalau begitu hadiahnya kamu boleh baca buku serigala dua kali di rumah oke?

"Oke, aku ingin baca buku serigala..."

Ibu dan anak itu pun berjalan ke area bermain anak-anak di taman bunga.

Melisa melihat wanita yang ada dilayar hpnya dan melihatnya, jelas-jelas orang yang sama! Mengapa ada seorang anak yang memanggilnya ibu?

Agar tidak penasaran, dia pun menelepon Fanny: "Aku sudah melihat Susi."

"Cepat sekali?" Jawab Fanny.

"Benar, tapi aku heran, bukannya kamu bilang dia masih sendiri? Kenapa ada anak laki-laki berumur dua tahun yang memanggilnya ibu?" Melisa melihat mereka berjalan pergi.

Perkataan ini membuat Fanny semakin serius, lalu kaget dan bertanya: "Kamu bilang apa? Ada anak kecil?"

"Iya, aku dengar dia panggil ibu."

Fanny pun terdiam.

Melisa bertanya lagi: "Sebenarnya ada apa ini? Apakah Susi sudah menikah lagi?"

Kalau begitu bagus sekali, dia tidak usah khawatir Henry Qiao akan balikan dengannya lagi.

Lalu, Fanny tiba-tiba tertawa dan berkata: "Nona Melisa, kamu bodoh sekali, anak itu kemungkinan besar adalah anak Henry."

Walaupun Fanny tertawa, tapi sebenarnya dia merasa sangat jengkel, dia tidak menyangka Susi ternyata tidak menggugurkan anaknya, dan anak itu anak laki-laki!

Melisa pun kaget dan bertanya: "Apa? Anak itu... Anak Henry?"

"Benar, dulu sebelum Henry masuk penjara Susi sudah hamil, tapi semua orang mengira dia sudah menggugurkan anaknya." Fanny pun menyindirnya: "Apakah kali ini nona Melisa masih bermimpi ingin menikahinya? Kalau keluarga Qiao tahu anaknya tidak digugurkan, apakah kamu masih berkesempatan?"

Setelah itu, dia sengaja menghela nafas: "Aih, melihatmu, aku seperti melihat diriku sendiri saat dulu, bodoh dan lugu!"

"Apa kamu bilang?" Melisa pun tidak senang dan menyindirnya: "Nona Fanny, kamu seharusnya cari tahu dulu, aku denganmu berbeda."

"Apa yang beda? Bukannya sama bermimpi ingin menikahi Marco tapi tidak mampu?" Fanny pun berkata: "Kalau memang percaya diri, aku tunggu undangan nikahmu dengan Henry, dah!" Setelah itu dia pun menutup teleponnya.

Melisa menggenggam erat hp di tangannya, berdiri beberapa saat lalu berjalan menuju area bermain anak-anak.

Dari kejauhan dia melihat Ethan bermain, semakin melihatnya dia merasa Ethan sangat mirip dengan Henry. Sepertinya Fanny tidak membohonginya, anak itu memang anak kandung Henry.

Karena malam, Susi tidak memakaikan masker untuk Ethan, dia juga pasti tidak akan menyangka kalau tiba-tiba muncul seorang wanita bernama Melisa di samping Henry!

-----

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Too Poor To Have Money Left

Too Poor To Have Money Left

Adele
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu