Istri ke-7 - Bab 190 Pertemuan yang Kebetulan (2)

Saat Josephine memilih merek ini tadi, ia seharusnya mencegahnya. Josephine kecelakaan karena mobil model dan warna ini. Dan Marco malah menemaninya ke sini melihat contoh mobil.

"Untuk apa minta maaf padaku?" tanya Josephine bingung.

"Karena..." Marco mengusap kepala Josephine, "Karena aku tidak menemanimu berobat baik-baik," ujarnya serius, "Menurutku kita tidak usah melihat mobil lagi. Kita ke rumah sakit untuk memeriksakan sakit kepalamu."

"Tidak usahlah, sakitnya hanya hari ini saja, untuk selanjutnya tidak akan sakit."

"Kalau bertambah parah bagaimana?" Marco memegang wajah kecil Josephine dan berkata dengan iba, "Kalau sampai kau sakit, siapa yang akan menjaga aku dan Jesslyn, benar tidak?"

Josephine pun tak punya alasan untuk menolak lagi. Benar juga, siapa yang akan merawat suami dan anaknya kalau ia sakit? Jesslyn masih kecil, dan Marco juga butuh seseorang untuk merawatnya.

Josephine mengangguk-angguk sambil tersenyum, "Baik, kita ke rumah sakit."

Keduanya pun meninggalkan showroom itu dan pergi menuju rumah sakit.

Dokter yang pernah menangani Josephine melakukan pemeriksaan menyeluruh. Setelah hasilnya keluar, dokter meneliti semua data yang tertera di sana, sementara Marco dan Josephine yang duduk di depannya pun merasa tegang dan berkeringat dingin.

Marco takut kalau Josephine menderita cedera pasca kecelakaan. Ia takut kehilangannya.

Josephine juga takut dirinya mengalami cedera. Ia takut kalau terjadi sesuatu pada dirinya dan tidak ada yang merawat Marco dan Jesslyn.

Untungnya dokter menarik napas lega dan tersenyum setelah melihat semua hasilnya, "Tuan tidak perlu khawatir, hasilnya semua normal."

Dua orang di hadapannya pun menarik napas lega. Mereka berpandang-pandangan sambil tersenyum.

Syukurlah kalau tidak ada apa-apa.

Marco bertanya, "Lalu mengapa dia tiba-tiba sakit kepala? Apalagi sakitnya sampai sedahsyat itu."

Dokter mengamati Josephine, katanya setelah berpikir keras, "Bukankah nyonya pernah amnesia sebelumnya? Sebelum pusing itu terjadi, adakah nyonya berhubungan dengan benda atau orang yang nyonya kenal sebelumnya?"

Marco melirik Josephine sekilas, lalu mengangguk dengan ragu, "Ya..."

Ia menoleh menghadap Josephine, "Jessie, kau tunggulah di luar sebentar, aku mau mengobrol dengan dokter."

Josephine ragu, tapi ia akhirnya mengangguk dan keluar juga meskipun merasa bingung.

Ia tentu tahu mengapa Marco menyuruhnya keluar, karena pria itu tak pernah mengizinkannya untuk mengetahui masa lalunya. Ia sudah bertanya ribuan kali tentang apa yang terjadi padanya, tapi Marco selalu menolaknya dengan beralasan bahwa masa lalu yang menyedihkan tidak perlu diungkit lagi. Josephine bahkan tak tahu bagaimana dirinya bisa menderita luka bakar dan hilang ingatan.

Ia tahu Marco berbuat begini demi kebaikannya, jadi tak peduli seberapa penasarannya dirinya, ia juga tak ingin bertanya, juga tak perlu bertanya, bukankah begitu?

Setelah Josephine pergi, Marco baru berkata pada dokter, "Hari ini kami pergi ke showroom mobil. Jessie melihat mobil yang modelnya sama dengan mobil saat dia kecelakaan. Ia langsung sakit kepala sampai tak bisa berdiri lagi. Sebenarnya apa yang terjadi?"

Dokter berpikir sejenak, lalu tersenyum ringan, "Ini hal yang normal. Meskipun Nyonya kehilangan ingatan, tapi peristiwa mengerikan itu masih terekam dalam memorinya. Mobil yang dia lihat hari ini itu kebetulan memicu memorinya yang tersembunyi, menyebabkan dia sakit kepala."

"Apakah selanjutnya ia bisa pusing lagi seperti ini?"

"Mungkin bisa," dokter berhenti sejenak, lalu tersenyum, "Tapi Tuan tidak perlu panik, ini mungkin hal yang bagus, menunjukkan bahwa Nyonya memiliki kemungkinan untuk pulih."

Tangan Marco yang menggenggam gelas kertas tiba-tiba mengeras. Butiran air pun keluar dari dalam gelas...

Dokter masih tetap tersenyum, "Cara terbaik untuk memulihkan ingatan pasien amnesia adalah dengan sering-sering membawanya ke tempat yang familiar, bertemu dengan orang yang dikenalnya, atau menyuruhnya melakukan kegiatan yang dulu disukainya. Lama-lama, ingatannya mungkin bisa kembali."

Seusai berkata demikian, dokter mendapati Marco duduk di sana dengan wajah tertegun. Ia pun bertanya dengan hati-hati, "Tuan, Anda kenapa?"

Marco tidak menjawab pertanyaan itu, melainkan bertanya balik, "Lalu berdasarkan pengalaman Anda, berapa persen kemungkinan ingatan Lin akan kembali?"

"Ini..." Dokter menggelengkan kepala, "Untuk saat ini saya belum bisa memastikannya. Semua ini bergantung pada bimbingan keluarga dan teman. Kalau kalian bekerja sama dengan baik, hasilnya pasti akan baik."

Dokter melanjutkan lagi, "Tuan, apa perlu saya memberi obat untuk membantu pemulihan ingatan Nyonya? Dengan begitu hasilnya mungkin akan jauh lebih baik."

"Tidak, tidak perlu," Marco langsung menolaknya. Menyadari sikapnya, ia buru-buru menambahkan, "Obat bisa jadi racun. Beberapa tahun belakangan ini dia telah mengonsumsi terlalu banyak obat dan suntikan. Aku tidak ingin dia minum obat-obatan lagi."

"Oh, baiklah," dokter mengangguk-angguk, "Kalau begitu tidak usah."

Marco keluar dari ruang dokter. Dari kejauhan ia melihat Josephine di balkon lorong seberang sedang mengusir kebosanannya dengan menendang-nendang kerikil, atau melompati petak-petak ubin.

Josephine yang saat ini, tampak sama sekali tidak merasa cemas, sangat rileks dan bahagia, sama sekali berbeda dengan Josephine yang ia jumpai di masa lalu.

Saat Josephine menikah dengan Claudius dulu, Marco sempat 3 kali bertemu dengannya. Yang pertama di rumah keluarga Qiao, mereka tampak harmonis saat menghadiri pesta ulang tahun Nyonya Qiao, namun sebenarnya tidak. Yang kedua di sekitar rumah Keluarga Chen, tengah malam Josephine berlari keluar dari rumah dengan memakai baju tidur, ia tampak depresi. Yang ketiga adalah di restoran Barat, Josephine melarikan diri dari rumah setelah bertengkar dengan Claudius soal orang ketiga.

Total hanya 3 kali, dan semuanya adalah saat ia merasa sedih dan menderita.

Dia yang seperti itu, masa lalu yang seperti itu, untuk apa membuatnya mengingatnya?

Pria yang seperti itu, rumah tangga yang seperti itu, untuk apa membuatnya mengingatnya?

Rupanya yang bahagia, itulah yang paling menyentuh orang.

Jadi, demi kebaikan Josephine, ia tidak akan membiarkannya mengingat masa lalu. Ia tidak akan membiarkannya kembali ke rumah tangga yang penuh krisis seperti itu.

Marco menarik napas, lalu memutar kursi rodanya ke arah Josephine.

Melihat Marco, senyum Josephine pun merekah. Ia mendekati Marco dan menunduk di hadapannya. Kedua tangannya memegang lutut pria itu, "Bagaimana? Apa kata dokter?'

Marco meletakkan tangannya di atas tangan Josephine, menggenggam tangan wanita itu dalam telapaknya, "Bukankah tadi kau sudah dengar apa kata dokter? Semuanya normal."

"Benarkah?"

"Tentu saja," Marco berpikir sejenak, lalu menatapnya, "Aku sempat bertanya pada dokter tentang cara memulihkan ingatanmu. Dia mengajariku sedikit."

"Apa dokter bilang ada harapan?" tanya Josephine.

Marco menggelengkan kepala.

Rasa kecewa terbersit di hati Josephine, tapi ia tidak menunjukkannya di wajahnya. Bagaimanapun ini adalah memorinya sendiri, kalaupun tidak membaik tetap saja lebih baik dari keadaannya kini yang tidak tahu apa-apa. Tentu saja akan lebih baik kalau ia bisa ingat kembali.

Josephine tidak ingin Marco mengetahui kesedihannya, ia pun balik menenangkannya, "Tidak apa-apa, kalau tidak ingat ya sudah."

"Jessie, apakah kau benar-benar menginginkan memori masa lalumu?" tanya Marco sambil menatapnya dalam.

Josephine menggeleng, "Tidak juga, hanya saja terkadang aku ingin tahu seperti apa diriku di masa lalu, dan hidup seperti apa yang kujalani dulu," ia tertawa, "Lalu...bagaimana kita bisa saling kenal, bagaimana kita menikah, juga bagaimana aku mengandung Jesslyn dan melahirkannya."

"Bukankah aku pernah mengatakannya padamu? Kita berkuliah di kampus yang sama, lalu aku diam-diam suka padamu, dan akhirnya berhasil mendapatkanmu. Setelah menikah, kau mengandung Jesslyn dengan inseminasi buatan. Saat persalinan, semuanya berjalan dengan lancar, dengan cepat Jesslyn langsung terlahir."

Josephine mengangguk, ia sudah pernah mendengar kisah ini dari Marco. Ia hanya berharap peristiwa seindah ini bisa tinggal dan tersimpan di dalam memorinya sendiri!

***

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Angin Selatan Mewujudkan Impianku

Jiang Muyan
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu