Istri ke-7 - Bab 83 Siapa pembunuh sebenarnya (3)

Semenjak bertemu Vincent di bioskop, beberapa hari ini, suasana hati Josephine sangat buruk, hari ini Joshua kebetulan istirahat dirumah.

Sore hari, Joshua sedang olahraga di gym, Josephine mengambil kesempatan ketika tidak ada orang lain dan pergi ke gym juga.

"Kakak ipar, kamu juga datang olahraga?" Joshua yang sedang berlari di atas treadmill tersenyum ke arah Josephine.

Josephine mengangguk, dia berdiri di treadmill di samping Joshua tapi tidak berlari.

"Kakak ipar, kamu tidak bisa menggunakan mesin ini? Perlu aku bantu?" Joshua turun dari treadmill.

"Tidak usah, aku nanti saja baru mulai." Josephine berkata, setelah melihat Joshua kembali ke treadmill, dia baru berkata dengan nada santai: "Joshua, aku ingin bertanya sesuatu, boleh?"

Tanpa disangka, Josephine baru selesai bertanya, Joshua segera menggelengkan kepala dan melambaikan tangannya: "Kamu jangan tanya aku, aku benar-benar tidak tahu mengenai masalah kuil."

"Aku bukan mau menanyakan masalah kuil." Josephine kehilangan kata-kata, mengenai masalah yang dia hadapi ketika di kuil, dia sudah tidak ingin cari tahu.

Joshua menghela nafas lega, wajahnya kembali tersenyum: "Kalau begitu, apa yang ingin kamu tanyakan?"

"Aku ingin tahu properti yang ada dibawah nama Tuan muda Chen, kamu bekerja di Perusahaan besar Chen, juga sudah lama tinggal di rumah keluarga Chen, masalah ini, kamu harusnya tahu, kan?"

"Properti milik abang sepupu sangat banyak, tersebar di seluruh negeri, tidak bisa dihitung dengan jelas, untuk apa kamu menanyakan ini?"

"Tidak apa-apa, hanya.....ingin mengenalnya lebih dalam." Meskipun dia tahu berkata seperti ini akan membuat Joshua merendahkan dirinya, merasa dia sedang merencanakan hal jahat, tapi dia tidak bisa memikirkan alasan lain selain ini.

Senyum Joshua membeku, tapi dengan sangat cepat dia pun berkata: "Properti abang sepupu benar-benar terlalu banyak, aku tidak bisa menghitung satu-satu untukmu, maaf."

"Kalau begitu, apakah di Surabaya ada properti di bawah namanya?" untuk menghindari Joshua berpikir sembarangan atau membahas hal ini di depan Claudius, Josephine segera menambahkan: "Sebenarnya, aku lumayan suka Surabaya, ketika ada waktu, aku ingin kesana berlibur jangka panjang, tapi kalau tidak ada rumah milik keluarga sendiri sangat tidak praktis."

"Oh." Joshua mengangguk, kemudian tersenyum: "Masalah ini kamu tenang saja, properti abang sepupu di Surabaya sangat banyak, lebih banyak dibandingkan dengan kota lain."

Lebih banyak dibandingkan dengan kota lain? Apakah karena perempuan itu?

Josephine mengibas kepalanya dengan ringan, sekarang bukan waktu untuk memikirkan hal ini, dia berpikir-pikir kemudian bertanya lagi: "Ada properti yang seperti apa?"

"Mmm....Villa, apartemen, rumah dengan halaman belakang juga ada."

"Kalau begitu, apakah ada rumah kecil di kota tua? Misalnya sejenis rumah di jalan tua barat." Josephine langsung menanyakan pertanyaan ini.

"Tidak ada yang seperti itu." Joshua mengamati Josephine: "Kakak ipar suka rumah sejenis itu?"

Mendengar Joshua menjawab tidak ada, hati Josephine senang seketika.

"Tidak ada, bukankah menandakan bahwa Vincent Lee sembarangan bicara? Sengaja membuat Josephine salah paham?"

"Iya." Josephine tersenyum dan mengangguk: "Aku lumayan suka jenis rumah tua seperti itu."

"Kalau suka bukannya sangat simpel? Suruh Abang sepupu belikan satu untukmu saja." Joshua tertawa berseri.

"Tidak, tidak usah." Josephine segera menggelengkan kepalanya: "Sebenarnya aku hanya ngomong, kalau benar mau pergi berlibur, lebih nyaman tinggal di villa."

"Benar juga."

"Terima kasih." Josephine mengangkat tangan dan menepuk lengan Joshua: "Aku tidak mengganggumu berolahraga lagi."

Kemudian, Josephine pun berbalik badan dan berjalan menuju pintu gym dengan langkah ringan, di belakangnya Joshua kebingungan memanggilnya: "Hei! Kakak ipar, bukannya tadi kamu bilang mau olahraga bersama? Kenapa pergi?"

"Aku tiba-tiba teringat aku masih ada urusan." Josephine berkata, kemudian melangkah keluar gym.

****

Josephine kembali ke rumah utama, di luar perkiraannya dia melihat Fransiska duduk di sofa di ruang tamu lantai 1.

Wajahnya penuh dengan kekagetan, di saat yang sama di dalam hatinya dia juga merasakan firasat buruk, Fransiska kesini hanya ada satu tujuan, kemungkinan besar berhubungan dengan masalah Shella masuk ke rumah keluarga Chen.

Beberapa hari ini Josephine sengaja menghindari sepasang ibu dan anak ini, bukan demi menguasai posisi Shella, tapi demi melindungi anak di dalam kandungannya.

Begitu teringat Fransiska berencana memaksanya menggugurkan anak, dia langsung khawatir sampai-sampai tidak bisa makan dan tidur.

"Ibu, kamu kenapa datang kesini?" Josephine berusaha tersenyum, dan berjalan ke sana.

Fransiska dengan penuh kasih sayang merangkul lengannya dan menariknya duduk, tersenyum cerah dan berkata: "Tentu saja datang untuk melihatmu, dengar-dengar kamu ham...."

"Ibu, ayo minum teh!" Josephine segera memotong perkataannya.

Fransiska menyadari kalau Josephine sengaja memotong perkataannya, terdiam sejenak, menatapi dia, kemudian melihat nenek yang duduk di sofa seberang.

Pengurus He segera berkata kepada pembantu di sekitar: "Kalian pergi selesaikan kerjaan sendiri, disini ada aku sudah cukup."

Setelah pembantu keluar, Nenek pun meletakkan gelas teh di tangannya bermaksud bersuara, mata yang menatapi Josephine mengandung sedikit pandangan menyalahkan: "Bukannya kamu bilang tidak ada yang tahu mengenai hal ini?"

"Nenek, ibuku dia.....menyadarinya dengan melihatku." Josephine berkata dengan perasaan bersalah, dia tahu nenek tidak ingin memberitahu siapapun mengenai hal ini, termasuk keluarganya.

Fransiska dari dulu memang pintar melihat suasana, hanya dengan beberapa kalimat dia sudah tahu situasinya, dia pun membantu Josephine berbicara: "Benar, benar, Nenek tua Chen, kita berdua adalah orang yang berpengalaman, mereka berdua juga baru menikah, begitu melihat dia, saya langsung tahu dia sudah hamil. Namun Nenek tua Chen tenang saja, masalah ini saya tidak akan memberitahu siapapun."

"Baguslah kalau kamu mengerti, terutama Claudius, jangan sampai dia tahu."

"Iya iya, saya mengerti." Fransiska segera menjawab.

Nenek Tua Chen terlihat sangat lelah, dia bermaksud bangun dari sofa: "Shella, kamu temani ibumu ke atas untuk mengobrol, aku ingin istirahat sebentar di kamar, aku tidak mengganggu kalian lagi."

"Nenek tua Chen." Fransiska segera memanggilnya, Nenek tua Chen pun duduk kembali, melihat Fransiska: "Ibu Shella, apakah masih ada urusan lain?"

"Begini, Nenek Tua Chen." Fransiska kembali merangkul lengan Shella, dengan muka tersenyum berkata kepada Nenek Tua Chen: "Saya bisa melihat Josephine disini tidak bahagia, jadi saya ingin membawanya pulang ke rumah keluarga Bai tinggal setengah bulan. Suasana hati ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan bayi, saya hanya punya satu anak perempuan kesayangan, tentu saja berharap dia bisa melahirkan anak yang sehat dan cantik. Jadi saya ingin....."

Nenek Tua Chen melihat Josephine, kemudian melihat Fransiska, berkata dengan sedikit tidak senang: "Kamu berkata seperti keluarga Chen tidak memperlakukan putrimu dengan baik."

"Bukan, saya tidak bermaksud seperti itu." Fransiska segera berkata: "Maksud saya adalah bagaimanapun Shella dan Tuan muda Chen sebelumnya tidak ada perasaan apa-apa, dipaksa tinggal bersama pasti ada beberapa ketidakcocokan, terlebih lagi perempuan hamil pada dasarnya gampang labil. Shella dia dari kecil tinggal di rumah keluarga Bai, ada perasaan khusus terhadap segala sesuatu di rumah, ada saya dan ayahnya menemaninya, suasana hatinya pasti lebih baik. Tunggu dia melewati trimester depan, yang juga adalah masa paling penting untuk pertumbuhan bayi, saya akan langsung mengantarnya kembali."

Novel Terkait

A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu