Istri ke-7 - Bab 115 Drama (1)

"Nenek, kita pulang sekarang?" Chelsea Shen melihat kembali bayi yang ada di ranjang.

"Pulanglah, aku ingin beristirahat."

"Kalau tidak aku tinggal disini jagain kakak ipar dan anak ini." Sally Lin berkata.

Fransiska yang mendengarnya, lalu bergegas mengatakan: "Nona Lin, perasaan nenek tua sedang tidak enak, kamu temani nenek saja. Lagian kamu juga tidak mengerti tentang menjaga bayi yang baru lahir, Shella dan anaknya biarkan aku yang jaga saja, lagian aku juga sudah memperkerjakan dua orang perawat bayi."

“Kalau begitu kakak He saja yang tinggal disini." Nenek tua berkata.

Ini adalah anak keluarga Chen, tentu saja harus ada orang dari keluarga Chen. Kakak He berpengalaman merawat bayi.

Setelah mereka pergi, Fransiska melihat kakak He sejenak dan bertanya: "Dokter Lan, ventrikel tunggal sebenarnya berbahaya atau tidak, apakah bisa disembuhkan?"

Dokter Lan juga melihat kakak He, Fransiska lalu berkata: "Nenek sudah pergi, kamu katakan saja kepada kami, biar kami ada persiapan."

Dokter Lan mengangguk: "Oke kalau begitu aku jujur saja, penyakit ini sangat jarang ditemukan, hanya 0.47 persen dari penyakit jantung bawaan, kalau melakukan penyembuhan mungkin akan ada keajaiban, tapi kalau operasi biasanya tidak ada kemungkinan untuk berhasil."

"Apakah berarti anak ini tidak bisa bertahan hidup?" Kakak He bertanya.

"Kalau tidak ada keajaiban, memang susah untung bertahan hidup." Dokter Lan berkata.

Seketika suasana kamar itu menjadi hening.

Dokter Lan menenangkan mereka dan pergi.

Shella Bai sebenarnya ingin bertahan hingga kakak He pergi, tapi menunggu dan menunggu kakak He tidak juga pergi, terpaksa dia bangun dari ranjangnya.

Dia melihat kakak He, kakak He juga melihatnya, hingga Fransiska terbatuk sekali, dia baru memanggilnya dengan sopan: "Kakak He."

"Nona, kamu baik-baik saja?" Kakak He memperhatikannya.

"Aku... baik-baik saja."

"Tadi dokter bilang, anak ini mengidap penyakit jantung bawaan, mungkin tidak akan hidup lama." Saat kakak He berkata, sama sekali tidak menutupi rasa ingin menyalahkannya, karena dia yang bersikeras ingin melahirkan anak ini, kalau tidak nenek tua juga tidak akan terluka seperti ini.

Shella Bai mendengar kabar ini, bengong lalu air matanya pun mengalir.

Fransiska takut dia tidak bisa menangis, melihatnya menangis seperti ini dia pun lega.

Kakak He melihatnya yang menangis, semakin marah: "Saat itu nenek tidak membiarkan kamu melahirkannya, kamu malah ingin bertaruh, sekarang kejadian seperti ini menjadi kesedihan seluruh keluarga Chen, dan anak ini juga menderita menunggu mati. Nona apa gunanya sekarang kamu menangis?"

**

"Maaf, aku tidak menyangka akan begitu parah..." Shella Bai menangis sedih dan mengambil tissue yang diberikan Fransiska kepadanya, mengusap air matanya dan memegang tangan Fransiska dan bertanya: "Ibu, benarkah dokter mengatakan demikian? Benar anakku tidak bisa ditolong lagi?"

Fransiska sedih dan menepuk-nepuk punggung tangannya, menenangkannya: "Dokter bilang kalau melakukan penyembuhan mungkin akan ada keajaiban. Shella, kamu tenang saja, anak itu begitu lucu, Tuhan pasti membiarkannya hidup."

"Benarkah...?"

"Benar."

Shella Bai ingin turun dari ranjang dan menggendong bayi itu, tapi ditahan oleh Fransiska: "Shella, badanmu belum sepenuhnya pulih, jangan bergerak dulu."

"Ibu. Aku ingin menggendong bayiku."

"Oke, oke... ibu gendong kesini ya." Fransiska berhati-hati menggendong bayi itu dari ranjangnya dan membawanya ke pelukan Shella. Shella menerima bayi itu, melihatnya, dia pun mengalirkan air matanya.

Hp Fransiska berbunyi, dia melihat hp itu, melihat itu nomor Asi lalu dia pun melihat Shella Bai. Dia tidak bisa mengangkat telepon itu disini, tapi juga takut Shella Bai tidak bisa menghadapi kakak He. Lalu dia pun menepuk-nepuk pundak Shella Bai dan menenangkannya: "Shella, ibu angkat telepon dulu ya, kamu letakkan dia kembali di ranjang, jangan sampai dia terbangun."

Setelah selesai, dia memberi isyarat kepada perawat bayi untuk menggendongnya kembali ke ranjang.

Setelah anak itu digendong kembali, Fransiska menarik selimut untuk memaksanya beristirahat kembali, Shella Bai menghela nafas, dan masuk kembali ke dalam selimut.

Asalkan ada kakak He, kembali ke dalam selimut pun dia harus melanjutkan tangisannya. Sampai hari ini dia baru tahu, bermain drama itu adalah hal yang tidak mudah!

******

Fransiska berjalan keluar kamar, berjalan ke sudut koridor dan menjawab telepon itu, "Ada apa?"

Asi pasrah dan berkata: "Nyonya, nona ribut dan memberontak ingin keluar melihat anaknya, aku takut akan diketahui orang."

Fransiska curiga dan kemudian bertanya: "Sekarang masih ribut?"

"Tadi sudah berhenti, tapi aku takut setelah bangun dia akan ribut lagi."

"Oke, aku tahu." Fransiska menutup teleponnya, dia ragu sejenak lalu akhirnya datang ke kamar Josephine.

Saat dia masuk, Josephine sedang bengong dan berbaring menyamping, mendengar ada langkah kaki dia pun menaikkan kepalanya, lalu duduk di atas ranjang,

"Nyonya Bai, tolong keluarkan aku dari sini? Aku mohon." Dia membujuk.

Fransiska marah: "Josephine, aku dengar tadi kamu ribut disini? Apakah kamu ingin semua orang tahu tentang hal ini?"

"Aku hanya ingin keluar. Aku harus keluar."

"Keluar ngapain? Mencari nenek tua?"

"Bukan..." Josephine menggelengkan kepalanya, lalu menjawab dengan serius: "Nyonya Bai kamu jangan khawatir, aku sumpah tidak akan mencari nenek, juga tidak akan membiarkan mereka menemukanku, aku hanya ingin pergi dari rumah sakit, aku tidak ingin disini lagi, aku..."

Dia semakin panik, dia tidak bisa bilang kalau dia ingin mencari anak perempuannya, dia takut tidak bisa menemukan anaknya lagi

Dia tidak tahu pria itu siapa, pria itu juga pasti tidak mengenalinya, dan tidak tahu dia dikurung disini, pasti karena begini dia tidak bisa menemukannya, pasti!

"Bukankah sebelumnya kamu sudah mencoba melarikan diri? Kamu kira aku akan percaya lagi kepadamu?"

"Sebenarnya apa yang kalian inginkan?" Josephine marah: "Anakku sudah kuberikan kepada kalian, apa lagi yang kalian inginkan?"

"Aku ingin kamu diam disini, jangan pergi dari kamar ini tanpa izinku, kalau kamu pergi selangkah saja dari kamar ini, jangan salahkan aku jahat kepada anakmu."

"Kamu..." Josephine marah: "Kamu janji kamu akan baik kepadanya.

Hatinya semakin kacau, rupanya wanita ini sama liciknya dengan Shella Bai, hanya ingin memanfaatkan anaknya, setelah dimanfaatkan akan membunuhnya. Walaupun dia tidak bisa memastikan anaknya ini anaknya atau bukan, walaupun bukan, juga tidak sepatutnya dilukai oleh dua wanita ini!

"Kalau kamu tidak turut, aku tidak bisa bersikap baik kepadanya." Fransiska tersenyum dingin.

Josephine menggenggam erat tangannya, menatapnya dan menggertakkan gigi: "Kalau kamu berani melukai anakk, aku pasti akan membuat kalian membayar semua ini."

"Bagaimana membayarnya? Beritahu nenek tua, lalu membawa ibumu dan adikmu mengakhiri nasibnya sama seperti kita?" Fransiska menertawainya, lalu berpikir dan mengatakan: "Tapi perkataanmu ini... mengingatkan aku pada satu hal."

"Apa yang kamu inginkan?" Josephine merasa ada yang tidak beres.

"Tidak apa-apa, tapi aku merasa mungkin aku harus bersikap baik kepadamu, kalau tidak kamu tidak turut kepadaku." lalu dia berkata: "Kamu istirahat ya, setelah pulih aku pasti akan melepaskanmu untuk berkumpul kembali dengan ibu dan adikmu."

"Aku sekarang ingin keluar!" Josephine panik dan berteriak.

"Sekarang tidak boleh, istirahatlah." Fransiska menenangkannya, menarik pintu kamar dan berjalan keluar.

*******

Novel Terkait

Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu