Istri ke-7 - Bab 187 Kecelakaan (3)

Saat dia bersekongkol dengan Vincent Lee, Vincent Lee hanya ada satu permintaan kepadanya, yaitu tidak peduli apapun yang dilakukannya dia tidak boleh melukai Josephine, sekarang Josephine malah tidak diketahui keberadaannya, dia yakin Vincent Lee pasti sudah marah besar dan tidak akan membiarkannya begitu saja.

Saat dia berjalan ke dalam kantornya, Vincent Lee sedang duduk di kursinya, di tangannya ada sebatang rokok yang sedang menyala, dia sedang menatap bangunan di luar jendela. Mendengar sekretaris memberitahunya kalau nona Zhu datang mencarinya dia juga tidak menoleh kepadanya.

Juju melihatnya, tentu saja merasa sedikit takut dan khawatir, kalau Vincent Lee emosi dan memberitahu semuanya kepada nenek maka habislah semua!

Dia menarik nafas, lalu mengedip-ngedipkan matanya, matanya pun memerah.

"Tuan muda Lee..." Dia berdiri di belakang Vincent Lee, berkata sambil mengisak tangis: "Maaf, aku tidak sengaja mencelakai Josephine, aku tidak menyangka dia bersembunyi di balik pintu dan mendengar semuanya. Dia berteriak akan kembali ke rumah nenek dan memberitahu semua kenyataannya, aku pun mengejarnya, aku ingin menjelaskan kepadanya dan meminta maaf. Tapi dia malah melaju lebih cepat lagi, lalu terjatuh ke laut..."

Setelah itu dia pun melanjutkan: "Maaf, aku tidak bermaksud mencelakainya, selama ini aku sudah berjanji tidak akan melukainya, tapi kali ini benar-benar sebuah kecelakaan, tuan muda Lee, percayalah, aku benar-benar minta maaf..."

Setelah itu dia pun menunduk dan menangis.

Vincent Lee akhirnya bersuara, nadanya dingin: "Mati pun baik."

Perkataan ini membuat Juju tiba-tiba menghentikan tangisannya.

Dia mengangkat kepalanya dan menatap Vincent Lee, karena dia membelakanginya, dia tidak bisa melihat ekspresinya, dia pikir dia salah dengar.

"Tuan muda Lee..." Dia tiba-tiba mengubah suaranya: "Kamu tidak apa-apa?"

"Aku tidak apa-apa, kamu pergilah." Vincent Lee berkata.

"Kamu... akan..." Juju terbata-bata: "Kamu akan memberitahu kenyataan ini kepada nenek dan Claudius?"

"Kenapa aku harus memberitahunya?" Vincent Lee berbalik badan dan tersenyum dingin kepadanya: "Melihatnya kehilangan cintanya, menikahi istri yang berhati jahat, melihat penyakitnya kambuh... bukannya ini sangat menyenangkan?"

Ekspresi Juju pun berubah, dia merasa sedikit emosi.

Tapi karena dia masih membutuhkan pertolongannya, walaupun merasa terhina dia tetap harus menahannya.

Lalu dia sedikit ragu dan bertanya: "Tuan muda Lee... apa rencanamu selanjutnya? Keluar negeri?"

Walaupun dia sudah mengatakan kalau tidak akan memberitahu Claudius, tapi tentu saja tetap berada disini dia akan menjadi bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak, dia tentu berharap dia bisa pergi jauh-jauh.

"Menurutmu?" Vincent Lee melihatnya, ekspresinya memburuk lalu berteriak: "Pergi!"

Saat dia berteriak, dia pun melempar asbak rokok dari meja ke dirinya. Suara "Trang" terdengar, asbak itu pecah menjadi dua bagian. Juju pun terkejut dan menghindar.

Dia melihat asbak itu lalu melihat ekspresi Vincent Lee yang dingin, dia pun berjalan pergi.

Setelah Juju pergi, kantor itu pun menjadi hening kembali.

Vincent Lee melangkah mundur dan duduk di atas kursi.

Dia pun merasa sangat aneh... saat dia mendengar kabar Josephine meninggal, dia tidak sesedih yang dibayangkannya, malah merasa lega dan seperti terlepas dari sebuah beban.

Dia malah merasa sedikit senang, mengingat Claudius yang sedih karena Josephine meninggal, dan mengingat Claudius yang tidak bisa mendapatkannya lagi, dia merasa sangat senang.

Yang tidak bisa didapatkannya, dia rela menghancurkannya daripada harus membiarkan orang yang dibencinya yang mendapatkannya!

Ini adalah isi hatinya yang sekarang.

*******

Claudius kembali masuk kerja, dia menaiki mobil Sam.

Mobil pun melaju pelan, melaju di jalan yang dikenalinya, Claudius duduk di belakang dan memejamkan matanya.

Saat mobil melewati jalan yang berbataskan laut itu, Sam tiba-tiba rem mendadak, tubuh Claudius tergoncang, lalu dia pun membuka mata.

Sam pun menjelaskan: "Maaf tuan muda, beberapa hari yang lalu terjadi kecelakaan disini, beberapa hari ini selalu ada tim yang mencari jasad korban, dan menutup jalan."

Karena nenek menutup kabar ini, orang-orang yang tahu sangatlah sedikit, bahkan Sam pun tidak tahu kalau korban kecelakaan ini adalah Josephine."

Claudius menatap laut, dia melihat ada kapal yang sedang mencari sesuatu.

Sam pun melanjutkan: "Kaki gunung saja tertabrak hingga hancur sebagian, pagar pembatas pun patah, sepertinya sangat parah."

Claudius menatap pagar pembatas yang hancur itu, tidak tahu kenapa, jantungnya tiba-tiba merasa sakit.

Dia menarik nafas panjang, sakit itu pun menghilang seketika.

Dia memejamkan matanya kembali.

Setelah sampai di kantor, Claudius mendengar penjelasan asisten Yan tentang pekerjaannya, lalu tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan bertanya: "Josephine tidak datang kerja kan?"

Asisten Yan kaget, pandangan matanya terpancar rasa sedih.

"Kenapa? Kamu lebih sedih dariku?" Claudius tersenyum melihatnya.

"Bukan." Asisten Yan menggeleng: "Tuan muda Chen, sejak kamu sakit, nyonya sudah tidak pernah datang lagi."

Dia tidak bisa memberitahu kabar kecelakaan Josephine kepadanya, karena nenek menyuruhnya untuk tidak berkata apapun di depannya.

Claudius terdiam sejenak, lalu mengangguk: "Baiklah, aku sudah tahu."

Asisten Yan berjalan keluar, Claudius pun membuka laptopnya, tapi tetap tidak bisa bekerja dengan tenang.

Sudah berhari-hari dia tidak bekerja, kerjaannya pun sudah menumpuk. Dia menarik nafas panjang, mencoba untuk tenang, tapi saat ini hpnya malah berbunyi.

Hpnya hanya bisa dihubungi oleh orang-orang yang dikenalinya, dan jumlahnya tidak banyak, oleh karena itu walaupun nomor itu asing tapi dia tetap mengangkatnya. Dia masih sedikit berharap, berharap kalau yang meneleponnya adalah Josephine.

Jelas-jelas tahu tidak mungkin, tapi dia tetap berharap.

Suara Susi yang emosi pun terdengar: "Claudius, kamu suruh beberapa stafmu ini bawa aku naik! Ada yang ingin kubicarakan!"

Mendengar suara Susi, Claudius mengerutkan alisnya, lalu bertanya: "Ada apa langsung katakan saja."

Kalau mengatakan kepahitan Josephine, dia tidak ingin mendengarnya, karena dia sudah menyerah, dan tidak ingin mencari tahu apakah itu benar diantara Josephine dan Vincent Lee.

Dia melepaskannya, bukan karena tidak percaya, tapi karena tidak ingin membuatnya lelah karena penyakitnya ini, dan mempengaruhi hidupnya.

"Claudius, kamu benar-benar tidak ingin cari tahu tentang kabar Josephine? Kamu tidak peduli lagi dia hitup atau mati? Aku beri tiga detik untuk mempertimbangkannya, satu, dua, ..."

"Tunggu sebentar." Claudius tiba-tiba berkata, lalu menutup teleponnya, lalu menelepon resepsionis.

Tidak lama kemudian, Susi pun naik.

Melihat kelopak matanya yang merah, seperti baru saja menangis, Claudius tiba-tiba merasa ada sesuatu yang tidak enak.

Dia melangkah ke depan Claudius, menatapnya dan tertawa sinis: "Kamu benar-benar santai ya, seolah-olah tidak terjadi apapun."

"Apa maksudmu? Josephine kenapa?" Claudius bertanya.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
3 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu