Istri ke-7 - Bab 223 Mencari Cara Keluar dari Mala Petaka (2)

Setelah berpisah dengan Claudius hari itu, setiap hari Claudius menelepon satu kali, dan Josephine tak pernah mengangkatnya sekalipun.

Claudius tidak ingin membuatnya risih, karena itu setiap hari ia hanya menelepon satu kali.

Awalnya ia pikir Josephine tidak akan menerimanya, namun tak disangka Josephine malah tiba-tiba mengangkatnya, ini malah membuat Claudius bingung harus melakukan apa.

"Josephine... Kamu... Kamu baik-baik saja bukan?" Tanyanya kaget.

"Kenapa kau bertanya seperti ini?" Tanya Josephine heran.

Claudius tertawa dan menjawab, "Karena sebelumnya kau selalu tidak mempedulikanku."

"Kalau sudah tahu aku tak akan mempedulikanmu, kenapa masih menelepon?"

"Sudah terbiasa..."

Sudah terbiasa... Dalam hati Josephine merasa terharu, ia menghirup napas dan bertanya, "Ada urusan apa mencariku?"

"Tidak ada, hanya ingin mendengar suaramu, melihat apa kau baik-baik saja."

"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" Tanya Josephine teringat kata-kata Sally. Sebenarnya ia juga pernah berpikir untuk menelepon Claudius untuk menyapa, tak disangka ia menelepon.

Kalau bukan karena Sally datang mencarinya, ia tidak akan mengangkat telepon Claudius, bagaimanapun ia sudah menyanggupi Marco untuk sebisa mungkin tidak bertemu dengan Claudius.

"Aku sangat baik," ujar Claudius sambil tertawa, "Josephine, apa kau merasa kita sangat mirip dengan teman yang tidak begitu akrab, selain saling menanyakan kabar, tidak ada topik obrolan lain."

"Tidak," kata Josephine menggeleng, "Aku sih punya sesuatu yang harus kubicarakan denganmu."

"Urusan apa? Kau sudah memikirkannya?" Tanya Claudius girang.

"Memikirkan apa?" Tanya Josephine bingung.

"Memikirkan untuk kembali ke sisiku?"

Josephine kehabisan kata-kata, ia berkata, "Tuan Chen..."

"Baiklah, aku tahu ini hal yang mustahil," ucap Claudius, kegirangan dalam nada bicaranya seketika hilang, "Urusan apa?"

"Mari bertemu," ujar Josephine, "Tetapi bolehkan aku memintamu untuk menyanggupiku 1 hal, agar kita hanya bertemu sebentar? Tuan Chen jangan memikirkan hal lain."

"Kau takut kau sendiri tak bisa menahan dirimu untuk menyerahkan diri padaku?" Kata Claudius tertawa licik.

"Claudius, aku bicara serius," ujar Josephine dengan wajah mungilnya yang memanas.

"Baiklah, sekarang juga aku menuju ke kafe klasik kecil di dekat rumahmu."

"Baiklah, kalau begitu sampai ketemu," kata Josephine lalu menutup telepon.

Dua puluh menit kemudian, mereka bertemu di kafe klasik. Claudius menatap Josephine yang berada di depan matanya, beberapa hari tidak bertemu, ia menemukan bahwa dirinya tak tahan ingin memeluk Josephine.

Tetapi memikirkan bahwa barusan ia sudah menyanggupi Josephine, Claudius terpaksa menahan keinginan untuk memeluk dari lubuk hatinya itu, ia menunjuk sofa di depannya dan berkata, "Mari duduk."

Josephine mengangguk, lalu duduk di sofa.

Ia juga menatap Claudius, ia yang teliti itu bahkan mendapati bahwa pangkal janggutnya bertambah panjang sedikit. Dalam hati diam-diam ia berpikir, apakah akhir-akhir ini Claudius sesibuk itu? Sibuk hingga tak sempat merapikan janggutnya?

"Apakah akhir-akhir ini kau sibuk?" Katanya akhirnya menanyakan kepeduliannya.

"Sepertinya aku tidak pernah tidak sibuk ya?" Kata Claudius tertawa pasrah, "Akhir-akhir ini banyak urusan perusahaan, wajar kalau sedikit lebih sibuk dibanding dulu."

"Ingat istirahat."

"Kau bahkan memperhatikanku dengan begitu dingin, apakah bagus seperti itu?"

"Kita mulai bicara ke intinya saja," kata Josephine mengganti topik.

Claudius mengangguk dan berkata, "Baiklah, ada apa mencariku?"

Josephine memandangnya dan terdiam sesaat, baru ia berkata, "Sally baru mencariku."

"Lalu?"

"Ia memberitahuku bahwa sekarang kau sedang dalam bahaya, Juju sudah mengetahui kebenaran tentang kekasih yang ditakdirkan, untuk melindungi diri ia sedang memikirkan cara untuk meracunimu," kata Josephine lalu terdiam sesaat lagi, kemudian bertanya, "Apakah Sally pernah mengatakannya padamu?"

"Tidak."

"Tidak? Kalau begitu aku tidak mengerti, ia bilang ia hanya tertarik pada harta keluarga Chen, ia tak ingin terjadi sesuatu padamu, tetapi kalau ia memang benar-benar melakukan ini untuk kebaikanmu, mengapa ia tak langsung memberitahumu, malah memberitahuku?"

"Mana mungkin ia melakukannya demi kebaikanku?" Ucap Claudius sambil tertawa dingin.

Mereka berdua hening sesaat, seperti sedang memikirkan motif Sally, akhirnya Claudius buka mulut, "Josephine, kutebak ia melakukannya untuk memancingmu agar menindak Juju lebih dulu, membuatmu terjerumus dalam tindakan kriminal, jadi kau jangan sampai mendengar omong kosongnya."

Josephine terkejut. "Kau berpikir begitu?"

"Ya, meskipun aku tidak tahu tujuannya yang sebenarnya, tapi aku bisa melihat bahwa ia tidak beriktikad baik terhadapmu," kata Claudius kemudian menenangkan Josephine, "Tapi tenang saja, aku tidak akan membiarkannya melukaimu."

"Lalu bagaimana denganmu?" Tanya Josephine sambil menatapnya, ia sedikit khawatir. "Meskipun ia tidak beriktikad baik terhadapku, namun yang ia katakan masuk akal, saat ini Juju pasti sangat ketakutan, ia pasti akan memikirkan cara untuk keluar dari mala petaka ini. Dan cara langsung untuk melarikan diri dari kemalangan ini adalah membuatmu..."

Josephine tidak tega mengucapkan kelanjutan kalimatnya.

"Aku tahu," kata Claudius sambil mengangguk, "Tetapi kau tenang saja, aku sudah mengurungnya di rumah, ia tak akan bisa melakukan apapun."

"Tetapi ia tetap saja selalu berada di sisimu, dengan begitu kau benar-benar dalam bahaya."

Claudius tiba-tiba menyondongkan tubuhnya ke arah Josephine, dengan wajah serius ia bertanya, "Kalau aku benar-benar dibunuh olehnya, apakah kau akan sedih?"

"Claudius, kau lagi-lagi tidak serius," ujar Josephine sambil memandanginya dengan tidak senang.

Claudius tersenyum dan menarik kembali tubuhnya, lalu berkata, "Baiklah, aku salah."

Josephine berpikir sejenak, lalu berkata, "Kau tinggallah di apartemen, jauh-jauhlah dari sekelompok orang itu, paling tidak kau bisa sedikit lebih aman."

"Aku sendrian?"

"Kalau tidak?" Kata Josephine sambil sengaja menggodanya, "Atau bawalah seseorang, dengan begitu kau tak akan kesepian."

"Usul ini boleh juga, tetapi masalahnya pasangan yang menemaniku di apartemen itu harus adalah kamu."

"Jelas-jelas kau tahu tidak mungkin," kata Josephine memalingkan wajahnya.

Claudius dengan pasrah mengangkat bahunya, "Heh, sepertinya kau tidak begitu mempedulikan aku."

"Bicara yang serius, sebenarnya kau mau bagaimana?" Tanya Josephine dengan nada yang bertambah serius.

"Nenek bersikeras tidak mau meninggalkan mansion, aku tak bisa meninggalkannya sendirian di sana, namun aku bisa menjamin, aku pasti akan baik-baik saja," kata Claudius lalu mengangkat telapak tangannya, "Dan aku masih mau nyawaku, untuk merebutmu dari Marco."

Josephine dalam hati cemas, Claudius malah sama sekali tampak tidak setuju, Josephine jelas tahu apapun yang ia katakan tidak ada gunanya, ia pun berdiri dari sofa dan berkata, "Karena sudah begini, kau hati-hatilah, aku pulang dulu."

"Sudah mau pulang?" Tanya Claudius berdiri dari sofa, lalu menarik pergelangan tangan Josephine.

Tangannya menggenggam pergelangan tangan Josephine, panas tubuhnya bagaikan menyerang melalui kulitnya, hati Josephine berdegup sedikit, seketika ia merasa kacau.

"Temani aku sebentar lagi," kata Claudius, tubuhnya menempel di belakangnya, ia memeluknya dengan lembut.

Sebenarnya ia masih senang melihatnya memperingatkannya tentang hal ini dan itu dengan nada bicaranya yang khawatir, karena ia bisa merasakan Josephine benar-benar peduli padanya, benar-benar baik padanya.

"Claudius, hari ini aku tidak minum bir, jangan menggodaku," kata Josephine lalu mengeraskan hatinya, melepaskan pegangan Claudius.

"Josephine..."

"Sampai jumpa, Tuan Chen," kata Josephine tanpa memberinya kesempatan berbicara, ia pun meninggalkan kafe itu.

-----

Sesampainya di rumah, Josephine terus berpikir, namun ia tak kunjung tenang atas masalah Claudius.

Malamnya, setelah ragu sebentar, Josephine menelepon Claudius.

Melihat telepon masuk darinya, Claudius terlihat sangat gembira, dengan suasana hati yang sangat baik ia langsung berkata, "Josephine, akhirnya kau setuju?"

"Aku setuju apa?" Tanya Josephine bingung.

"Menemaniku tinggal di apartemen."

"Hari ini tadi aku sudah bilang itu tidak mungkin."

Claudius juga tahu itu tidak mungkin, ia hanya bercanda.

"Kalau begitu kau meneleponku... Ada apa?" Katanya sebisa mungkin terlihat baik.

"Aku mau memintamu membantuku," kata Josephine dengan sedikit ragu.

"Membantumu apa?"

"Aku mau bertemu dengan Juju."

"Untuk apa menemuinya? Masa kau mau menggantikanku untuk memohon padanya? Atau kau mau menakut-nakutinya kalau ia berani melukai lelakimu, kau akan menghabisinya?" Ujar Claudius semakin gembira.

Setiap kali melihat Josephine gelisah karenanya, ia merasa sangat senang.

Novel Terkait

You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu