Istri ke-7 - Bab 108 Apakah Seharusnya Dijelaskan Dulu? (1)

Mendengar telepon berdering, dia sedikit terkejut melihat nama Claudius, dia pernah terbayang bahwa Claudius akan mencarinya jika tidak bisa menemukan Josephine, tapi dia tidak menyangka akan secepat ini.

Setelah terhenti sejenak, dia menerima panggilan itu, “Kakak, ada apa kamu mencariku?”

Nada bicaranya tidak terdengar ada sedikitpun tidak bagus, bahkan sedikit membawa rasa senyum.

“Menurutmu?” Muka Claudius berubah, nada bicaranya menjadi datar, “Kamu bawa Kakak Ipar kamu kemana?”

Vincent mengangkat kepalanya melihat langit-langit, dan berkata serasa tidak bersalah,. “Kakak Ipar? Apa maksudmu kak?”

“Tuan Lee ,apakah kamu yakin masih ingin terus berakting?” terdengar jelas rasa tidak puasnya Claudius dalam kalimatnya itu.

Namun Vincent masih juga tetap tidak ingin mengakuinya, dia terus berakting, “Kakak, aku benar-benar tidak mengetahui apa maksudmu, ada apa dengan kakak ipar?”

Setelah terhenti sejenak, Claudius berkata, “Tidak ada apa-apa.”

Awalnya dia mengira Claudius sudah percaya dengan perkataannya, namun tak disangka Claudius mengejar hingga kesini.

Melihat mobil Claudius yang berada di lantai dasar, Vincent tertawa, dia menoleh kearah Josephine yang dari awal hingga akhir duduk disamping jendela, dan berkata, “Sepertinya cinta kalian dalam, dia sampai mengejar hingga kesini.”

Mendengar perkataannya, Josephine menggerakkan badannya dan mengarahkannya kearah lantai bawah, dan melihat mobil Claudius sedang berhenti di bawah.

Saat ini dia mengenakan baju tidur, rambutnya sedikit berantakan, keningnya didekatkan ke jendela, dari posisinya ini, dia kebetulan bisa melihat dimana Claudius berada.

Dan Claudius yang berada dilantai bawah juga melihatnya, melalui kaca jendela, dia melihat Josephine dengan muka tidak bersemangatnya itu, dan juga melihat baju tidur dibadannya.

Dia sedikit senang, karena bisa melihatnya disini berarti setidaknya menandakan bahwa Josephine masih hidup. Asalkan orangnya tidak apa-apa saja sudah cukup. Namun rasa senang dalam hatinya dengan cepat digantikan oleh rasa marah, dia sampai memakai baju tidur dirumah seorang lelaki? Ini adalah serangan Visual dan Psikologi yang sangat besar bagi Claudius!

Setelah menatapinya sesaat, Claudius melangkah kedalam villa.

Ketika dia melangkah masuk ke lantai satu, kebetulan Vincent turun dari atas. Dan berjalan kedepan Claudius lalu berkata dengan penuh merasa bersalah, “Kakak, kamu sudah kemari.”

Claudius menatapinya dan bercibir, “Apakah kamu masih mau memberitahuku kakak iparmu tidak ada disini?”

“Tidak, kakak, kamu salah paham.” Vincent mengelus-elus kedua tangannya sendiri, “Telepon kakak ipar dirampok di pinggir kota dan dia kehujanan, kebetulan aku melihatnya dan membawanya pulang. Uh......kakak ipar takut kamu akan salah paham jadi dia tidak ingin kamu mengetahui bahwa dia ada disini.”

Sindiran dimuka Claudius semakin terlihat jelas, “Kebetulan?”

“Iya.” Vincent menganggukkan kepalanya.

Claudius melewatinya dan melangkah naik ke lantai dua, Vincent lega melihat sosok belakang Claudius. Dia tidak mengira bahwa Claudius akan mengejar hingga kesini, dia benar-benar tidak menyangkanya!

Tanpa sadar dia mundur satu langkah dan duduk diatas sofa hatinya kacau.

Dia tidak ingin menyinggung keluarga Chen, dan juga tidak mempunyai kemampuan untuk menyinggungnya, dia bertanya kepada dirinya lagi dalam hati, apakah memang bagus melakukan ini? Apakah itu layak?

Cintanya terhadap Josephine itu tulus, namun dia buan orang yang mementingkan percintaan, namun dirinya adalah seseorang yang rela mengorbankan apa saja demi identitas diri dan kedudukan.

Namun semenjak kepergian Josephine, dia baru menyadari bahwa dirinya memang tidak begitu bisa melepaskan, kekosongan dalam hatinya tidak bisa dipenuhi oleh orang lain meskipun oleh Shella yang mempunyai wajah yang sama persis dengan Josephine.

Terutama ketika melihat Josephine bersama dengan Claudius, ketika melihat Josephine mengandungi darah daging Claudius, hatinya semakin kacau. Hatinya kacau mudah membuatnya impulsif, contohnya seperti kejadian hari ini, dia tidak hanya tidak mendapatkan pengertian dari Josephine, bahkan dia menyinggung Claudius.

Ketika Claudius sampai di lantai dua, dia mendorong kamar dimana Josephine berada, Josephine masih saja tetap duduk didekat jendela dan menatap keluar.

Claudius melirik baju tidur yang dikenakannya, dan berkata, “Dimana bajumu?”

Sebenarnya bagaimana mungkin dia bisa tidak mengetahuinya, Josephine kehujanan maka tentu saja tidak akan terus memakai baju basah itu. Yang sebenarnya ingin ditanyakannya adalah siapa yang membuka bajunya, siapa yang telah melihat badannya, apa yang terjadi antara Josephine dengan Vincent.

“Aku bertanya kepadamu.” Claudius melangkah beberapa langkah kedepan, dan berdiri didepan Josephine.

Josephine tetap saja tidak mempedulikannya, seperti tidak mendengar perkataannya.

“Apa maksudmu? Kamu ingin tetap disini dan tidak mau pergi?” Claudius marah besar.

Semenjak selesai rapat, dia mencarinya, hingga sekarang sudah menjelang malam, dia bahkan tidak makan, lukanya juga tidak sempat dibersihkan. Setelah menemukannya dengan susah payah, tapi Jospehine malah berlagak seperti ini.

Meskipun dia tahu wanita hamil mempunyai gampang berganti mood, tapi ini terlalu keterlaluan.

Josephine menoleh kearahnya dan menatapinya, “Aku memang tidak ingin pergi, tapi apakah kamu akan melepaskanku?”

“Kamu tidak ingin pergi? Beraninya kamu hingga tidak ingin pergi?” Claudius marah dan menariknya dari tempat duduknya, dan memeluknya, tangannya menekan kepala Josephine dan berkata disamping telinganya, “Kamu ulangi sekali lagi.”

Josephine tidak mengelak darinya, namun membenamkan kepalanya kedalam pelukan Claudius dan mengigitnya.

Claudius kesakitan karena gigitannya, lalu dia merasakan air mata yang hangat mengalir, dan mendengarkan tangisan Josephine yang ditahan-tahannya.

Claudius tersentuh, tangannya memeluk pinggang Josephine, dan berkata, “Ada apa denganmu? Apakah Vincent membulimu?”

Josephine tidak menjawabnya, dia terus mengigitnya, hingga bau amis memenuhi penciumannya, dia tetap tidak melepaskannya.

Claudius sedikit beradaptasi dengan rasa sakitnya dan terus bertanya, “Mengapa pergi ke pinggir kota? Mengapa teleponmu dirampok kamu masih tidak memberitahuku? Mengapa pulang dengan Vincent?”

Setelah terdiam sejenak, Josephine akhirnya melepaskannya, mulutnya masih saja dipenuhi darah, dia melototi Claudius dan berkata, “Claudius, aku hanya ingin bertanya, apa akhirku nanti setelah pulang denganmu?”

“Apa maksudmu?”

“Bukankah kamu sudah setuju untuk menikahi wanita lain?” sebenarnya ini bukan paling membuatnya sedih, lagipula setelah dia melahirkan mereka tidak akan berhubungan lagi, tidak ada masalah dia ingin menikahi siapapun, meskipun kecewa dengan kekejamannya, namun tidak sampai mendorong dirinya sendiri hingga kejurang yang membuat dirinya sendiri menderita.

Dia sedih karena Claudius menggunakan tindakan yang sekejam itu untuk mencelakai neneknya namun dirinya tidak bisa bertanya langsung kepadanya, tidak bisa langsung melawannya.

Dendam yang tidak bisa dikeluarkannya membuatnya memanfaatkan alasan ini untuk mengeluarkan amarahnya.

Claudius tidak mengiranya akan bertanya seperti ini, dia sedikit kaget, dan bertanya sambil mengerutkan keningnya, “Siapa yang memberitahu kamu?”

“Apakah ada bedanya siapa yang memberitahuku?”

“Tidak ada perbedaan, namun kamu dengar dulu penjelasanku.”

“Tidak perlu.” Josephine mendorongnya, dan berkata sambil merengek, “Tidak peduli apapun alasannya, hasilnya tidak akan berubah.”

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu