Istri ke-7 - Bab 143 Menemaninya makan (3)

Setelah keluar dari restoran barat, Claudius mengemudi sendirian, melaju di jalanan.

Kembali ke rumah keluarga Chen harus melewati rumah sakit Siloan, dan saat ini kebetulan seorang perawat menelepon dia, berkata Josephine ribut ingin pulang.

Claudius bimbang sejenak, kemudian berkata: "Kalau begitu biarkanlah dia keluar."

Setelah meletakkan ponsel, Claudius langsung membelok masuk ke dalam rumah sakit.

Josephine kemarin pagi berpura-pura terlalu heboh, dokter pun memintanya dirawat inap 3 hari baru boleh pulang, dan Josephine juga sangat bersedia, tapi sekarang misinya sudah selesai, otomatis sudah tidak perlu terus tinggal disini.

Di dalam rumah sakit dimana-mana tercium bau alkohol, dimana-mana ada virus penyakit, lebih tidak nyaman dibandingkan tinggal di villa kecil, dia tidak ingin tinggal disini lebih lama lagi.

Cairan infus terakhir masih sedang diinfus, Josephine sedikit tidak sabar bersandar di kasur, ketika pintu kamar dibuka, dia sedang duduk memeluk lutut dan melamun.

Mendengar suara pintu dibuka, dia langsung bertanya: "Claudius sialan itu sudah setuju belum?"

Josephine mendongak, ketika dia melihat Claudius yang tiba-tiba muncul di kamar pasien, dia langsung membeku, secara refleks mundur dan meringkuk di sudut kasur.

"Maaf.....Aku tadi tidak mengatakan apa-apa....." Apa yang tadi dikatakannya? Mengatai Claudius sialan!

Mungkin seumur hidup ini baru pertama kali ada orang yang memarahi dia sialan di depan mukanya? Mampuslah sudah!

Claudius berdiri di jarak 2 meter di depan Josephine, melihat Josephine, tatapannya terhenti di lukanya yang dibalut dengan kain kasa, bertanya dengan datar: "Kepala sudah tidak sakit?"

Josephine dibuat panik oleh kalimat Claudius ini, meskipun Claudius tidak marah karena dibilang sialan, tapi nada suaranya ketika menanyainya lebih menakutkan dibandingkan memarahinya.

Nada suara apa ini? Apakah Claudius tahu kalau dia berpura-pura sakit?

"Sudah tidak sakit." Setelah terdiam sekian lama, dia baru menjawab dengan hati-hati.

"Tujuanmu sudah tercapai?"

"Tujuan apa?" Josephine lagi-lagi panik, di dalam hati berpikir apakah Claudius sudah tahu dia meminta tolong Susi melakukan pemeriksaan DNA? Kalau begitu dia.....

Claudius tertawa, membungkuk dan menaruh kedua tangannya di samping tubuh Josephine, melihat Josephine yang panik dari jarak dekat: "Susi tadi mencariku, membantumu menjelaskan semuanya."

"Dia.....bilang apa saja?" Josephine berkata terbata-bata.

"Dia bilang kamu melakukan semua ini karena terpaksa, dia juga bilang dulu kamu dan Vincent sangat bahagia, bahkan sudah mendiskusikan pernikahan."

"......"

"Benarkah?"

Pertanyaan ini sangat susah dijawab, dia harus menjawab apa agar Claudius tidak marah?

"Benar......"

Melihat ekspresi Claudius yang menggelap, dia bergegas menambahkan: "Tapi itu sudah berlalu, semenjak Vincent mengkhianatiku, aku sudah tidak ada perasaan cinta kepadanya, benar, aku bersumpah." Josephine mengangkat 3 jari.

"Bersumpah apa? Apa hubungannya denganku?" Claudius memegang tangan Josephine yang sedang diinfus dan menurunkannya.

"Kalau begitu untuk apa kamu bertanya?"

"Tidak apa-apa, aku hanya ingin memperingatkanmu, lain kali tidak usah mencari cara lagi, aku tidak akan mempercayai siapapun lagi." Kemudian, Claudius menegakkan pinggangnya: "Ayo, pulang."

Ketika Claudius berbalik badan, dia melihat cairan infus yang masih mengalir, dia pun berbalik kembali, tangannya menggenggam tangan Josephine dan langsung melepaskan jarum di tangan Josephine.

"Hey, apa yang kamu lakukan?" Josephine melihat gerakan Claudius yang cepat, di dalam hati berpikir apakah Claudius mau melepaskan jarum infus di tangannya? Kalau begitu pasti sangat sakit, perawat yang profesional saja ketika membantunya melepaskan jarum dia masih merasa sangat sakit, apalagi Claudius yang amatir.

"Biar perawat yang membantuku.....Aku takut sakit.....Sakit....." Josephine dikejutkan oleh Claudius dan mulai berteriak sakit.

Seorang perawat berjalan kemari, berkata dengan tersenyum: "Tuan muda Chen, lebih baik saya yang melepaskannya, Nyonya muda takut sakit, setiap disuntik selalu menangis."

Josephine menusuk pinggang perawat dengan tangannya, untuk apa mengatakan hal memalukan seperti itu!

Dia hanya takut jarum, ketika disuntik air matanya mengalir.

Merasakan tatapan Claudius mengarah kepadanya, tatapan itu jelas tidak percaya, Josephine melihatnya sejenak, menjelaskan: "Aku sebenarnya tidak begitu takut sakit, aku hanya takut jarum."

Claudius tidak percaya, karena diingatannya, Josephine sama sekali tidak takut sakit, kalau tidak dia tidak akan berani mendekatinya lagi setelah dilukai begitu sering olehnya.

"Sudah, sudah selesai." Perawat itu berkata dengan sopan.

"Ayo." Claudius melihat Josephine, kemudian berbalik badan dan berjalan duluan ke arah pintu kamar.

"Tunggu, aku belum mengganti pakaianku." Josephine memanggilnya dengan panik.

"Tidak usah ganti lagi." Claudius mengangkat tangannya dan melihat jam tangan, terlihat sangat tidak sabaran.

Josephine tidak berani melawan perintahnya, dia pun terpaksa mengikutinya.

Mereka berdua masuk ke mobil, Claudius bertanya datar: "Sudah makan?"

"Sudah." Josephine duduk tegang.

Claudius mengangguk, menyalakan mesin mobil dan mengemudi ke arah pintu besar rumah sakit.

Josephine duduk di kursinya, tatapannya lurus ke depan melihat ekor mobil di depan, dia tenggelam dalam lamunannya. Setelah mobil berhenti, dia baru perlahan-lahan sadar kembali, dia mengamati sekitarnya dan menyadari kalau disini bukan villa, dia pun berpaling ke arah Claudius dan bertanya: "Untuk apa kamu membawaku kesini?"

"Makan." Claudius sambil berkata sambil melepaskan sabuk pengamannya.

"Bukannya aku sudah bilang, aku sudah makan."

"Aku belum."

"......."

Claudius turun dari mobil, melihat Josephine tidak bergerak, dia pun menunduk melihat Josephine: "Mau aku gendong?"

"Bukan....." Josephine menunduk melihat pakaian rumah sakitnya: "Lagipula aku sudah makan, aku tunggu di mobil saja."

"Kamu yakin?"

"Aku....." Josephine melihat kening Claudius yang berkerut, bergegas berkata: "Aku tidak yakin." Kemudian, Josephine langsung membuka pintu dan turun dari mobil.

Tetap adalah sebuah restoran barat, ketika mereka masuk bersama, mereka menarik banyak perhatian, Josephine merasa malu dan menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, mengikuti Claudius berjalan ke tempat paling dalam.

Tadi ketika bersama dengan Susi, meskipun sudah memesan makanan, tapi tidak dimakan sesuap pun, sekarang sudah jam 8 lebih, Claudius sudah kelaparan.

Dia memesan sebuah set makanan, mendongak melihat Josephine sedang melamun menatapi ayam panggang di menu, dia pun berkata kepada pelayan: "Tambah seporsi ayam panggang."

Pelayan tersebut mengangguk, Josephine segera menggelengkan kepala: "Tidak, aku tidak mau."

Claudius mengerutkan kening: "Lagi-lagi berakting?"

"Aku tidak....." Josephine merasa kesal dan berkata: "Aku hanya tiba-tiba teringat adegan dimana aku membuatkan ayam panggang untuk Justin."

Kenapa selalu berkata kalau dia sedang berpura-pura, sebenarnya kapan dia berpura-pura? Oh, ada sesuatu yang memang berpura-pura, baru saja berpura-pura sakit beberapa hari.

Melihat Claudius menatapi dirinya, Josephine baru sadar dia salah ngomong, otaknya berputar dengan cepat, kemudian berkata: "Maaf, aku bukan sengaja mau membicarakan Justin."

Josephine menunduk, tapi semakin dipikir semakin tidak benar, dia pun mengangkat kepalanya kembali: "Tidak benar, kenapa aku mau meminta maaf kepadamu, jelas-jelas kamu yang membawa Justin pergi, seharusnya kamu yang meminta maaf. Meskipun kamu tidak memperbolehkanku membicarakan Justin, tapi aku tetap mau memperingatkanmu, kalau Justin mati, aku pasti akan membeli sebotol minyak oli dan mati bersamamu!"

Dia hanya berharap tebakan Susi benar, Claudius tidak akan melukai Justin, semoga benar seperti itu!

Claudius menutup buku menu, menatapi Josephine dan berkata datar: "Ketika makan bolehkah tidak mengatakan hal yang mengurangi nafsu makan seperti itu?"

Josephine tidak ingin membuatnya marah, dia pun tidak mengatakan apa-apa lagi.

Ketika Claudius makan, Josephine hanya duduk di depannya melihatnya makan, bisa-bisanya dia menelan makanan itu, terlebih lagi makan dengan begitu elegan dan menikmati.

Setelah menemaninya makan, mereka berdua pulang ke villa, ketika turun dari mobil Josephine tidak tahu apakah Claudius akan tinggal disini, dia pun berkata: "Disini tidak ada dokter, sangat bahaya, lebih baik kamu pulang ke rumah."

Kedua tangan Claudius meremas kemudi mobil, berpaling melihat Josephine: "Kamu sedang mengkhawatirkanku atau sedang mengusirku?"

"Ini adalah rumahmu, mana mungkin aku mengusirmu?"

"Kalau begitu kamu sedang mengkhawatirkanku?"

"Apakah tidak normal mengkhawatirkanmu?" Josephine balik bertanya.

Dia tentu saja mengkhawatirkan Claudius, meskipun Claudius jahat mengurungnya disini, tapi orang sakit tetaplah orang sakit, kalau Claudius sampai mati disini, dia ada tanggung jawab yang besar.

Benar, seperti itu!

Claudius tertawa dan menyimpan tatapannya dari Josephine, kemudi mobil berputar ke samping, mengganti arah mobil ke arah pintu besar villa.

Melihat mobilnya mengemudi keluar villa, Josephine malah terkejut, Claudius bukannya sudah tahu kalau dia berpura-pura sakit? Bisa-bisanya tidak marah-marah seperti sebelumnya?

*****

Novel Terkait

Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu