Istri ke-7 - Bab 73 Mencarinya Semalaman

"Pak Claudius, dia... kemarin jajan sembarangan sampai sakit perut," kata Josephine geli.

"Pak Claudius jajan?" seru Asisten Yan, wajah mungilnya digantikan oleh ekspresi kaget. Apa dia tidak salah dengar?

"Benar," angguk Josephine.

Asisten Yan sesaat terkejut, lama sekali baru tersadar dan mengangguk-anggukkan kepala, "Baiklah kalau begitu, ingatkan Pak Claudius untuk banyak beristirahat. Tolong sampaikan kepadanya kalau saya akan mengurus masalah properti itu."

"Baik, terima kasih, Asisten Yan."

Setelah Asisten Yan pergi, Josephine menutup pintu dan kembali ke kamar. Claudius telah kembali ke atas ranjang, ia berbaring di bawah selimut, matanya menatap Josephine.

Tertawa, sudah; ribut pun sudah, Josephine berjalan ke arah meja bar dan menuangkan segelas air hangat. Ia mengambil beberapa butir obat diare yang telah dibelinya semalam, dan memberikannya pada Claudius, "Minumlah, kau akan segera membaik besok."

"Aku mau sembuh hari ini," ujar Claudius kesal.

Dia mau sembuh hari ini? Lagi-lagi, si keras kepala ini bicara tak masuk akal. Josephine hanya bisa memutar bola matanya, ia pun berharap Claudius bisa sembuh di menit berikutnya, tapi apakah mungkin?

"Kau beli obat apa saja? Perlihatkan padaku," kata Claudius.

Josephine pun menunjukkan bungkus obatnya pada Claudius. Selain ada obat pencernaan dan obat radang usus, ada juga obat anti radang. Claudius membuka seluruh kemasan obat itu, lalu mengambilnya dan menelan semua pil itu dengan air hangat.

Gerakannya yang secepat kilat itu tak sempat dihentikan oleh Josephine, ia memelototinya sambil berseru, "Kau gila, kau bisa keracunan!"

Claudius meletakkan gelasnya kembali, tubuhnya beringsut masuk ke dalam selimut, ia hanya menyisakan sepasang matanya yang menatap tajam Josephine, "Kau boleh keluar dan lakukan apa saja, jangan bangunkan aku sebelum siang."

Mendengarnya diusir, ia pun hanya mengangguk-angguk, lalu keluar.

***

Meskipun Claudius menyuruh Josephine jalan-jalan, namun ia tetap tinggal di hotel karena mengkhawatirkannya.

Sepanjang pagi itu, selain diam-diam mengawasi Claudius di kamar, ia bersantai di aias kursi taman sambil bermain game di ponselnya.

Hingga hampir jam makan siang, barulah ia kembali ke dapur dan memasak bubur asin. Ia melihat jam, bimbang hendak membangunkan Claudius untuk makan atau tidak.

Claudius pasti kelaparan karena tidak makan pagi.

Belum selesai mempertimbangkan hal ini, dari atas tangga tiba-tiba terdengar langkah kaki yang sangat dikenalnya. Sosok Claudius pun muncul di hadapannya.

Claudius telah mengenakan jas dan sepatu vantovel yang mengkilap. Tidak ada lagi sosok menyedihkan tadi pagi dalam dirinya, ia telah pulih seperti sedia kala.

"Sudah tak diare?" Josephine mendongak melihatnya turun dari tangga sambil tertawa geli.

Claudius tak melepaskan tatapannya dari wanita itu, "Kau kecewa?" tanyanya penuh sindir.

"Mana ada," kata Josephine, "Sepertinya obat-obat itu mujarab juga."

Melihatnya berjalan ke arah pintu, ia buru-buru menarik lengannya, "Jangan pergi dulu, aku memasakkan bubur untukmu, makanlah dulu sebelum pergi."

Sambil menyeret Claudius ke pinggir meja makan, ia berkata, "Perutmu sedang tidak bagus, jangan makan di luar, makanlah yang tawar dan sehat."

Claudius tadi terbangun karena kelaparan, meskipun begitu, ia tak nafsu makan, sama sekali tak ingin makan makanan yang terlalu berminyak. Begitu mendengar Josephine memasak bubur, ia pun mengikutinya.

Saat ini, ia tak bisa makan apapun selain bubur.

Josephine memberinya semangkuk bubur, ia juga mengambil semangkuk untuk dirinya sendiri, lalu duduk makan di hadapan pria itu.

"Nanti kau mau ke mana? Ke proyek baru?" tanyanya.

Claudius hanya berdehem mengiyakan.

"Bisakah kau mengajakku sekalian?" tanya Josephine tiba-tiba, ia telah berada di hotel sepanjang pagi, ia tak ingin menghabiskan siang di hotel ini lagi.

"Bukannya kau bilang kau sangat mengenal daerah ini? Kenapa tak pergi sendiri?"

"Sendirian tidak seru."

Claudius menunduk menghabiskan buburnya, ia tak berbicara lagi.

Seusai makan, Jospehine berlari ke atas mengambil tasnya, lalu mengikuti Claudius keluar pintu.

Claudius tidak mengiyakan, pun tidak menolak, Josephine pun mengartikan diamnya sebagai setuju.

Keduanya sampai di kantor pusat penjualan properti yang baru. Asisten Yan segera menyambut mereka berdua, ia mengamati Claudius, "Pak Claudius, kudengar perut Anda sedang tidak nyaman, sekarang sudah tidak apa-apa?"

"Tidak apa-apa," jawab Claudius, sambil memelototi Josephine di sampingnya. Wanita ini lagi-lagi menertawainya.

Ia jadi bingung, selucu itukah ia sakit perut? Sampai senang begini lama? Lagipula, ini semua karena perbuatannya.

Asisten Yan melihat Josephine sekilas, lalu masuk ke kantor bersama Claudius.

Josephine berkeliling mengitari hall pusat penjualan. Karena tak ingin menarik perhatian orang, ia pun kembali ke kantor dan duduk di sebuah sofa panjang.

Kantor lantai dua terbuat dari kaca. Ia bisa melihat pemandangan di dalam kantor dengan jelas. Saat ini, Claudius sedang mengadakan rapat bersama para penasehat hukum, Asisten Yan duduk di sebelahnya, sesekali berbincang dengan Claudius.

Mereka harmonis sekali sampai membuat iri, ya, ia selalu iri dengan Asisten Yan yang bisa dekat dengan Claudius setiap hari, dan sering dibutuhkan olehnya.

Mungkin tidak hanya ia yang iri, tapi juga seluruh pegawai wanita di perusahaan ini.

Josephine masih sesekali melihat ke arah Claudius yang sedang bekerja, ia sama seperti bayangannya, serius dan tegas, cermat dan teliti, benar-benar watak seorang Claudius!

Karena hari ini ia bangun pagi sekali, ditambah lagi tidak tidur siang, Josephine pun mulai mengantuk setelah membaca beberapa buah majalah.

Kalau tahu di sini begitu membosankan, ia lebih baik tidur di hotel saja, sesalnya diam-diam. Ia kembali membolak-balik beberapa halaman majalah, tapi akhirnya tak kuasa juga menahan kantuk. Ia tertidur.

Orang-orang di dalam kantor juga bisa melihat pemandangan di luar. Melihat Josephine tertidur, ia mendekatkan dirinya ke arah Claudius dan berbisik, "Pak Claudius, istri Anda tertidur di atas sofa."

Claudius mendongak dan melihat ke luar, benar, kepala Josephine telah tersandar di atas pegangan sofa.

"Apa ada selimut?"

"Ada," angguk Asisten Yan.

"Ambilkan satu untuknya," kata Claudius, lalu kembali meneliti dokumen kontraknya.

Asisten Yan pun bangkit dari kursinya dan mengambilkan selimut untuk Josephine.

Setelah rapat usai, para penasehat hukum pun meninggalkan kantor. Claudius menandatangani kontraknya lalu mendongak ke arah Asisten Yan, "Kau bantu aku memeriksa suatu hal."

"Urusan apa, Pak?"

"Tentang proses dan hasil pembelian rumah Keluarga Zhu waktu itu, beri aku laporan yang paling lengkap."

"Rumah Keluarga Zhu?" Asisten Yan terkejut, ia berkata ragu, "Eee... Pak Claudius, hal ini bukankah telah diurus oleh Manajer He dengan sangat mudah dan lancar? Apa yang mau Anda periksa?"

Manajer Departemen Pemasaran saat ini, Billy He, adalah pegawai bawaan Wakil Direktur Shen beberapa belas tahun yang lalu. Setelah Claudius bergabung di perusahaan, Billy pernah ditempatkan menjadi asisten khususnya, lalu 3 tahun yang lalu, ia dipromosikan menjadi Manajer Departemen Pemasaran. Karena itulah, kepala sekretaris yang berbakat saat itu, Asisten Yan, memperoleh kesempatan untuk menjadi asisten direktur.

Kasus pembelian rumah keluarga Zhu ini terjadi saat Billy menjabat sebagai asisten direktur. Meskipun Asisten Yan tahu hal ini, namun ia tak pernah turut campur di dalamnya.

"Apa kau ingat saat itu bagaimana Billy melaporkan hasilnya padaku?"

"Saya ingat dia berkata telah membelikan keluarga Zhu sebuah vila di daerah kota, keluarga Zhu pun sangat senang, bukankah seperti itu?"

"Benar, aku pernah datang ke vila itu."

"Eee... lalu? Pak Claudius sebenarnya menyuruh saya memeriksa apa?"

"Akhir-akhir ini aku mendengar rumor bahwa saat Billy membeli rumah keluarga Zhu, ia membunuh paksa Nenek Zhu," Claudius mengerutkan alis, ia merasa terganggu.

Kemarin, saat Josephine mengatakan hal ini, ia tidak percaya, karena hal ini berbeda jauh dengan apa yang diketahuinya.

Ia ingat dulu saat ia membeli rumah itu, sudah tidak ada Nenek Zhu di dalam keluarga itu.

"Jadi Nenek Zhu bukan sudah lama meninggal?" Asisten Yan tak mengerti.

"Aku juga ingin mengetahuinya," pandangan Claudius beralih dari Josephine, sedikit-demi sedikit berubah menjadi kelam.

Asisten Yan mengangguk, "Saya mengerti, Pak."

"Hm, segera beri aku jawabannya," Claudius bangkit dari kursinya, lalu kembali ke kursi kerjanya.

***

Novel Terkait

Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu