Istri ke-7 - Bab 144 Tidak ada hak untuk menolak (1)

Lagi-lagi beberapa hari kehidupan seperti di penjara telah lewat, Josephine semakin lama semakin tidak bisa diam.

Laporan DNA pasti sudah keluar, tapi dia tidak ada cara untuk menghubungi Susi, tidak ada cara mengetahui hasil pemeriksaan.

Di luar jendela suara hujan terdengar keras, dia di dalam kamar berjalan kesana kemari memikirkan cara keluar dari villa ini, berpura-pura sakit sudah pasti tidak mungkin, tapi selain berpura-pura sakit dia benar-benar tidak terpikirkan cara lain lagi.

Terdengar suara ketukan pintu, Josephine berbalik badan melihat bibi bisu sedang mengisyaratkan dia untuk makan dengan tangannya, dia pun mengikuti bibi bisu turun ke bawah untuk makan.

TV sedang menayangkan berita malam, dikurung disini, Josephine selain melihat TV dan mendengar berita, sudah tidak ada hal yang bisa dia lakukan untuk menghabiskan waktu.

Saat ini dia tiba-tiba mendengar suara announcer perempuan melaporkan dengan suara yang jernih: "Mari kita lihat laporan di tempat seorang reporter di kota Jakarta....."

Josephine awalnya tidak memikirkan apa-apa, tapi ketika dia mendengar reporter tersebut dengan suara hampir menjerit melaporkan bahwa di tepi sungai ada sepasang ibu dan anak melompat masuk ke sungai, dia langsung membeku, kemudian melempar sumpit dan mangkuknya dan lari ke ruang tamu.

Di layar TV sedang menayangkan video, di tepi sungai hujan turun sangat deras, petugas pemerintah sedang mencari jasad ibu dan anak tersebut, reporter yang memakai baju hujan dengan ekspresi menyesal menghadap kamera berkata bahwa anak kecil itu hanya berumur 6-7 tahun, sedang memakai baju rumah sakit, dicurigai karena tidak ada uang yang cukup untuk berobat, maka langsung bunuh diri.

Kaki Josephine kehilangan tenaga, hampir tidak bisa menopang tubuhnya.

"Justin...." Josephine menyebut nama adiknya, kemudian langsung berlari keluar.

Bibi bisu melihat Josephine berlari keluar seperti sudah gila, dia pun bergegas mengejarnya, dia ingin menyuruhnya kembali, tapi dia tidak bisa bersuara.

Sekuriti yang berjaga sedang duduk di dalam ruangannya sambil makan malam sambil melihat acara TV, mendengar suara pintu terbuka, dia pun mendongak, melihat Josephine dengan panik berlari keluar, dia pun langsung mengambil payung dan mengejarnya.

Pintu villa adalah pintu besar berukir gaya Eropa, biasanya sekuriti yang berjaga selalu mengunci pintu, hanya hari ini karena hujan dia tidak sempat menguncinya.

Melihat Josephine membuka pintu dan keluar, sekuriti itu langsung menarik lengan Josephine dan berkata terengah-engah: "Nona Bai, anda tidak boleh keluar! Cepat masuk ke rumah!"

Kalau biasanya, Josephine tidak akan menyusahkan sekuriti ini, karena dia tahu karakter Claudius, juga mengerti sekuriti ini berbuat seperti ini karena pekerjaan.

Tapi hari ini, dia benar-benar tidak bisa memikirkan masalah sekuriti ini lagi, dia sambil memberontak sambil berteriak tajam: "Lepaskan aku! Hari ini aku harus keluar! Lepaskan!"

"Nona Bai, kalau anda terus seperti ini, jangan salahkan saya kalau saya berbuat kasar!" Sekuriti dipaksa membuang payung, menangkap Josephine dengan kedua tangan.

Air hujan jatuh di tubuh mereka, pakaian dan rambut mereka sudah basah kuyup.

Josephine tidak dikagetkan oleh peringatan sekuriti, dia malah memeluk pintu besi besar dengan erat, mengancam sekuriti itu: "Kalau kamu tidak melepaskanku, aku akan mati disini, aku akan menabrak kepalaku di pintu ini dan mati.....!"

Kemudian, Josephine tidak lupa menabrak kepalanya ke pintu, sekuriti langsung kaget dibuatnya, dia langsung mengulurkan tangannya menutupi pintu.

Kepala Josephine menabrak punggung tangan sekuriti, sekuriti menyadari kalau Josephine serius, dia pun membeku, Josephine mengambil kesempatan ini dan keluar, dengan cepat menghilang di bawah hujan.

*****

Asisten Yan berjalan masuk dari pintu ruang rapat, kemudian membungkuk dan berkata di samping telinga Claudius: "Tuan muda Chen, sekuriti di villa menelepon kemari, berkata bahwa Nyonya muda melarikan diri."

Pupil hitam Claudius mengecil: "Apa katamu?"

"Mereka berkata ketika Nyonya muda sedang makan malam, dia melihat berita melaporkan bahwa tepi sungai ada sepasang ibu dan anak yang bunuh diri, kemudian dia seperti menggila dan berlari keluar." Asisten Yan berkata: "Saya sudah menyuruh pengurus Wang mencari jalan sekitar villa, juga menyuruh Sam mencari ke tepi sungai, hujan begitu deras, anda lihat.....apakah anda mau kesana sebentar?"

Claudius terdiam sejenak, berkata: "Kamu gantikan aku melanjutkan rapat ini."

"Baik." Asisten Yan berkata.

Sebelumnya keluar rumah 2 kali, Josephine sengaja mengingat jalan, dari villa setelah memutari tanggul laut sudah sampai ke jalan besar, dia menghentikan sebuah taksi dan masuk.

Supir melihat Josephine yang basah kuyup, akhirnya dengan tidak rela mulai mengemudi.

Ketika Josephine sampai ke tepi sungai, meskipun langit sudah gelap, tapi dia tetap bisa melihat jasad ibu dan anak itu diletakkan di tepi sungai, dan sudah ditutupi dengan kain putih.

Josephine terkejut dan kakinya kehilangan tenaga, jatuh duduk di tepi jalan menangis keras, suara tangisan itu bahkan mengejutkan supir taksi yang mengejarnya untuk meminta uang.

Karena hujan, orang yang datang melihat tidak banyak, polisi yang bertugas melihat Josephine menangis begitu sedih, dia pun mendekati Josephine dan bertanya: "Nona, apakah anda adalah keluarga almarhum?"

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu....." Josephine menangis sambil menggelengkan kepala.

"Apakah ada keluarga anda yang hilang?"

Josephine mengangguk.

"Kalau begitu apakah anda mau kesana mengecek jasad mereka?" Polisi menopang Josephine berdiri dari lantai.

Josephine menatapi dua jasad yang ditutupi kain putih itu, mengangguk kemudian menggeleng, dia sama sekali tidak ada keberanian untuk mengecek jasad itu, dia takut yang dilihatnya benar adalah ibunya dan Justin.

"Nona, lebih baik anda pergi melihat sebentar." Polisi berkata dengan tidak sabar.

"Aku tidak berani....."

"Kalau begitu bagaimana? Apakah anda masih punya keluarga lain? Panggil mereka kesini?"

"Tidak ada lagi, aku tidak ada keluarga, sudah tinggal aku sendiri......" tubuhnya bersandar ringan di tubuh polisi, menangis meraung-raung.

"Nona, kalau anda tidak mau mengecek, maka kami sudah mau mengantar jasad itu ke rumah duka."

"Tidak! Aku cek, aku cek....." Josephine memegang erat baju polisi, di bawah bantuan polisi yang setengah menopang setengah menarik dia masuk ke lingkaran area polisi.

Tepat ketika mereka baru melewati garis polisi, lengan Josephine yang satunya lagi tiba-tiba ditarik seseorang, tubuhnya juga langsung ditarik keluar dari garis polisi dan masuk ke pelukan seseorang.

Josephine pun mendongak wajahnya yang ditutupi oleh air mata, samar-samar dia bisa melihat wajah tampan Claudius muncul di depan matanya.

"Untuk apa kamu lari kesini?" satu tangan Claudius merangkul pinggang Josephine, satu lagi memegang payung, ekspresinya sangat jelek.

"Ibuku dan Justin, mereka....." Josephine sedih sampai tidak bisa bersuara.

Polisi melihat Claudius memeluk Josephine, mengamatinya dan bertanya: "Tuan, apakah anda teman nona ini?"

"Saya suaminya." kata Claudius.

"Kalau begitu bagus, nona ini tidak berani mengecek jasad, lebih baik anda menggantikan dia pergi mengecek sebentar."

Claudius melihat jasad yang ada di dalam garis polisi, berkata dengan ekspresi dingin: "Tidak usah, bukan keluarga kita."

"Tapi, tadi nona ini bilang.....ibu dan adiknya hilang." Polisi melihat mereka berdua dengan tatapan bingung.

Nada suara Claudius tidak berubah: "Dia salah paham, ibu dan adiknya tidak hilang."

"Hah........?" Polisi terkejut.

Josephine mendengar kata-kata Claudius, juga seketika membeku, melihatnya dengan mata penuh air mata.

Setelah sekian lama, Josephine baru bertanya: "Benarkah?"

"Benar." Claudius memeluknya lebih dekat, tidak membiarkan hujan mengenai tubuhnya.

Josephine menangis dan menggelengkan kepala: "Aku tidak percaya, kamu membohongiku."

"Kalau kamu tidak percaya, kamu boleh masuk ke dalam lihat-lihat." Claudius sambil berkata sambil menariknya masuk, Josephine malah memeluk tubuh Claudius tidak mau mendekati jasad itu. Claudius melihat Josephine yang ingin melihat tapi takut, menghela nafas dan berkata: "Josephine, aku tidak tidak tahu malu sepertimu, juga tidak penuh dengan kebohongan seperti kamu, aku sudah bilang mereka bukan, maka sudah pasti bukan."

Mendengar perkataan Claudius, Josephine akhirnya menghentikan keluhannya, bersandar di pelukan Claudius dan menangis, kemudian perlahan-lahan tenang kembali.

Novel Terkait

My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu