Istri ke-7 - Bab 275 Anakku Hilang (3)

Susi pun terdiam, dan menjulingnya.

"Aku salah apa? Henry Qiao kan memang..." Josephine menaikkan bahunya: "Baiklah, aku diam saja."

"Kamu diam, ini semua gara-gara kamu." Susi pun menunjuk ke Josephine: "Kalau dulu bukan kamu yang beritahu dia... mana mungkin dia ikut Henry Qiao?"

Josephine pun merasa bersalah dan memurungkan mulutnya, sebelumnya itu saat dia membuka album foto di rumah Susi, secara tidak sengaja dia melihat foto keluarga Qiao, lalu dia pun menunjuk Henry Qiao kepada Ethan dan mengatakan kalau itu ayahnya.

"Aku mana tahu Ethan sekecil ini tapi ingatannya sebaik ini." Dia merasa tidak bersalah. Lalu dia berkata: "Sudahlah, ada yang ingin aku bicarakan."

Susi juga ingin tahu tujuan Henry Qiao datang kesini, lalu dia melototi Ethan dan berkata: "Kamu berdiri baik-baik disini, berdiri sampai kamu tahu salahmu."

Ethan pun menangis dan memurungkan mulutnya.

Josephine mengelus kepalanya dan menenangkannya: "Ethan berdiri dulu yang baik ya, sebentar lagi ibu juga sudah tidak marah lagi oke."

Setelah itu, Josephine pun mengikuti Susi ke ruang tamu dan duduk di atas sofa.

Susi melihatnya dan bertanya: "Ada apa sebenarnya? Kenapa Henry Qiao bisa datang kesini?"

Josephine berpikir-pikir dan berkata: "Susi, aku bisa merasakan, Henry Qiao masih ada perasaan terhadapmu, dia ingin balikan denganmu, makanya dia datang kesini."

"Ingin balikan atau balas dendam?" Susi tersenyum pahit.

"Seharusnya bukan mau balas dendam, aku dengar nada bicaranya bukan begitu." Josephine pun berkata: "Dia masih menyuruhku untuk memberitahunya kalau ada kabarmu."

"Untunglah hari ini aku sudah akan pindah rumah." Susi tersenyum pahit, dan untunglah dia juga memakaikan masker kepada Ethan, kalau tidak Henry akan mengenalinya. Dia tidak bisa membayangkan kalau Henry mengenali Ethan, apa yang akan dilakukannya.

"Kenapa kamu tidak beritahu aku kalau kamu pindah rumah?"

"Kalau beritahu kamu, kamu pasti akan menasehatiku untuk jangan pindah, jadi lebih baik aku diam dulu." Susi menarik nafas dan berkata: "Sepertinya aku harus segera pindah."

"Kamu pindah kemana?"

"Ke kota A, disana tidak ada properti keluarga Qiao, seharusnya Henry tidak akan mencari kesana."

"Susi." Josephine berkata: "Tadi saat Henry tanya, aku sudah beritahu dia kalau kamu sudah menyewakan rumah ini, dia pasti tidak akan kesini lagi, jadi kamu disini saja, jangan pindah lagi."

Susi menggeleng: "Kota C sangat kecil, mungkin saja suatu hari kita bertemu?"

"Tidak akan kebetulan seperti itu." Josephine menenangkan: "Kamu pikir-pikir saja, kamu tidak ada teman di kota A, nanti kalau terjadi apa-apa seperti hari ini, kamu suruh siapa membantumu? Lagipula Ethan juga sudah terbiasa disini, kalau kamu tiba-tiba ganti tempat, tidak bagus untuknya."

Susi terdiam, karena apa yang dikatakan Josephine itu benar.

Melihatnya sudah agak tenang, Josephine pun melanjutkan: "Kalau tidak kamu coba tinggal lagi disini beberapa hari, lihat keadaannya dulu. Apa yang pepatah katakan benar, tempat yang paling berbahaya adalah tempat yang paling aman, Henry mengira kamu sudah keluar negeri, kalau dia ingin mencarimu dia pasti akan mencarimu keluar negeri bukan?"

Josephine tidak memungkiri, sebenarnya dia sedikit egois, karena dia mendengar Henry ingin balikan dengan Susi, dan Susi juga masih punya perasaan terhadap Henry, apalagi Ethan, dia tentu saja berharap mereka bertiga bisa bersatu kembali.

-----

Saat pulang kerja, Henry Qiao berjalan keluar kantor, Melisa pun menyambutnya dan menyapanya dengan sopan: "Kakak, kamu sekarang pulang kerja?"

Henry melihatnya lalu mengangguk.

"Kalau begitu boleh tidak sekalian mengantarku? Sekarang sangat padat di bus." Kata Melisa sambil mengeluh.

Melihatnya mengeluh, Henry Qiao pun tidak bisa menolaknya, dia pun mengangguk dan berkata: "Oke."

"Makasih kakak." Melisa tersenyum senang.

Panggilan kakak ini membuat Henry Qiao merasa tidak nyaman, apalagi dia bukan adik sepupu aslinya.

Saat perjalanan pulang, Henry menoleh dan bertanya: "Bisa nyetir mobil?"

Melisa menggeleng: "Tidak bisa."

Henry Qiao sebenarnya ingin mengatakan kalau ada banyak mobil di rumah, dia boleh memilih satu dan memakainya. Tapi mendengar jawabannya dia pun langsung terdiam.

"Kalau begitu suruh saja paman Liu mengantar dan menjemputmu." Katanya.

"Tidak usah, merepotkan." Kata Melisa sambil tersenyum: "Lain kali kalau kamu bisa kamu sekalian antar aku saja, kalau tidak bisa aku naik bus pulang, tidak apa-apa."

"Satu keluarga, tidak usah sungkan bukan?" Henry Qiao pun tersenyum kepadanya.

Melisa pun tersenyum dan tidak berbicara lagi.

Saat tiba di rumah, Henry masuk ke rumah dan melihat ekspresi nyonya Qiao yang sedang marah dan melototinya. Dia pun memegang hidungnya, lalu melihatnya: "Ibu, kenapa kamu marah lagi?"

"Menurutmu?" Nyonya Qiao menatapnya dan marah: "Kamu masih saja berhubungan dengan wanita yang bernama Fanny itu? Apa baiknya wanita itu? Sampai-sampai kamu baru keluar dari penjara saja pun langsung mencarinya?"

Sebenarnya saat melihat ekspresi nyonya Qiao, Henry sudah bisa menebak kalau itu karena Fanny. Dia pun menaikkan bahunya dan tertawa jahat: "Yang kamu maksud Fanny? Aku merasa dia baik, badannya kulitnya, teknik ranjangnya, lalu..."

"Henry kamu diam!" Nyonya Qiao tidak menyangka dia akan mengatakan ini secara transparan, dia pun marah.

"Ibu, bukannya kamu yang tanya?" Henry Qiao bersikap polos.

Melisa yang berdiri di samping, mukanya pun sebentar merah sebentar pucat.

Melihat ekspresi Melisa yang tidak baik nyonya Qiao pun marah: "Lain kali jangan berhubungan lagi dengannya oke?"

"Ibu, lima tahun yang lalu kamu sudah katakan ini, kalau aku bisa putus hubungan dengannya apakah masih perlu kamu ingatkan terus menerus?"

"Kamu...!"

"Sudahlah, ibu, kamu tidak perlu mengurusi masalahku." Henry Qiao menepuk pundaknya dan berkata: "Aku naik dulu ganti baju, tunggu aku makan malam."

"Kamu... dasar sialan! Aku lihat kamu seharusnya dipenjara tiga tahun lagi... sungguh bikin kesal saja...! Nyonya Qiao pun marah sambil menunjuknya.

Melisa menenangkan perasaannya dan berjalan ke sampingnya: "Tante, jangan marah, nanti sakit."

Nyonya Qiao takut dia berpikir panjang, dia pun memegang tangannya dan berkata: "Aku tidak apa-apa, Melisa, Henry itu begini karena tidak ada yang mengawasinya, setelah kamu menikah dengannya, dia pasti akan bersikap baik, kamu ngerti kan?"

"Sungguh?" Tanya Melisa.

Melihat dia sangat mesra dengan Fanny, hatinya memang sangat terluka, dan kehilangan kepercayaan diri kepada Henry.

"Tentu saja, semua lelaki bukannya begitu?" Nyonya Qiao menepuk tangannya dan berkata: "Kamu tenang saja, ada aku, dia tidak berani berbuat apa-apa."

Melisa yang sudah patah semangat tadi, setelah mendengar perkataan nyonya Qiao pun langsung bersemangat kembali.

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu