Istri ke-7 - Bab 271 Ending 14 (2)

Belinda melihat kedua ibu dan anak tersebut dan tertawa keras, dia pun menahan tawanya dan berjongkok di depan Jesslyn, berkata dengan serius: "Jesslyn, tidak semudah itu melahirkan seorang adik lelaki, harus menunggu dengan sabar, menunggu suasana hati adik baik, dia akan datang ke perut ibu dengan sendirinya."

"Kalau begitu kita harus bagaimana agar suasana hatinya baik?"

"Mmm...Hal ini tergantung ayah dan ibumu." Belinda tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal ini kepada Jesslyn, dia pun berdiri dan berkata kepada Josephine: "Lihatlah, Jesslyn begitu menginginkan seorang adik lelaki, kamu berusahalah."

"Ehem....Aku sudah sangat berusaha." Josephine tersenyum canggung, dia pun menggandeng tangan Jesslyn dan mendesaknya: "Jesslyn, cepat katakan sampai jumpa kepada ibu angkat."

"Ibu angkat, sampai jumpa, lain hari aku akan datang melihat ibu angkat dan Chloe."

"Baik, sampai jumpa." Belinda melambaikan tangannya kepada Jesslyn.

*****

Tidak lama setelah Josephine dan Jesslyn pergi, Marco pun pulang dari bandara membawa ayah dan ibu Belinda.

Ayah dan ibu Belinda adalah orang yang berpendidikan, penampilan mereka rapi dan sopan. Ayah Belinda adalah dosen fakultas ekonomi sebuah universitas ternama di luar negeri, ibu Belinda adalah seorang penerjemah di sebuah perusahaan besar, beberapa tahun ini mereka berdua sangat jarang pulang. Namun Belinda lebih suka kehidupan di dalam negeri, begitu pulang sudah tidak ingin pergi lagi.

"Ayah, Ibu......" Belinda melihat ekspresi orang tuanya yang tidak terlalu bagus, memanggil dengan suara kecil.

Nyonya Yan mengulurkan tangan bermaksud memeluk putrinya, tapi begitu mendengar suara batuk suaminya, dia pun menarik kembali tangannya.

Belinda tahu ayahnya tidak senang, dia pun memasang ekspresi kasihan dan berkata: "Ayah....ayah jangan seperti ini, tubuhku masih tidak sehat, tidak bisa berdiri lama."

"Benar, putrimu baru saja melahirkan, tidak boleh terus berdiri di pintu seperti ini." Nyonya Yan pun melirik suaminya, kemudian melangkah maju dan memeluk anaknya: "Sayang, ibu sangat merindukanmu, sini biar ibu peluk....."

"Ibu, aku juga sangat merindukanmu." Belinda menepuk punggung ibunya sambil tersenyum.

Setelah melepas rindu, Nyonya Yan pun memukul ringan punggung Belinda dengan kepalan tangannya: "Dasar anak durhaka, aku heran kenapa kamu setengah tahun ini tidak pergi ke Amerika untuk menemui kita, juga tidak memperbolehkan kita pulang kesini, ternyata di belakang kita diam-diam hamil. Menikah dan melahirkan bukanlah hal yang buruk, kenapa kamu mau menyembunyikan hal ini dari kita?"

"Ibu, aku takut kalian tidak setuju, memaksaku menggugurkan anak ini."

"Paman, Bibi, lebih baik masuk dulu." kata Marco.

"Benar, masuk ke dalam melihat cucu perempuan kita." Nyonya Yan melepaskan Belinda dan berjalan masuk ke rumah, setelah berjalan dua langkah, dia menyadari suaminya tidak ikut masuk, dia pun menarik tangan Belinda dan berkata: "Tidak usah pedulikan dia, kalau dia tidak ingin masuk, juga tidak ingin melihat cucu perempuannya, biarkan dia berdiri di depan pintu saja."

Ayah belinda melihat punggung istrinya yang sudah masuk ke dalam rumah, sesaat merasa kesal.

Jelas-jelas di pesawat mereka sudah berjanji mau memberi sedikit pelajaran kepada putrinya dan suaminya, sekarang baru saja sampai ke depan rumah, rencana mereka sudah gagal, seumur hidup ini tidak pernah bertemu sekutu yang begitu cepat menyerah!

Marco berusaha menahan tawa, berkata dengan sopan: "Paman, Chloe pasti juga sangat ingin bertemu kakeknya, masuklah, lihat-lihat Chloe."

Ayah Belinda pun akhirnya melangkah masuk ke dalam rumah.

"Ohh, cucu perempuanku, terlihat pintar dan imut, sangat mirip dengan Belinda saat dia masih kecil." Nyonya Yan dengan semangat menggendong Chloe sambil berjalan mengelilingi kamar, ketika sampai ke depan suaminya, dia pun sengaja menghindarinya: "Tidak boleh lihat."

"Kenapa aku tidak boleh lihat? Dia juga adalah cucu perempuanku." Tuan Yan berjinjit dan mengamati Chloe dari belakang Nyonya Yan, dengan perlahan berkata: "Mana mirip dengan Belinda, jelas-jelas mirip ayahnya."

"Mata yang berbeda melihat hal yang berbeda, aku merasa lumayan mirip dengan Belinda, tidak boleh?"

”Boleh, boleh.....Kamu bilang mirip ya mirip, boleh biarkan aku menggendongnya sebentar?"

"Aku belum puas menggendongnya."

Belinda melihat kedua orang tuanya yang tidak sabar ingin menggendong Chloe, dia pun tidak tahan dan tertawa keras.

"Sini, berbaring di atas kasur." Marco pun menopang Belinda naik ke kasur.

Belinda tersenyum dan berkata kepada Marco: "Sudah lihat belum, aku sudah berkata tidak usah khawatir masalah ayah dan ibuku, begitu melihat Chloe mereka sudah melupakan hal yang lain."

Marco mengangguk: "Tadi ekspresi wajah paman dan bibi sangat buruk sepanjang jalan pulang, aku ketakutan setengah mati."

"Mereka hanya berpura-pura, dulu ketika aku berbuat salah mereka juga seperti itu."

"Apa yang kamu katakan?" telinga tajam Tuan Yan mendengar perkataan Belinda, dia pun segera membelalakkan matanya: "Aku peringatkan kamu, Belinda, kali ini aku benar-benar marah, bukan sedang berpura-pura."

"Benar, kamu lebih baik pergi marahi putrimu itu, jangan berebutan cucu denganku." kata Nyonya Yan.

Melihat Tuan Yan yang berencana memarahi mereka, Marco segera mengambilkan sebuah kursi: "Paman, anda duduk dulu, baru berbicara."

Belinda sedikit meluruskan punggungnya, bermaksud bangun, Tuan Yan pun menahan tubuhnya dengan tangannya: "Kamu berbaring saja, tidak usah bangun."

"Ayah, aku berbaring seperti ini tidak menghormatimu."

"Kamu jangan berakting kasihan di depanku." Tuan Yan meliriknya dengan tatapan sinis.

Belinda pun meringkuk, tidak bersuara lagi.

Tuan Yan melihat Marco dan Belinda, suaranya tegas: "Jangan bicarakan dulu apakah aku setuju kamu menikahi Tuan muda Qiao, kalaupun aku setuju, kamu juga tidak boleh menikah tanpa mengatakan apa-apa, bahkan melahirkan anak orang....."

"Ayah, aku belum menikah." Belinda memotong perkataan ayahnya.

"Belum menikah lebih tidak boleh melahirkan anak orang, ini adalah masalah gaya hidup seorang perempuan, apakah kamu mengerti?"

"Sekarang sudah jaman apa, masih mempermasalahkan sebelum menikah sesudah menikah?" Nyonya Yan melirik suaminya dengan kesal, berpaling ke arah Marco dan Belinda: "Ayahmu punya pemikiran tua seperti ini karena sudah jadi dosen seumur hidupnya, tidak usah pedulikan dia."

"Kenapa tidak mempermasalahkan? Bagaimana kalau kamu bertemu dengan lelaki jahat? Menurutmu menikah atau tidak?"

"Ayah, kamu tenang saja, Tuan muda Qiao bukan lelaki jahat." kata Belinda.

"Benar, lihat Belinda dijaga oleh Tuan muda Qiao sampai tubuhnya penuh daging seperti itu pun sudah tahu Belinda tidak ditindas." kata Nyonya Yan.

"Aku bilang misalnya."

"Benar, masalah ini paman berkata benar." Marco Qiao di samping mengangguk dan menjawab: "Anak perempuan memang seharusnya berhati-hati sedikit, bagaimanapun di dunia ini orang jahat tidak sedikit."

"Kamu berpura-pura setuju untuk apa?" Belinda diam-diam menusuk pinggang Marco.

"Aku merasa apa yang dikatakan paman benar." kata Marco, saat ini dia tidak bisa tidak memikirkan, kalau saat itu bukan dia yang mabuk dan berhubungan intim dengan Belinda, namun lelaki lain, maka apa yang akan terjadi dengan Belinda? Apakah lelaki itu akan memperlakukan Belinda dengan baik seperti dirinya?

"Sebagai seseorang dari generasi yang lebih muda, bahkan hal kekasih dan melahirkan anak saja tidak dibicarakan dengan orang tua, ini adalah masalah sikap, mengerti?" Tuan Yan terus memarahi mereka.

Namun Belinda tiba-tiba menatapi ayahnya dan bertanya dengan hati-hati dan penuh rasa penasaran: "Ayah, kalau saat itu aku memberitahumu aku hamil, apakah ayah akan setuju aku melahirkannya?"

"Hamil diluar nikah, aku tentu saja tidak setuju." Tuan Yan berkata tanpa ragu.

"Tuh, kan." mulut Belinda cemberut: "Untung saja aku tidak memberitahumu."

"Kamu.....Anak durhaka, kamu masih berani merasa benar." Tuan Yan emosi.

"Sudah,sudah, anak muda ada pemikiran dan cara mereka sendiri, kamu jangan mengomel lagi." Demi meredakan kemarahan suaminya, Nyonya Yan pun dengan tidak rela meletakkan Chloe ke pelukan suaminya: "Nih, ini adalah cucu perempuanmu, lihat, begitu imut, sangat sayang kalau sampai digugurkan."

Tuan Yan dipaksa menggendong Chloe, melihat wajah kecil dan imut Chloe, kemarahannya pun menghilang setengah.

Benar juga, kalau saat itu Belinda menggugurkan kandungannya, sekarang dia juga tidak akan bisa menggendong cucu.

Marco juga tidak ada kelemahan yang bisa dia temukan, di bagian manapun sangat bagus, terlebih lagi dari gerakan Marco tadi bisa terlihat dia memperlukan Belinda dengan sangat baik, jadi....

Dia pun menghela nafas panjang: "Sudahlah, lagipula berkata apapun kalian tidak akan mendengarkanku"

"Ayah....Aku bukannya tidak mendengarkanmu, aku merasa apa yang ayah katakan sangat benar, lain kali aku pasti akan menuruti semua perkataanmu, mendiskusikan segalanya denganmu terlebih dahulu, bagaimana?" Belinda berkata sambil tersenyum menghibur ayahnya.

Tuan Yan meliriknya dengan tatapan kesal, menggendong cucunya dan berjalan ke ruang tamu.

Nyonya Yan melihat suaminya keluar, dia pun berjalan mendekati mereka dan berkata kepada Marco: "Tuan muda Qiao, kamu jangan memasukkan perkataannya ke dalam hati, karakter ayah Belinda memang seperti ini, setelah mengajar seumur hidupnya sampai manapun dia tetap berbicara dengan nada mengajari seperti itu, sebenarnya di dalam hatinya dia lumayan senang, juga sangat puas terhadap Tuan muda Qiao."

"Benarkah?" Marco diam-diam menghela nafas lega.

Nyonya Yan mengangguk: "Ayah Belinda tidak peduli dengan tampang orang, juga tidak peduli dengan latar belakang seseorang, dia hanya melihat pendidikan dan ajaran seseorang, karena dia merasa lelaki yang berpendidikan baru bisa memperlakukan Belinda dengan baik, baru setara dengan Belinda."

"Ayah benar berkata seperti itu?" Belinda bertanya.

"Iya."

"Untunglah, aku tahu ayah dan ibuku adalah orang dengan pemikiran paling terbuka di dunia ini." Belinda menghela nafas lega.

Mendengar Nyonya Yan berkata seperti itu, hati Marco otomatis merasa senang, dia pun tersenyum dan berkata kepada Nyonya Yan: "Terima kasih paman dan bibi."

"Tidak usah berterima kasih, di kemudian hari perlakukan Belinda dengan baik."

"Tenang saja bibi, aku pasti akan memperlakukan Belinda dengan baik." Marco menggenggam tangan kecil Belinda dan mengangguk.

*****

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu