Istri ke-7 - Bab 152 Tidak sengaja (1)

"Nenek, jangan seperti ini." Sally berjalan masuk dari samping pintu, menatapi nenek tua Chen dan berkata: "Nenek, kakak ipar sudah bilang, dia membohongimu juga karena tidak berdaya dan kebaikanmu, bukan sengaja mau membohongimu."

"Benar, nenek." Chelsea Shen juga membujuk nenek tua Chen di samping: "Sudah malam begini, nenek mau mengusirnya kemana?"

Nenek tua sudah terlalu emosi, kekecewaan dan kemarahan di dalam hatinya membuat dia tidak mendengar bujukan dan nasihat orang lain. Dia tetap dengan suara keras berkata: "Siapa yang berbicara lagi, ikut dia keluar dari rumah ini!"

Begitu nenek tua Chen meneriakkan perkataan ini, Chelsea dan Sally pun tidak berani bersuara lagi.

Josephine tahu saat ini dia berkata apapun tidak berguna, tapi dia tetap berusaha menjelaskan: "Nenek, maaf, aku benar-benar bukan sengaja mau membohongi nenek, aku tidak akan mengulanginya lagi lain kali."

"Lain kali? Tidak akan ada lain kali lagi!" Nenek tua Chen melangkah maju, dari atas melihat Josephine: "Shella Bai, kamu dengar baik-baik, aku dari pertama kali melihatmu sudah tidak suka denganmu, kalau bukan karena Claudius, aku dari dulu sudah mengusirmu keluar. Dulu kamu tidak pantas untuk Claudius, sekarang keluargamu jatuh, lebih tidak pantas lagi, kalau kamu masih sedikit tahu diri, seharusnya kamu sadar diri dan keluar sendiri dari rumah keluarga Chen, dan bukan menungguku melemparmu keluar!"

Josephine mendengar nenek berkata seperti ini, wajahnya yang awalnya penuh dengan perasaan bersalah berubah, dia terdiam beberapa detik baru perlahan-lahan mengarahkan pandangannya ke arah Nenek tua Chen, pertama kalinya melawan: "Nenek, keluargaku memang tidak bisa dibandingkan dengan keluarga Chen, aku juga tidak pantas untuk Claudius, tapi dulu keluarga Chen yang memaksa mengirimkan hadiah pernikahan ke rumah keluarga Bai. Aku tidak berharap nenek menyukaiku, hanya berharap nenek bisa mengakui kenyataan ini, kemudian sedikit menghormatiku."

"Kamu berani melawanku?" perkataan Josephine tepat menusuk hati Nenek tua Chen, nenek yang tidak mau kalah langsung melotot melihat Josephine.

"Bukan melawan, hanya menyatakan logika yang sederhana, nenek."

"Keluar! Keluar kamu!" Nenek tua Chen dengan penuh emosi berputar ke arah pengurus He: "Dimana sekuriti? Panggil sekuriti menarik perempuan ini keluar!"

Pengurus He melihat Josephine yang ada di atas kasur, ekspresinya tidak mau kalah, pengurus He pun mengangguk dan berjalan keluar kamar.

Setelah hening beberapa saat, dua sekuriti muda datang dengan cepat, mereka berdua melihat sekeliling dan akhirnya berjalan ke arah kasur, dengan kasar menarik Josephine turun dari kasur.

Josephine mengibaskan tangan mereka, berkata marah: "Aku bisa jalan sendiri." kemudian dia berpaling ke arah nenek tua Chen, menatapinya dan berkata: "Nenek, membohongiku memang salahku, tapi aku sudah menjelaskan dan juga meminta maaf, aku benar-benar tidak bermaksud jahat, apakah anda harus melakukan sampai seperti ini?"

"Lempar dia keluar!" Nenek tua Chen menggertakkan gigi.

Josephine akhirnya putus asa.

Dua sekuriti tersebut menangkap lengannya dan berjalan menuju pintu kamar, keluar kamar, Josephine tiba-tiba menghentikan langkahnya, melihat ke arah Claudius yang pingsan tertidur di kamar seberang, di dalam hatinya muncul perasaan tidak rela.

Dia bukannya akhirnya bebas? Kenapa masih mau merasa tidak rela terhadap Claudius?

Tidak sempat melihat Claudius lebih lama, Josephine sudah ditarik ke bawah oleh kedua sekuriti.

Setelah Josephine pergi, Sally dengan hati-hati membujuk nenek tua Chen: "Nenek, kakak ipar memang salah membohongimu, tapi dia pasti ada alasannya sendiri, mungkin juga karena nenek selalu tidak menyukainya, jadi dia baru bisa berbohong kalau dia hamil untuk mengubah perlakuan nenek terhadapnya, memang tidak ada maksud buruk."

"Ini masih bisa dibilang tidak ada maksud buruk?" Nenek tua Chen mendengar perkataan Sally semakin murka: "Demi memiliki posisi yang stabil di rumah keluarga Chen, dia bahkan bisa berbohong seperti ini, membuatku sia-sia merasa senang berhari-hari, dan 3 hari sekali pergi ke vihara berdoa untuk anak di dalam kandungannya, akhirnya dia malah memberitahuku kalau dia berbohong, aku."

Nenek tua Chen mengomel-omel sampai akhirnya air matanya mengalir, penuh dengan kekecewaan dan kesedihan.

Sally pun mendekati nenek tua Chen, menepuk-nepuk punggung tangannya: "Nenek, nenek jangan menangis, kakak ipar masih muda, cepat atau lambat pasti bisa hamil lagi, berikan dia sedikit waktu."

"Jangan sebut-sebut namanya lagi!" Nenek tua Chen mengibas tangan Sally.

Chelsea Shen memberi tanda kepada Sally dengan matanya, menyuruhnya jangan berkata lagi, kemudian merangkul lengan nenek tua Chen: "Nenek, aku membawamu kembali istirahat di kamar."

"Benar, cepat bawa nenek pulang ke kamar untuk istirahat." kata Sally.

Nenek tua Chen mengusap air mata di wajahnya, setelah ke kamar Claudius untuk mengecek keadaannya, dia baru kembali ke kamarnya sendiri dengan bantuan Chelsea dan pengurus He.

Josephine awalnya tidak ingin pergi dengan keadaan menyedihkan seperti ini, tapi kekuatannya terbatas, bagian perutnya juga sangat sakit, sama sekali tidak bisa melepaskan diri dari dua sekuriti ini.

Akhirnya dia pun dilempar dengan pose paling menyedihkan keluar rumah, terjatuh di atas lantai.

Dia meringis kesakitan, telungkup di atas lantai penuh 5 menit kesakitan di bagian perutnya baru perlahan-lahan menghilang, kemudian dengan susah payah berdiri.

Terdengar suara pembicaraan dua sekuriti tadi di belakang: "Keluarga Bai sudah jatuh, sekarang dia diusir keluar oleh nenek tua Chen, kita lihat dia masih bisa kemana."

"Mulutmu jangan sejahat itu, aku lihat dia lumayan kasihan." sekuriti lainnya berkata dengan penuh kasihan.

"Perempuan tidak tahu diri seperti itu, apa yang mau dikasihani, kalaupun dia dipukul sampai mati oleh nenek tua Chen, juga tidak pantas dikasihani, cih."

"Tuan muda lumayan menyayanginya, hati-hati suatu hari dia mendapatkan kekuasaan, kemudian kamu..." sekuriti melakukan isyarat tanda membunuh ke rekan kerjanya, rekan kerjanya langsung melawan: "Menurutku tidak mungkin!"

*****

Di bawah suara pembicaraan kedua sekuriti yang tidak tahu takut, Josephine menopang tubuhnya yang sangat tidak nyaman berjalan ke depan selangkah demi selangkah.

Sudah malam begini dia tidak tahu dia harus kemana, dia yang memakai baju tidur tidak punya uang sama sekali, bahkan orang yang boleh dimintai tolong juga tidak ada, dan lokasi rumah keluarga Chen malah pas di tempat terpencil seperti ini, tidak peduli berjalan ke tengah kota atau berjalan ke rumah Angie, dua-duanya tidak mungkin.

Malam bulan September terasa sedikit sejuk, angin bertiup ke tubuhnya, membuatnya tanpa sadar gemetaran, dia pun memeluk dirinya sendiri dengan erat.

Di kedua sisi jalan penuh dengan pohon hijau, sinar lampu jalan remang-remang, hening tidak ada satu orangpun.

Dia tiba-tiba teringat sebelumnya diserang oleh seorang pengemis bau, tubuhnya lagi-lagi bergetar, kalau kali ini lagi-lagi bertemu pengemis seperti itu, Claudius tidak akan bisa tiba-tiba datang menyelamatkannya lagi!

Josephine semakin berpikir semakin takut, semakin berjalan semakin cepat, akhirnya tanpa sadar mulai berlari.

Setelah berlari selama beberapa saat, ketika dia bermaksud berlari ke seberang jalan, dia hampir menabrak sebuah mobil mewah yang sedang melaju kemari.

Mobil melaju dengan sangat lambat, sama sekali tidak membahayakan nyawanya, malah dia sendiri yang berlari menabrak mobil orang.

Josephine pun terdiam, kemudian bergegas membungkuk minta maaf kepada pengemudi mobil.

Mobil itu seperti sengaja berhenti untuknya, berhenti tepat di depannya, pengemudi mobil tidak hanya tidak marah, malah dengan sopan memanggilnya 'Nona Bai', kemudian turun dari mobil dan pergi membuka pintu mobil belakang.

Josephine mengamatinya dengan kaget, kemudian berkata: "Maaf, kalian salah orang."

Dia refleks berpikir kalau mereka adalah teman Shella Bai, juga hanya Shella yang bisa berteman dengan lelaki kaya seperti ini, tepat ketika dia bermaksud berbalik badan dan pergi, keluar seorang lelaki dari tempat duduk belakang mobil, berkata kepada Josephine: "Nona Bai, apakah anda masih mengingat saya?"

Josephine kembali berbalik ke arah mobil, mengamati lelaki di tempat duduk belakang, merasa wajahnya sedikit familiar, tapi karena sinar yang remang-remang dia tidak bisa langsung mengenali orang itu.

"Nona Bai memang adalah orang penting yang pelupa." Nada suara lelaki itu penuh kekecewaan, berkata: "Nama saya Marco Qiao, adik laki-laki Henry Qiao, sebelumnya kita pernah bertemu di rumah keluarga Qiao."

Begitu mendengar perkataan Marco, Josephine akhirnya kepikiran, dia pun berkata: "Ternyata kamu, aku ingat, adik ipar Susi."

"Benar." Marco mengangguk, kemudian mengamati Josephine: "Nona Bai malam begini mau kemana?"

"Mmm..." Josephine menunduk melihat dirinya sendiri, baju tidur, sandal jepit, benar-benar sangat memalukan. Dia pun tertawa canggung, kemudian berkata kepada Marco: "Bagaimana kalau kamu ikut tumpanganmu?"

Meskipun Susi mendeskripsikan adik iparnya ini sebagai seseorang yang sangat menakutkan, tapi sekarang selain meminta tolong kepadanya, Josephine sudah tidak ada cara lain.

Tempat ini sangat jauh dari tengah kota, jalan kaki sampai hari sudah terang dia juga belum sampai.

"Naiklah." Marco berkata.

"Terima kasih." Josephine langsung membungkuk dan masuk ke dalam mobil.

Mobil mulai melaju, Josephine duduk menempel ke pintu mobil, tatapannya tidak berani mengarah ke Marco Qiao yang duduk di sampingnya, setelah sekian lama dia baru berpaling melihat ke arah Marco.

Ketika dia berpaling ke arah Marco, dia melihat Marco juga sedang menatapi dirinya, wajahnya pun mulai memerah. Marco berkata dengan ringan: "Tidak bermaksud menjelaskan?"

Josephine berkata: "Maaf, aku...."

"Tidak apa-apa, tidak menjelaskan juga boleh."

"Terima kasih." Josephine benar-benar tidak tahu harus bagaimana menjelaskan kondisinya sekarang, karena Marco hanyalah orang asing bagi Josephine, belum sampai hubungan dimana mereka bisa saling membicarakan masalah masing-masing.

Josephine terdiam beberapa saat, kemudian kembali berpaling ke arah Marco: "Boleh pinjam ponselmu sebentar?"

"Boleh." ketika Marco menyerahkan ponselnya, dia berkata: "Kakak iparku hari ini tinggal di apartemen, kamu boleh turun disana."

"Terima kasih, aku coba hubungi dia." Josephine menghubungi nomor telepon Susi, yang membuatnya senang adalah Susi tepat sedang tinggal di apartemen malam ini.

Setelah berbicara pendek dengan Susi, Josephine pun menyerahkan ponsel itu ke Marco: "Susi berkata dia ingin berbicara denganmu."

Marco menerima ponselnya, mendengar beberapa saat dan mengakhiri panggilan dengan Susi, kemudian berpaling melihat Josephine: "Kakak iparku menyuruhku mengantarmu ke apartemennya."

"Terima kasih, sudah merepotkanmu." Josephine menatapi Marco, lampu jalan yang remang-remang menyinari wajahnya, tampan dan tenang, sama sekali tidak menakutkan dan susah didekati seperti kata Susi.

Novel Terkait

My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu