Istri ke-7 - Bab 114 Anakku Dimana? (2)

Setelah bayi itu pergi, Fransiska akhirnya menghela nafasnya lega.

Dia berdiri di pintu kamar sejenak, Josephine Bai didorong keluar oleh suster dari kamar bersalin.

Di atas ranjang rambut Josephine terlihat acak dan menempel di bagian pipinya, matanya basah seperti baru menangis.

Fransiska maju selangkah dan membungkukkan badannya, menarik tangannya, tersenyum dan berkata: "Anakmu sudah lahir, laki-laki, kamu sudah melihatnya?"

"Anak laki-laki..." Josephine berbisik, air matanya mengalir, menatapnya: "Boleh tidak aku melihatnya sebentar? Aku ingin melihatnya."

Apakah anaknya sudah digendong orang sebelum dia sempat melihatnya?

"Anakmu dibawa suster ke ruang perawatan, sebentar lagi baru bisa melihatnya, ayo, kita kembali ke kamar dulu. "Fransiska Ya melepaskan tangannya, dan memberi isyarat kepada suster untuk membawanya ke kamar pasien.

Josephine Bai diantar ke kamar pasien biasa di lantai empat, Fransiska melihatnya lalu tidak berhenti menangis, lalu menenangkannya: "Josephine, kamu tenang saja, anakmu akan baik-baik saja, Shella otaknya otak babi, dia tidak tahu betapa pentingnya anak ini baginya. Kalau dia berani bersikap jahat terhadap ini, aku orang yang tidak akan membiarkannya."

Josephine tidak mempedulikan nasehatnya, anaknya saja sudah tidak ada, dia juga tidak tahu apakah anaknya sehat.

"Boleh tidak aku melihat anakku sebentar? Sebentar saja." Dia melihat Fransiska dengan mata yang telah tergenang air mata.

Fransiska menggelengkan kepalanya: "Josephine, kamu lupa perjanjian kita, kita sudah susah payah bisa sampai ke tahap ini, dan sudah mau berhasil, masa kamu mau perjuangan sebelumnya semua menjadi sia-sia?"

Dia melanjutkan lagi: "Bukan tidak ingin kamu melihatnya, tapi untuk apa? Kamu akan semakin tidak rela, dan semakin sedih, pikirkan perasaanmu, aku juga tidak mengizinkan kamu melihatnya."

Josephine tidak berkata lagi, dia tahu Fransiska tidak akan mengizinkannya untuk melihat anaknya.

Fransiska Ya lalu menenangkannya lagi, dia akan menyuruh Summer untuk menjaganya dengan baik, lalu dia berbalik badan dan keluar dari kamarnya.

***

Fransiska Ya kembali ke kamar Shella Bai, di atas ranjang rambutnya berantakan, bajunya tidak rapi, Shella Bai bertanya: "Ibu, kamu lihat apakah aku seperti seseorang yang baru melahirkan anak?"

Fransiska memperhatikannya dan berkata: "Sepertinya kurang sedikit raut muka seorang ibu melahirkan, sebentar lagi nenek tua akan datang, kamu hanya cukup berpura-pura tidur dan jangan mengeluarkan suara agar dia tidak melihatmu。

"Oke aku sudah tahu." Shella Bai menunduk dan melihat diri sendiri, agar dirinya kelihatan seperti ibu melahirkan, dia bahkan menggemukkan dirinya, setelah ini dia harus diet.

Saat ini, terdengar suara ketukan pintu, Shella Bai bergegas menarik selimutnya dan berbaring membelakangi pintu. Suster mendorong bayi itu dan berjalan ke dalam, diikuti oleh dokter Lan.

Fransiska Ya menyambutnya, melihat sekilas bayi yang ada di ranjang itu dan bertanya "Dokter Lan, anak ini bagaimana?"

Dokter Lan melihat bayi itu dan berkata: "Kamu bilang saat berumur empat hingga lima bulan anak ini diperiksa dan bermasalah?"

"Benar."

"Aku tadi sudah periksa dengan teliti, pernafasan anak ini tidak lancar, mukanya pucat, aku meragukan kalau dia ada sakit jantung atau pneumonia." Dokter Lan lalu menambahkan lagi: "Tapi nyonya Bai tidak perlu khawatir, sekarang sepertinya keadaannya sehat-sehat saja, tunggu hasil pemeriksaannya keluar kita akan tahu detilnya."

"Baik, terima kasih."

"Kita baru memberinya sedikit air glukosa, saat kalian memberinya makan hati-hati jangan sampai membuatnya tersedak."

"Aku tahu, aku sudah membawa seorang perawat bayi kesini, tenang saja."

"Oke, kalau begitu aku pergi kerja dulu."

Setelah dokter Lan pergi, Shella Bai lalu beranjak dari ranjangnya, dan melihat bayi yang tidak bergerak itu di atas ranjang, lalu dia pun mulai menyindir: "Ckck, jelek sekali, pasti sama jeleknya dengan Josephine Bai sebelum operasi."

Fransiska Ya melototinya dan marah: "Kamu sekarang itu ibunya, kamu harus punya rasa cinta kasih, kalau nenek tua melihatmu seperti ini, dia pasti akan mencurigaimu."

"Tahu, aku pasti tidak akan berbicara seperti ini di depan nenek tua." Shella Bai berkata.

Fransiska menggendong bayi itu keluar dari ranjangnya dan memberinya kepada Shella Bai dengan hati-hati: "Cepat gendong dan belajarlah."

"Aku tidak akan menggendongnya saat kecil begini, apalagi aku juga sudah pernah belajar."

"Yang kamu gendong sebelumnya itu boneka, beda tahu? Ayo belajar."

Saat ini Shella Bai lalu menerima bayi itu, gerakannya sedikit terlihat bodoh dan kaku. Fransiska Ya menenangkannya: "Setiap orang yang baru menggendong anak pasti begitu, gendong lagi beberapa kali kamu pasti akan bisa, jangan sampai kamu terlihat bodoh di hadapan nenek tua tahu tidak?"

"Iya tahu." Shella Bai mengangguk.

Demi kedudukan nyonya di keluarga Chen, dia telah memutuskan, lagian menggendong anak juga bukanlah hal yang susah!

Setelah melihat Shella Bai mengenali sedikit anak ini dan kelihatannya seperti ibu melahirkan, Fransiska baru menelepon keluarga Chen.

Saat dia menelepon, Sally Lin dan Chelsea Shen sedang menemani nenek tua menikmati makanan ringan di taman rumah, pengurus He datang dan sambil tersenyum mengatakan: "Nenek, nyonya sudah melahirkan, seorang bayi laki-laki."

Mereka kaget, dan menoleh, Sally Lin bertanya: "Bukannya minggu depan baru melahirkan?"

"Lebih cepat seminggu ini normal-normal saja." Pengurus He berkata: "Nyonya Bai bilang siang ini nyonya sudah mulai sakit perut, tidak lama kemudian anaknya lahir."

Tangan nenek tua yang memegang cangkir teh menjadi kaku, dia berbisik kepada dirinya: "Anak laki-laki..."

"Benar, selamat nenek, akhirnya nenek punya cicit." Pengurus He berkata.

"Anak itu sehat?" Nenek tua seperti orang-orang lainnya dan menanyakan hal ini.

"Nyonya Bai bilang anak itu baru menjalankan pemeriksaan dan hasilnya belum keluar." Pengurus He melihat nenek tua yang terkejut lalu mencoba bertanya: "Nenek, mau kerumah sakit tidak?"

Nenek tua bengong, lalu akhirnya tersadar dan mengangguk: "Baik, sekarang kita pergi."

Bagaimanapun juga, anak itu tetap adalah darah daging keluarga Chen, apalagi anak itu laki-laki, tentu saja dia mau.

Pengurus He menyiapkan mobil, semua orang naik ke mobil, dan mobil pun melaju ke sebuah rumah besar. Pengurus He menoleh dan bertanya kepada nenek tua: "Nek, mau beritahu tuan muda?"

Nenek tua berpikir, dan menggelengkan kepalanya: "Lebih baik jangan beritahu dia, takutnya dia malah semakin sedih setelah melihatnya."

Mendengar Josephine melahirkan, hati nenek tua tetap merasa berat, karena dia tidak ingin kembali ke saat dia berumur dua puluh sembilan, pergi ke rumah sakit, dan akhirnya dokter memberitahu kepadannya bahwa dia mungkin akan keguguran.

Sally Lin memegang lengan nenek dan berkata: "Nenek, tenang saja, nyonya Bai kan sudah bilang kalau hasil pemeriksaan anak ini belum keluar, mungkin anak ini sehat-sehat saja."

"Benar, nenek, kamu harus memberi sedikit rasa kepercayaan diri kepada anak." Chelsea Shen menenangkannya.

Nenek tua mengangguk, tapi hatinya tetap merasa berat.

****

Novel Terkait

Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
5 tahun yang lalu