Istri ke-7 - Bab 150 Apa yang Ingin kamu Katakan? (2)

"Lalu sebelum menikahiku."

"Sebelum menikahimu? Tidak pernah, Vincent Lee tidak pernah memaksaku dalam hal ini."

"Bersama selama tiga tahun, sama sekali tidak pernah?" Claudius menyindirnya, memangnya di dunia ini masih ada hubungan yang sepolos ini?

"Aku sumpah, tidak pernah." Josephine mengangkat tiga buah jarinya: "Kalau malam ini aku berbohong sedikitpun, maka aku akan ditabrak mobil dan mati menggenaskan."

Sumpah seperti ini pun bisa keluar dari mulutnya, kalau dia masih tidak percaya kepadanya, lain kali dia tidak akan lagi menjelaskan kepadanya.

Josephine berpikir dalam hati.

Claudius memandangnya, dia tidak tahu apakah dia percaya atau tidak.

"Kamu percaya atau tidak? Tolong jawab." Josephine pasrah.

"Kalau percaya kenapa, tidak percaya lalu kenapa?"

"Kalau percaya jangan ungkit dia lagi, kalau tidak percaya juga jangan ungkit lagi, lagian kalau mengungkitnya hanya akan membuatmu marah."

Claudius menatapnya beberapa saat, tidak mengatakan apakah dia percaya atau tidak, dia hanya mengulurkan tangannya dan melingkari lehernya, lalu mencium bibirnya.

Josephine kaget, dia masih tidak tahu apa yang dipikirkannya, lidahnya pun mulai dimainkannya di dalam mulutnya.

"Tunggu." Saat dia baru saja ingin menciumnya lebih dalam lagi, Josephine tiba-tiba berkata, mengangkat jarinya dan menyentuh bibirnya, menatapnya: "Kamu masih belum memberitahuku, saat itu kamu yang memecahkan kaca kami bukan?"

Claudius mengerutkan alisnya: "Ini pentingkah?"

"Tentu saja sangat penting."

"Coba kamu jelaskan pentingnya dimana?"

Claudius sengaja memutar-mutar pembicaraan, karena kalau dia mengatakan dia hanya menebaknya lalu menyuruh orang lain memecahkan kaca itu, dia belum tentu akan percaya, dan dia juga tidak pandai menjelaskan.

"Karena kalau kamu yang memecahkannya, aku ingin berterimakasih padamu!" Josephine mengatakannya dengan serius.

"Tidak usah sungkan." Claudius menciumnya kembali, dan tidak membiarkannya menghindar, lalu menekan tubuhnya.

Setelah beberapa saat, akhirnya dia melepaskannya, lalu memeluknya dan berbisik di telinganya: "Tidurlah."

Ini juga alasan kenapa dia tidak ingin dia tidur di kamar ini, dia takut suatu hari dia tidak bisa mengontrol nafsunya dan menginginkannya.

Walaupun Josephine juga sudah mulai bergairah dibuatnya, tapi karena dia tahu saat ini tidak tepat untuk melakukannya, dia pun memejamkan matanya.

Bersandar di pelukannya, mencium aromanya, dan mendengar detak jantungnya, dia pun langsung terlelap.

Saat sarapan, kakak He menyuguhkan semangkok sup ayam kepada Josephine dan tersenyum: "Di tiga bulan pertama cocok untuk meminum sup ayam."

"Terima kasih kakak He." Josephine berkata, lalu meminumnya.

Sally Lin yang duduk di depannya pun tersenyum: "Aku lihat selera makan kakak ipar semakin membaik, perasaanmu membaik, semua ini berkat kakak."

"Kenapa berkat dia?" Josephine menoleh dan melihat Claudius yang sedang sarapan.

"Aku lihat hubungan kalian lumayan baik akhir-akhir ini, ini bukan karena kakak?"

Memang lebih baik dari dulu, tapi masih tidak termasuk baik.

Tapi memang karena dia, kalau bukan dia yang menyetujuinya untuk melahirkan anak ini, dia pasti akan seperti dulu setiap hari merasa sedih dan khawatir apakah anaknya akan sehat-sehat saja.

Setelah meminum sup itu, dia pun memakan roti.

Sally Lin tersenyum: "Aku lihat orang lain yang hamil semua pasti muntah-muntah, kenapa kakak ipar sepertinya tidak."

Sally Lin kaget, iya yah, kenapa dia tidak seperti itu? Dan masih sangat selera makan.

"Tapi aku dengar orang bilang kalau tidak muntah-muntah itu pasti anak laki-laki, kali ini pasti anak laki-laki lagi." Sally Lin berkata.

Kakak He tersenyum dan berkata: "Sekarang baru saja hamil, mana mungkin langsung muntah-muntah, tunggu beberapa hari lagi baru ketahuan."

"Oyah?”

“Iya."

"Lihatlah, tidak ada pengalaman makanya tidak mengerti kan?" Joshua Shen mengambil sebuah daging untuknya: "Makanlah yang banyak, saat kesehatanmu mulai membaik kamu juga hamil ya, dengan begitu kamu kan sudah berpengalaman."

"Aku tidak begitu terburu-buru." Sally Lin tertawa.

Josephine tersenyum melihat mereka beradu mulut, lalu menundukkan kepalanya dan melanjutkan sarapannya lagi.

Setelah sarapan, Claudius pun berjalan ke atas, Josephine mengikutinya dan berkata: "Tuan muda, bukan aku yang memberitahu nenek, Vina yang memberitahunya kalau aku menyuruhnya untuk membeli testpack, lalu nenek pun datang kepadaku dan menanyakan hasilnya."

Claudius mengangguk: "Aku sudah tahu."

Dia sudah tahu? Dia tidak marah?

Josephine merasa lega, lalu berkata: "Aku ingin ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, boleh tidak?"

"Pemeriksaan apa?"

"Memeriksa apakah benar-benar hamil, lagian kadang-kadang testpack bisa salah." Mendengar perkataan Sally Lin tadi, dia pun mulai ragu apakah dirinya benar-benar hamil.

"Baik, kalau begitu aku pergi menemanimu akhir pekan ini." Claudius menjawab.

"Tidak usah, kamu kan sibuk." Josephine berkata lalu menambahkan lagi: "Kalau kamu takut aku lari, kamu bisa menyuruh Vina menemaniku."

"Lari?" Claudius membalikkan badannya, lalu menatap perut kecilnya dan tertawa: "Kamu sudah menjadi istri Claudius, juga sudah menghamili anakku, kamu masih bisa lari kemana?"

"Kalau kamu tahu aku tidak bisa lari, lalu kenapa kamu masih membatasi kebebasanku?" Josephine pasrah.

"Tidak kenapa-napa kok, aku hanya ingin membuatmu menderita." Lalu dia pun berjalan ke ruang ganti.

Hanya ingin membuatku menderita? Sungguh keterlaluan!

Josephine marah!

Sore itu, setelah bangun dari tidur siang, dia ingin pergi ke taman bunga dan berjalan-jalan. Tapi kakak He melarangnya, dan mengatakan kalau di tiga bulan pertama tidak perlu olahraga lebih baik istirahat yang baik.

Josephine ingin mengatakan kepadanya, kalau dia tidak begitu lemah, tapi sudahlah, dia juga takut nenek akan marah kalau dia tidak patuh pada kakak He.

Dirinya yang tidak berbeda dengan orang lain pun dipaksa beristirahat seharian di kamar, dia benar-benar tidak bisa menahannya lagi.

Semakin merasa tidak nyaman dan tidak rela, kenapa setelah menikahinya dan menghamili anaknya, dia masih harus melewati hari-hari seperti seorang tahanan?

Akhirnya dia pun mengangkat telepon di kamarnya dan menelpon Claudius.

Setelah bunyi beberapa kali akhirnya telepon itu diangkat, terdengar suara Claudius yang santai: "Ada apa?"

Karena lama tidak diangkat sebenarnya Josephine sudah ingin menutupnya, mendengar suaranya dia pun tiba-tiba lupa apa yang mau dikatakannya.

Kalau tidak ada apa-apa aku tutup." Claudius terdengar tidak sabar.

"Oh." Josephine berkata.

Claudius tidak menutup teleponnya, malah menanyakan lagi: "Ada apa?"

"Aku ingin keluar untuk belanja."

"Barang apa kamu tidak bisa suruh kakak He yang beli?"

"Pandangan kakak He dan pandanganku berbeda." Josephine melanjutkan: "Aku ingin pergi ke toko untuk membeli keperluan ibu hamil."

Dia pikir dengan berkata begitu dia pasti tidak bisa menolaknya.

Dan ternyata benar, Claudius terdiam sejenak lalu berkata: "Suruh paman Wang mengantarmu datang ke kantor dulu."

"Sebenarnya tidak usah repot, aku bisa pergi sendiri, paling lama sejam." Dia belum selesai bicara, tapi Claudius pun sudah menutup teleponnya.

Novel Terkait

Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu