Istri ke-7 - Bab 252 Melepaskannya (1)

Setelah turun dari mobil, Josephine masuk ke rumah dan mengajak Jesslyn keluar rumah.

"Ayah, kamu sudah selesai mengobrol dengan ibu?" Tanya Jesslyn sambil memandang Claudius.

Claudius mengangguk, lalu menggendongnya, "Sudah, sekarang ayah mau ajak Jesslyn pergi makan malam. Boleh tidak?"

"Baik, lalu bagaimana dengan ibu dan Ayah Qiao?" Tanya Jesslyn pada Josephine.

Claudius menoleh pada Josephine, Josephine kebetulan juga sedang melihatnya. Josephine pun berkata sambil tersenyum, "Ibu tidak usah, ibu mau tetap di rumah memasakkan makan malam untuk Ayah Qiao, Jesslyn pergi makan malam dengan ayah, oke?"

"Kenapa Ayah Qiao tidak ikut dengan kita?"

"Karena Ayah Qiao lelah."

Jesslyn pun mengangguk, "Baiklah, aku dan ayah akan makan yang enak-enak, lalu nanti akan Jesslyn bungkuskan makanan untuk ibu dan Ayah Qiao."

"Oke, sayangku pintar sekali," ujar Josephine, kemudian menoleh pada Claudius dan tersenyum, "Awasi Jesslyn baik-baik, jangan biarkan ia berkeliaran lalu hilang."

"Ibu, aku tidak akan berkeliaran seperti waktu itu lagi," kata Jesslyn cepat-cepat, kejadian waktu itu saja masih membuatnya takut hingga hari ini. Mana mungkin ia masih berani berkeliaran.

"Iya, ada ayah, Jesslyn tidak akan hilang lagi," kata Claudius mengangguk, sambil mengelus kepala Jesslyn.

Setelah itu, ia menoleh pada Josephine kemudian berkata dengan lembut pada Josephine, "Bicarakan baik-baik dengan Marco, mari kita sebisa mungkin pulang lebih awal."

Sekarang setelah menemukan mereka, kalau dengan wataknya, Claudius biasanya akan memaksa Josephine kembali, namun demi menghormati pemikirannya, Claudius terpaksa memberinya kesempatan untuk berdiskusi dengan Marco. Masalah Josephine dan Jesslyn sudah terselesaikan, sekarang ia harus cepat-cepat kembali mengurus masalah perusahaan, kalau tidak perusahaannya akan benar-benar hancur tak bersisa.

Masalah ini Josephine tidak mungkin tidak tahu, ia barusan bertanya pada Claudius. Jelas-jelas perusahaan begitu membutuhkannya, mengapa ia masih menyusul kemari. Dan jawaban Claudius adalah Josephine dan Jesslyn lebih penting dibandingkan perusahaan, dengan sepatah kalimat ini, Josephine tak bisa lagi menemukan alasan untuk menentangnya!

Mereka berdua, apakah masih bisa dipisahkan dalam kehidupan ini?

-----

Josephine kembali ke dalam rumah, ia mendapati Marco sedang duduk di belakang jendela lantai 2, mereka terpisah oleh sehelai tirai tipis. Pemandangan di luar terlihat sangat jelas.

Barusan ini ia pasti melihat Claudius dan Jesslyn pergi bersama, kalau ia melihatnya, ia pasti akan sangat sedih bukan?

Josephine berdiri di belakangnya, ada sedikit perasaan tidak berani bicara padanya.

Saat ini, apapun yang ia ucapkan pasti akan menyakiti Marco.

Apa yang harus ia ucapkan untuk membuatnya melepaskannya? Apa yang harus dikatakannya?

Josephine diam agak lama di belakangnya, tetap saja tidak menemukan kalimat yang cocok untuk mengawali pembicaraan, akhirnya Marco-lah yang menoleh padanya, menatapnya erat-erat, lalu tersenyum kecil dan bertanya, "Kenapa diam saja?"

Josephine akhirnya melangkah ke hadapannya dan berjongkok, wajah kecilnya sedikit diangkat untuk memandangnya. Josephine pun berkata, "Maaf. Aku tak menyangka Claudius akan menyusul kemari."

Marco tertawa sebentar sambil menggeleng. "Tidak, kamu bukannya tidak menyangka, kamu jelas-jelas tahu ia akan menyusul ke sini."

Tak usah bilang Josephine, bahkan ia pun juga tahu Claudius cepat atau lambat akan mengejar mereka ke sini, ia bukannya tidak tahu seperti apa watak Claudius itu!

"Bangunlah dulu, duduklah di sini," ujar Marco sambil menariknya bangun, lalu menepuk-nepuk kursi di sebelahnya dan menyuruhnya duduk.

Josephine menurutinya dan duduk, namun tidak tahu apa yang harus ia katakan selanjutnya, setelah berpikir cukup lama, saat ia hendak membuka mulut, Marco saat itu juga berkaya mendahuluinya, "Josephine, kamu mungkin tidak tahu mengapa Henry memaksamu untuk kembali ke sisiku, bukan?"

"Aku tahu," jawab Josephine sambil mengangguk, "Ia tahu kamu menyukaiku, sehingga ingin membantumu mewujudkan impian, apa salah?"

"Benar," kata Marco sambil mengangguk, kemudian menghirup napas dan berkata lagi, "Walaupun aku dan Henry adalah saudara beda ibu, namun nasibnya lebih baik dariku, karena ia adalah anak yang dilahirkan oleh Nyonya Qiao, sedangkan aku adalah anak selingkuhan ayahku. Hubungan ayah dan Nyonya Qiao tidak pernah baik, demi melindungi posisinya di keluarga Qiao, Nyonya Qiao memutuskan untuk membunuhku dan ibuku. Kecelakaan yang ia susun itu tidak hanya merenggut nyawa ibuku, juga merenggut kedua kakiku. Secara logis, Nyonya Qiao telah berbuat tindakan kriminal, aku bisa memasukkannya ke dalam penjara dan membiarkannya tua dan mati di dalam penjara. Tetapi Henry berlutut padaku dan memohon padaku, ia memohon agar aku melepaskan ibunya, dan ia berjanji akan merawatku seumur hidup. Ayah juga memikul sendiri semua tanggung jawab itu, dan memohon agar aku tidak mempermalukan keluarga Qiao, jangan membuat Henry selamanya tidak berani mengangkat kepala. Sebenarnya aku mengerti, ibuku bukanlah orang baik-baik. Ia telah merusak rumah tangga orang lain, dan berniat merebut posisi Nyonya Qiao sebagai tokoh utama wanita di keluarga Qiao. Tetapi seburuk apapun dia, ia tetaplah ibuku, ialah orang yang memberiku nyawa, aku melihatnya mati dengan kedua mataku terbuka lebar, bagaimana mungkin aku tidak marah? Di satu sisi ia adalah ibuku, di sisi lain mereka adalah ayah dan kakakku, aku sangat bingung dan marah, tetapi akhirnya aku tetap terharu karena permohonan Henry, aku pun menyerah untuk mendesak pertanggung jawaban Nyonya Qiao secara hukum."

Saat membicarakan tentang hal ini, sorot mata Marco tetap terlihat sedih dan menderita, ia berhenti sejenak kemudian berkata lagi, "Dua tahun kemudian ayah meninggal, aku yang cacat ini dalam sekejap kehilangan semua jaminan hidupku. Sedangkan Henry, terus menerus menjalankan janjinya, ia sangat tulus menjagaku, hampir semua permohonanku ia setujui, yang tidak aku minta... Ia akan menyediakannya untukku dengan sangat menyeluruh. Dan lagi ia melindungiku di mana pun aku berada, aku ingat di tahun pertamaku kuliah, Henry mengetahui bahwa seorang anak orang kaya mengejekku karena aku cacat, ia pun menggunakan waktu hanya 2 bulan untuk membuat orang itu jatuh miskin. Sebenarnya sekarang kecelakaan itu sudah berlalu sekitar 7-8 tahun, ayah juga sudah lama meninggal, aku juga sudah lama kehilangan kesempatan untuk menindak Nyonya Qiao, Henry sangat bisa memilih untuk tidak mempedulikanku. Tapi ia tidak seperti itu, sebaliknya, ia malah tetap mengurusiku seperti sebelumnya, memenuhi permohonanku seperti sediakala, termasuk masalah percintaan..."

Novel Terkait

Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
The Comeback of My Ex-Wife

The Comeback of My Ex-Wife

Alina Queens
CEO
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu