Istri ke-7 - Bab 141 Tidak Ingin Kehilangan Kesempatan (1)

Josepine tidak peduli lagi, dia menjawab: "Semalam kamu sudah berjanji akan melepaskan Justin dan ibuku."

Claudius berpura-pura berpikir: "Oyah? Kenapa aku tidak ingat lagi ya?"

"Jelas-jelas kamu mengatakannya..."

"Oh, aku ingat. Aku bilang asalkan kamu melayaniku dengan baik aku akan melepaskan Justin, tapi sayang sekali, teknikmu masih kurang membuatku puas, jadi..." Claudius mendekat, menggunakan tangannya mengangkat dagunya dan mencium bibirnya: "Maaf. Aku harus lihat performa kamu yang berikutnya."

"Yang berikutnya? Claudius kamu anggap aku ini apa?" Josephine marah.

"Aku anggap kamu itu kekasih gelapku. Alat untuk pelampiasanku, jadi... Kamu turut saja kepadaku, kalau tidak aku akan marah, dan pasanganmu bukan aku lagi, tapi sama seperti kakakmu itu, lelaki bayaran."

"Apa maksudmu?" Josephine kaget, sebenarnya apa yang telah dia perbuat kepada Shella Bai?

Claudius tidak menjawab pertanyaannya, tapi malah marah dan menggertakkan giginya: "Jangan sekali-kali mengungkit nama "Justin" di depanku, dalam sekejap saja aku bisa menghilangkannya dari dunia ini!"

"Kamu berani?"

"Kamu bisa coba lihat apakah aku berani atau tidak." Claudius berteriak, lalu berjalan keluar dari pintu.

"Claudius! Kamu tidak boleh begitu! Kamu tidak boleh menyakiti Justin...!" Josephine berlari mengejarnya, Claudius sudah duduk di dalam mobil dan Sam mengantarnya meninggalkan villa.

*****

Josephine mengira dirinya akan menunggu beberapa hari lagi baru bisa bertemu dengan Claudius, tidak disangka sore itu dia bertemu lagi dengannya.

Sore itu Claudius menyetir mobil sendiri dan datang ke villa, di dalam rumah sunyi senyap, setelah mencari sana-sini, akhirnya dia menemuinya di taman bunga belakang rumah.

Saat itu dia sedang tertidur di atas sebuah meja batu di taman itu, ada sebuah pensil di tangannya, di tangan satunya lagi ada sebuah sketsa, itu adalah gambar seorang bayi yang tidur di atas ranjang kecil.

Bayi itu gemuk, bentuk wajahnya seperti dirinya. Dan juga terlihat seperti dirinya.

Apakah dia bosan sekali, hingga bisa menggambar sesuatu yang tidak berarti ini? Claudius mengomel sendiri, lalu mengulurkan tangannya ingin menarik gambar itu.

Gambar itu tertekan oleh siku tangan Josephine. Karena ditariknya, Josephine pun terbangun.

Melihat Claudius, Josephine yang masih sedikit ngantuk pun menegakkan badannya, lalu mencoba menyembunyikan gambar yang ada di meja, lalu bertanya: "Tuan muda, ada apa datang kesini?"

Bukannya dia baru pergi dari sini pagi ini? Bukannya dia tidak datang kesini?

Claudius membungkuk, jarinya menekan kertas sketsa itu, Josephine menariknya beberapa kali tapi tidak berhasil.

Josephine panik, dia tahu kalau anak itu adalah pantangannya, juga tahu Claudius membencinya karena dia yang membunuh anaknya.

"Aku... Aku merasa bosan, itu kugambar sembarangan saja, maaf." Dia merasa bersalah.

Claudius memindahkan pandangannya ke wajahnya, dan tersenyum sinis: "Ternyata kamu sudah lupa bentuk wajahnya seperti apa, apaan yang kamu gambar ini?"

Dia menggenggam kertas itu lalu merobeknya, menatapnya dan mengancamnya: "Kamu jangan pernah menjelek-jelekkannya lagi, ngerti?"

Josephine mengangguk: "Aku mengerti."

Dia memang tidak pernah bertemu dengan anak itu, dan tidak tahu wajahnya seperti apa, sketsa ini hanya digambarnya sesuai dengan perasaannya saja.

Dia mengangkat kepalanya dan berdiri, melihatnya diam, dia pun bertanya: "Tuan muda ada apa datang kesini?"

Claudius mengingat tujuan kedatangannya, dan berkata: "Ikut aku." Lalu berbaik badan dan berjalan ke depan.

"Kemana?" Josephine bertanya.

Waktu itu dia menariknya ke hadapan makam anaknya, kali ini tidak tahu lagi akan dibawa kemana.

Claudius tidak mempedulikannya, lalu berjalan terus.

Josephine pun mengikutinya dengan cepat.

Setelah sampai ke depan, Claudius mengambil sebuah kantong dari dalam mobil dan melemparnya ke tubuhnya: "Ganti bajumu."

Josephine menerima kantong itu, membukanya dan melihatnya, sebuah baju pesta tanpa tali, dia mengangkat kepalanya dan menatapnya: "Aku tidak mau pakai baju seseksi ini."

Claudius berkata: "Ngapain pura-pura suci? Bukannya sebelumnya kamu lumayan suka?"

Josephine tahu yang dia maksud adalah saat dirinya memerankan Shella Bai, dia membuka kerah bajunya, dua bekas merah di bagian lehernya langsung terpampang di hadapannya: "Ini yang kamu lakukan semalam... kalau sampai dilihat orang, pasti akan menertawakanku dan kamu juga."

Claudius langsung terdiam, benar, itu hukuman yang dia berikan kepadanya semalam, kalau ditunjukkan seperti ini akan terlihat tidak pantas.

"Aku boleh tanya tidak, kamu mau bawa aku kemana?"

"Merayakan ulang tahun nyonya Qiao."

"Keluarga Qiao? Keluarga Henry Qiao?" Josephine tiba-tiba merasa senang.

Claudius menyadari senyumannya itu, lalu ekspresinya pun memburuk, Josephine pun langsung berkata: "Aku hanya merasa pergi ke rumah orang yang kukenal... tidak perlu berpakaian formal seperti ini, seperti ini saja juga sudah oke."

Claudius berjalan mendekatinya, lalu mencubit dagunya: "Aku peringatkan ya, jangan macam-macam, kamu kira aku tidak tahu hubunganmu dengan Susi."

Ternyata dia sudah menebak apa yang dipikirkannya.

Benar, dia senang karena Susi adalah nyonya keluarga Qiao, dan dia juga akhir-akhir ini pusing bagaimana bisa menghubungi Susi, tidak disangka...

Dia tidak menyangka Claudius akan membawanya ke acara ulang tahun nyonya Qiao, sungguh tidak terduga!

"Kamu sudah mengancam nyawa adikku, mana mungkin aku bisa macam-macam?" Dia tersenyum pahit.

Akhirnya Claudius melepaskannya dan naik ke atas mobil.

Josephine mengikutinya, berjalan melewati mobil itu dan duduk di sampingnya.

Saat mereka tiba, tamu undangan keluarga Qiao sudah pada berdatangan, Henry Qiao dan Susi pun berdiri di depan pintu dan menyambut mereka. Henry Qiao menatap mereka berdua dan berkata: "Aku pikir tuan muda Chen tidak akan membawa istrinya datang."

"Bukannya kamu yang bilang, harus membawanya datang, kalau tidak pintu tidak dibuka." Claudius mengangkat tangannya dan menepuk-nepuk tangan kecil Josephine yang ada di lengannya.

Henry Qiao tersenyum: "Aku pikir kalian masih sedih dengan kepergian anak kalian, aku mempertimbangkan lama untuk memutuskan apakah mau mengundang kalian atau tidak."

Josephine merasa genggaman tangan Claudius yang memegang tangannya menjadi semakin erat, sangat jelas perkataan Henry Qiao telah menusuk hatinya.

Dia menggenggam kembali tangan Claudius lalu berkata: "Memang anak kami tidak bernyawa panjang, dan kami memang sedih, tapi bagaimanapun kita tetap harus menjalani kehidupan kita bukan?"

"Benar, baguslah kalau kalian berpikiran seperti ini." Susi mengangguk dan berkata kepada mereka: "Kalian berdua masuklah dan duduk."

"Kalau begitu kamu masuk dulu." Josephine menarik lengannya, Claudius menatapnya santai dan mereka pun berjalan masuk.

Tamu yang diundang nyonya Qiao tidak termasuk banyak, tapi semuanya adalah kerabat dan orang-orang hebat. Pelayan membawa mereka bertemu dengan nyonya Qiao.

Josephine dan Claudius menyapa nyonya Qiao, nyonya Qiao kelihatan senang, dia mengira Claudius tidak akan hadir.

Setelah semua tamu tiba, Claudius dikerumuni banyak orang yang ingin mendekatinya, Josephine langsung mengambil kesempatan ini dan mencari Susi, menarik gaunnya: "Susi..."

Susi berbisik di telingannya: "Kamu pergi ke lantai dua dan tunggu aku di kamar paling ujung, aku segera menyusul.

"Cepat, waktuku tidak banyak."

"Oke, segera."

Josephine berjalan melewati keramaian dan menuju ke lantai dua.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu