Istri ke-7 - Bab 118 Pilihannya (3)

Walaupun Shella Bai marah, tapi demi menjaga citranya yang baik di depan Sally Lin, dia harus berpura-pura tersenyum dan menenangkannya: "Tidak apa-apa, biarkan saja, besok aku suruh orang untuk membersihkannya."

"Tapi malam ini kamu tidak ada tempat tidur lagi." Sally Lin merasa bersalah.

"Ada apa?" Claudius berjalan masuk dan melihat keadaan ranjang yang kacau, lalu menanyakan kepada mereka.

Sally Lin bergegas turun dari ranjang, melihat tatapan Claudius dia pun merasa bersalah: "Kakak, aku tidak sengaja mengotori ranjang kakak ipar."

Claudius melihat ranjang yang basah berkata: "Tidak apa-apa, malam ini tidur saja di kamarku dulu."

Dia mengatakannya dengan santai, tapi Shella Bai yang mendengarnya langsung ketakutan. Dia langsung berkata: "Tidak usah, hanya basah sedikit saja, aku ganti saja sepreinya sudah bisa kok."

Walaupun Claudius sangat tampan dan memikat, dia juga ingin sekali mendekatinya, tapi mengingat tengah malam penyakitnya kambuh dan menggigit Josephine, hatinya takut.

Walaupun bukan tiap malam kambuh, tapi kalau kebetulan malam ini kambuh bagaimana dong? Masa dia harus berpura-pura tidak takut dan menjaganya? Dan harus memberi tangannya untuk digigitnya? Tentu saja dia tidak mau!

Claudius selalu tidak suka melihat Josephine menghindari dirinya, mendengarnya berkata begitu, dia pun menjadi mencoba untuk memaksanya.

Dia berjalan maju selangkah, menggunakan jarinya dan memegang dagunya dan tertawa: "Ini sup bukan air, kamu tidak takut ada serangga?"

Mendengar serangga, Shella Bai gemetaran, dia membuka mulutnya: "Kalau tidak... Aku tidur di kamar si kecil?"

Claudius menggeleng: "Tidak, sikecil akan mengganggu tidurmu di malam hari."

"Aku... sebernarnya hanya takut akan mengganggu tidurmu." Shella Bai tidak bisa menghindar, terpaksa tersenyum dan mencari alasan.

"Tidak apa-apa, kamu tidak akan bisa menggangguku." Claudius menggeleng.

*****

Malam itu, Shella Bai duduk di atas ranjang dan melihat bayangan seksi dari pintu kamar mandi, mendengar suara air yang mengalir, ketakutan di dalam hatinya pun lambat laun menghilang.

Saat Claudius memakai handuk dan berjalan keluar, dia bahkan sudah melupakan kejadian mengerikan itu, pandangannya tertuju pada badan Claudius yang kekar.

Dia mengira Claudius bakal lemah karena penyakitan sejak kecil, tidak disangka dia tidak seburuk yang dibayangkan, apalagi otot perut yang terpampang itu, membuatnya ingin bersandar diatasnya.

Claudius merasakan pandangannya yang haus itu, dia pun tersenyum dan bertanya: "Kenapa? Melototiku seperti itu ingin menumbangkanku?"

Shella Bai tersadar, walaupun dia ingin sekali menumbangkannya, tapi dia tidak lupa posisinya sekarang, sesuai dengan sifat Josephine, dia sekarang pasti akan malu dan bersembunyi di dalam selimut bukan?

"Sudah lama tidak melihat tubuhmu." Dia tersenyum malu.

"Terus kenapa tadi berpura-pura tidak ingin tidur denganku?" Claudius berjalan kesana, dan mendorongnya ke atas ranjang.

Shella Bai tersenyum dan memegang wajah tampannya, menatapnya dan berkata: "Ibu sudah bilang, perempuan tidak boleh terlalu inisiatif."

"Tapi kita sekarang kan suami istri yang sah."

"Benar juga, kalau begitu aku tidak usah berpura-pura lagi."

"Maksudnya apa? Claudius sengaja memancingnya.

"Maksudnya... Aku akan memelukmu dan menciummu sesukaku." Shella Bai tersenyum dan menekannya ke bawah, lalu menundukkan kepala mencium bibirnya.

Tubuhnya yang menekannya itu membuatnya merasa payudaranya yang kencang itu telah memancing gairahnya. Dia menggunakan telapak tangannya dan memegang pipinya, tersenyum menatapnya: "Sepertinya kamu tambah montok ya?"

Shella Bai menjawabnya genit: "Setelah melahirkan wanita akan menjadi montok."

"Oyah? Kalau begitu kamu melahirkan lagi saja."

"Dasar... Aku tidak mau punya anak banyak-banyak."

"Takutnya ini tidak bisa." Claudius mendorongnya kembali, dan mencium bibirnya, lidahnya memasuki mulutnya.

Suasana menjadi semakin romantis, Shella Bai pun mendesah pelan, tangannya yang halus itu melingkari leher Claudius.

Sifatnya sama sekali tidak polos, dia juga tidak bisa berpura-pura, saat ini dia sudah melupakan dirinya sendiri, langsung saja melepaskan semua nafsunya, malah terasa sedikit tidak sabaran untuk menginginkan Claudius.

Gairahnya yang menggebu-gebu itu membuat Claudius merasa sedikit kaget, nafasnya pun seperti tidak dikenali Claudius. Nafas setiap orang berbeda-beda, walaupun sudah hampir lima bulan tidak mencium Josephine, tapi dia tetap masih mengenali nafasnya.

Seiring berjalannya waktu, apakah nafas seseorang bisa berubah?

Claudius melepaskannya, dan menatapnya: "Kenapa aku merasa, kamu tidak sama seperti dulu lagi?"

Shella Bai kager, dia merasa sedikit cemas. Lalu dia berpura-pura mengatakan: "Mungkin beberapa waktu ini kamu terlalu banyak bersama dengan wanita lain, lalu melupakanku?"

Benar begitu? Claudius bertanya kepada dirinya sendiri.

Lalu dia menundukkan kepalanya dan mencoba menciumnya kembali.

Shella Bai malah menghentikannya di saat ini, merasa malu dan berkata: "Sekarang aku tidak leluasa, tunggu sampai sebulan ini berakhir."

"Maaf, aku sampai lupa." Claudius mencium dahinya, lalu berbaring disampingnya.

Walaupun Shella Bai merasa sayang, tapi agar dia tidak menyadari perbedaannya, dia hanya bisa menahan nafsunya dan masuk ke dalam pelukannya.

*****

Susi terus-terusan ditanyai oleh Josephine, dia pun mulai meragukan apakah dia salah melihat laporannya, atau stafnya yang salah lihat.

"Aku... Aku rasa aku tidak akan salah, tapi..." Susi terbata-bata: "Tapi memang tidak ditemukan apapun, bagaimana ini? Aku sungguh tidak berguna?"

Josephine menarik nafas dan berkata: "Kalau memang kamu tidak salah, berarti masih ada harapan, asalkan ada sedikit harapan, aku tidak akan menyerah."

"Kalau tidak, kita tunggu sampai sebulan ini, aku bantu kamu mengecek rambut-rambut bayi itu, nanti akan jelas semuanya."

Josephine menggeleng: "Claudius tentu tidak akan merayakan satu bulan untuk anaknya yang penyakitan itu."

"Walaupun tidak ada perayaan, tapi sebagai teman terbaiknya, Henry Qiao pasti akan memberinya hadiah, pasti akan ada kesempatan."

"Terima kasih." Josephine merasa bersyukur.

Susi melihatnya, merasa sangat kasihan.

Dua hari yang lalu Josephine memberitahunya semua fakta itu, dia hampir tidak percaya, kejadian ini akan terjadi pada Josephine.

Setelah Susi pergi, Josephine duduk sendiri di atas sofa dan memikirkan kembali kejadian hari itu di rumah sakit, dia tidak ingat lagi wajah dokter itu, tapi dia mengingat tubuhnya yang tegap dan cukup berwibawa.

Dia berdiri dari sofa, mengganti pakaian dan bergegas ke rumah sakit Prima Medical.

Dia tidak tahu apakah akan berguna, dan tidak mempedulikan bahayanya, dia mencari orang itu di setiap ruangan kantor dokter.

Pria itu memakai seragam putih, bisa dipastikan dia bekerja di rumah sakit ini, dan memang ada di antara beberapa lantai ini.

Tapi setelah mencari di semua ruangan, dia tetap tidak menemukannya, dan akhirnya dia diusir oleh satpam ke lantai bawah.

Novel Terkait

Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu