Istri ke-7 - Bab 75 Melanjutkan Kebohongan (2)

Beberapa hari tinggal di Surabaya ini, merupakan hari-hari yang paling tenang dan menyenangkan baginya setelah ia menikahi Claudius, juga merupakan beberapa hari dimana hubungannya  dan Claudius sangat harmonis.

Dibandingan kehidupan yang menekan di mansion keluarga Chen, hari-hari ini terasa sangat nyaman, hingga Josephine tak rela pulang.

Tetapi hari-hari yang indah ini hanya sementara.

Perjalanan Claudius di Surabaya telah berakhir, tiket pesawat ke Jakarta yang dipesan Asisten Yan akan berangkat sore ini.

Saat meninggalkan hotel, Josephine menyerahkan barang bawaannya pada Sam lalu menuju ke mobil. Ia menengok memandang villa itu, ia sedikit tak rela untuk pergi.

Ia jarang sekali tak bisa berpisah dengan suatu tempat begini, hanya hari itu, ia tak tahu apakah itu karena ini adalah Surabaya, tempat kelahirannya, atau karena ia melalui hari-hari yang menyenangkan bersama Claudius di sini.

"Nyonya muda, mari masuk ke mobil," kata Sam melihatnya, tak tahan untuk mendesaknya, karena Tuan Chen sudah duduk di mobil menunggu untuk berangkat.

Karena dipanggil oleh Sam, Josephine baru kembali sadar, melihat wajah Claudius yang sudah tidak sabaran, ia dengan tergesa-gesa masuk ke mobil.

Sam juga kembali ke kursi pengemudi, kemudian menyalakan mesin dan berangkat ke bandara.

"Ada apa? Tak mau pergi?" Tanya Claudius dengan dingin sambil membalik halaman majalah di tangannya.

Josephine menjawab dengan malu-malu, "Iya sedikit."

"Belum puas bermain?"

"Puas," jawab Josephine dengan jujur, "Tetapi karena memikirkan aku harus hidup di rumah keluarga Chen lagi, aku agak takut."

"Ternyata hidup di rumahku membuatmu tak nyaman."

"Bukan begitu…," Josephine segera menjelaskan, "Hanya saja di sini lebih bebas." Ia masih ingin berkata, begitu kembali ke Jakarta, Claudius pasti hanya bisa kerja, kerja, dan kerja, dan akan kembali menjadi Claudius yang dingin dan tak mempedulikannya.

Tentu saja, ia tak berani mengucapkan kata-kata seperti ini di depan Claudius.

*****

Sekembalinya mereka di Jakarta kebetulan bertepatan dengan jam makan malam, Claudius menyuruh Sam mengantarkan Josephine kembali ke rumah, ia sendiri langsung pergi ke perusahaan.

Awalnya Josephine ingin langsung pergi ke RS Siloan menjenguk Eddie, saat di Surabaya Alex meneleponnya dan berkata bahwa operasi Eddie sangat lancar, sehingga Josephine ingin cepat-cepat menjenguknya dan menyemangati Eddie atas keberhasilannya untuk hidup kembali.

Tetapi Claudius memintanya segera pulang, ia tak bisa menolak, terpaksa menunda kunjungannya ke rumah sakit menjadi besok.

Sesampainya ia di rumah keluarga Chen, Pengurus He mengantarnya ke ruangan nenek.

Melihat Josephine masuk, nenek segera menghampirinya dam menggandeng lengannya, ia memandangi Josephine dengan penuh senyuman dan bertanya, "Bagaimana? Cicitku yang manis ini baik-baik saja bukan? Apakah kau sempat merasa sakit?"

Karena digandeng seperti itu, Josephine mulai merasa tak bebas, ia berusaha tersenyum sebisa mungkin, "Nenek, bayinya baik-baik saja, jangan khawatir."

"Ya kan, aku tahu bayi mungilku baik-baik saja," ujar nenek sambil memandanginya, "Bagaimana, apakah perjalanan kali ini menyenangkan? Aku dengar Asisten Yan bilang hubunganmu dan Claudius sangat baik."

Mendengar itu, Josephine terheran-heran, tak disangka nenek memata-matainya dan Claudius.

Tapi benar juga, ini baru seperti orang tua pada umumnya.

"Senang," katanya sambil mengangguk dan tersenyum, ia pun mengambil tas karton dan memberikannya pada nenek. "Nenek, ini hadiah kecil yang aku dan Claudius pilih, semoga nenek suka."

Mengenai hadiah, nenek tidak memandangnya, namun hari ini ia sangat gembira, apalagi mendengar hadiah ini dibelinya bersama dengan Claudius, karena itu ia merobek bungkus hadiah itu dengan sangat girang.

Nenek mengeluarkan mantel dari dalam tas karton itu, ia melihat-lihatnya kemudian berkata, "Bagus, cantik sekali, selera kalian berdua cocok sekali."

"Nenek, ini adalah pertama kali tuan muda memberi anda hadiah loh," kata Pengurus He sambil tersenyum.

"Iya kan."

"Ini menandakan tuan muda semakin bertambah dewasa setelah menjadi seorang suami dan seorang ayah."

"Benar, Claudius sudah besar, sudah mau menjadi ayah," kata nenek sambil menyerahkan mantel itu pada Pengurus He, lalu menggenggam tangan Josephine sambil tersenyum cerah. "Ini semua berkat jasamu, kamulah yang membuatnya berubah."

Josephine tertawa dengan tidak bebas, ia belum berkata-kata, hatinya sudah merasakan tekanan yang berlipat ganda.

Melihat kebahagiaan nenek, ia benar-benar tak berani berpikir kalau-kalau terjadi apa-apa pada anak ini, apa yang akan dilakukan nenek? Pasti nenek akan membunuhnya kan?

Bah, apa yang sedang ia pikirkan? Mengapa ia memikirkan hal sial seperti itu?

Anak ini akan baik-baik saja, pasti baik-baik saja!

Novel Terkait

Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu