Istri ke-7 - Bab 277 Pertemuan Tak Terduga (2)

"Kamu seharusnya lebih ngerti daripada aku."

"Tiket masuk opera malam ini?" Susi kaget dan bergumam, ini adalah opera tari terbesar yang diadakan oleh organisasi seni terkenal di luar negeri dan kota C, harga tiket itu tidak murah sama sekali. Dengan keadaannya yang sekarang, dia juga tidak rela pergi melihatnya.

"Aku tahu kamu suka dengan ini." Freddy pun tersenyum, melihat mata Susi yang berbinar-binar, dia pun ikut senang dan berkata: "Aku sudah mengatur semuanya, sebentar lagi bibi pengasuh akan datang untuk menemani Ethan, kita berdua bisa pergi menonton opera ini."

Susi melihatnya dan bertanya: "Dari mana kamu dapat ini? Posisi duduknya juga sangat bagus."

Pertama, harga dua tiket ini setara dengan gajinya sebulan, lalu, posisi tempat duduk ini, tidak sembarang orang bisa mendapatkannya, pasti hanya orang-orang dari kalangan tertentu saja yang bisa mendapatkan tiket VIP ini.

"Oyah? Posisi duduknya bagus? Aku tidak tahu." Freddy memegang hidungnya: "Oke deh, aku ngaku sebenarnya saat belanja di supermarket aku mendapatnya dari undian."

"Undian?" Susi curiga.

"Iya, aku mengundinya dengan bon belanja." Freddy mengatakan dengan sombong: "Pegawai supermarket saja bilang kalau ini adalah tiket terbaik untuk pasangan, bagaimana? Aku beruntung sekali bukan?"

Melihat Susi tidak percaya, Freddy pun menjulingkan matanya pasrah: "Sayang, supermarket itu besar sekali, tidak mungkin dia bercanda dengan pelanggannya bukan? Lagipula satu sen pun aku tidak berikan kepadanya, dia juga tidak bisa membohongiku, kamu jangan curiga lagi oke. Cepat masak, kalau tidak nanti terlambat."

Susi masih merasa tidak percaya, tapi melihat tiket di tangannya, itu sama sekali tidak terlihat palsu.

Setelah Melisa dan Henry makan malam bersama di luar, jadwal mulai opera tari masih ada tiga puluh menit.

Melisa menyarankan untuk berjalan kaki dari restoran ke gedung opera, Henry juga tahu di dekat opera sangat susah untuk parkir, oleh karena itu dia pun setuju.

Saat mereka berdua berjalan, tanpa terasa Melisa pun berjalan mendekati Henry Qiao, merasakan keberadaannya, mencium aroma tubuhnya yang khas, tiba-tiba dia merasa sangat puas.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu saat dia masih SMA, saat pertama kalinya dia melihat Henry di sebuah acara, dia sudah sangat tertarik kepadanya, tapi karena perbedaan umur yang cukup jauh dan dia sudah beristri, dia pun sama sekali tidak memikirkannya lagi.

Beberapa waktu yang lalu dia mendengar kabar kalau nyonya Qiao sedang mencari calon istri untuk Henry Qiao di grup model terkenal di kota C, saat dia mempersiapkan diri untuk dipilih, dia tidak menyangka nyonya Qiao malah tidak tertarik dengan keluarga mereka yang masih di kalangan menengah.

Akhirnya dia pun memikirkan cara untuk mendekati nyonya Qiao, dan ternyata nyonya Qiao suka dengannya yang "lemah lembut", dan memberikan kesempatan ini kepadanya.

Kesempatan ini sangat sulit didapatkannya, tentu saja dia tidak akan menyerah begitu saja, bagaimanapun juga dia tidak akan menyerah.

Saat mereka berdua masuk ke dalam gedung opera, tim penyelenggara sedang mengatur tempat duduk penonton, melihat tiket di tangannya, Henry pun melangkah ke barisan depan.

Melisa pun mengikutinya dan menarik lengannya.

Henry Qiao menoleh kepadanya, lalu melihatnya meminta maaf: "Maaf, cahaya disini kurang terang, sepatuku juga tinggi..."

Walaupun dia meminta maaf, tapi tangannya tetap tidak melepaskan lengan Henry.

Henry menunduk dan melihat sepatunya, dan mengingatinya dengan sopan: "Hati-hati."

"Makasih, boleh tidak aku memegangmu?" Kata Melisa sambil tersenyum.

Henry pun tidak bisa menolak dan terpaksa membiarkannya.

Saat terus berjalan ke depan, Melisa melihat ke sekitar, tapi tidak melihat bayangan Susi dan Freddy, ini membuatnya merasa sedikit kecewa.

Dia sudah memberikan tiket itu kepada pria yang bernama Freddy, dia malah tidak datang?

Henry dan Melisa pun duduk di tempat duduk mereka, opera baru saja dimulai, pembawa acara yang cantik sedang berdiri di pentas dan memberikan kata sambutan sebelum pertunjukan dimulai.

Sebenarnya Susi dan Freddy bukan tidak datang, mereka hanya mengalami sedikit macet dan terlambat. Saat ini mereka berdua pun sedang tergesa-gesa turun dari mobil dan segera berlari masuk ke dalam gedung opera.

Freddy belari ke pintu masuk, melihat Susi yang masih belum datang, dia pun kembali kesana dan menarik tangannya: "Cepat, biasanya saat memarahiku kamu bisa cepat-cepat, kenapa sekarang malah lambat kaya kura-kura."

"Kamu masih berani mengatakan ini, kalau bukan kamu yang membuat panciku gosong aku bisa selambat ini?" Susi membantah.

"Jelas-jelas kamu yang lambat." Freddy pun menarik tangannya dan mencari tempat duduk di gedung yang gelap itu, Susi yang ditariknya pun hampir terjatuh beberapa kali. Dia emosi dan berkata: "Tuan Freddy, tidak lihat satu acara bisa mati? Kamu tidak lihat disini gelap sekali? Aduh...!"

Kemudian dia pun terjatuh ke depan dan jatuh kedalam pelukannya.

Freddy tertawa jahat dan merangkul bahunya, dia sudah lama menunggu ini!

Susi pun keluar dari pelukanya dan melihat tiket di tangannya: "Sudah ketemu belum tempat duduknya?"

"Sudah, di depan sana." Freddy menunjuk ke barisan tiga di depan dan berjalan kesana.

Karena tidak ingin menghalang pandangan penonton lain, mereka pun membungkukkan badan dan berjalan cepat, saat sampai di tempat duduk, tiba-tiba pergelangan tangannya pun dipegang seseorang.

Dia kaget dan menoleh kesana, saat melihat pria yang duduk di sampingnya adalah Henry, dia pun gemetaran dan seketika isi kepalanya pun menjadi kosong.

Mengapa Henry bisa ada disini? Mengapa bisa kebetulan begini...!

"Kebetulan sekali." Henry tersenyum kepadanya, senyumannya terlihat sedikit licik, mungkin hanya Susi yang bisa melihatnya.

Susi kebingungan dan melihat tangan yang menggenggamnya, dia berusaha melepaskannya tapi Henry malah memegang semakin erat dan terus menatapnya: "Kenapa? Tidak ingat aku lagi? Atau tidak ingin melihatku?"

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu