Istri ke-7 - Bab 218 Aku Ingin Jujur Kepadamu (3)

Ini hari kepulangan Marco Qiao dari luar negeri.

Josephine tiba di bandara dengan tepat waktu, saat menunggu beberapa saat di luar pintu ketibaan, Marco pun keluar bersama asisten pribadinya.

Dia mengangkat tangan dan menyapa Marco, kebetulan Marco juga melihatnya, dia pun tersenyum.

"Bagaimana, sudah capek ya?" Josephine berlutut di depannya dan menatapnya.

"Lumayan." Marco mengangkat tangannya dan memegang pipinya: "Dua minggu tidak bertemu, sepertinya kamu semakin kurus."

"Mana ada, aku baik-baik saja kok, mana mungkin aku kurus." Josephine memegang wajahnya lalu menatapnya kembali: "Sepertinya kamu tuh, rona wajahmu tidak begitu baik."

"Oyah?" Marco juga memegang wajahnya lalu tertawa: "Sepertinya kita sudah terlalu lama tidak bertemu, makanya kita sudah lupa satu sama lain."

"Baru berapa hari saja, bagaimana mungkin lupa." Josephine pun mendorong kursi rodanya, berjalan keluar dan bertanya: "Bagaimana dengan Jesslyn? Apakah sedih saat kamu pergi?"

"Baik, aku bujuk dia, dan juga ada Jack yang bisa jadi teman mainnya." Marco Qiao pun menepuk-nepuk punggung tangannya: "Tenang saja, Rossi adalah teman terbaikku, mereka berdua sangat menyukai Jesslyn, Jesslyn tinggal di rumah mereka pasti aman dan senang."

"Aku tahu." Josephine mengangguk dan sedikit malu: "Aku hanya sedikit rindu dengannya."

Dulu saat mereka hidup disana mereka tetanggaan dengan Rossi dan istrinya, hubungan mereka dekat seperti keluarga, Jesslyn dan Jack pun sudah jadi teman baik sejak dulu, menempatkan Jesslyn di rumah mereka, Josephine sama sekali tidak khawatir.

"Lihatlah kamu, baru berapa hari saja kamu sudah merindukannya." Marco Qiao tertawa.

Mereka berdua pun berjalan keluar dari pintu bandara.

Paman Liu belum keluar dari parkiran, Josephine melihat ke arah jalan, tiba-tiba dia melihat dua orang yang dikenalinya, sepertinya itu Claudius dan asisten Yan!

Mereka berdua pun sepertinya sudah melihatnya dan Marco.

Mereka berempat saling bertatapan lalu asisten Yan pun menyapa: "Tuan muda Qiao, nona yi, kebetulan sekali."

"Iya, kalian mau kemana?" Josephine melihat sekilas ke arah Claudius, tapi tidak berani menatapnya, lalu dia pun melihat asisten Yan.

Asisten Yan tidak ingin membuatnya salah paham, dia pun menjelaskan: "Tidak, aku yang ingin keluar kota, tuan muda Chen mengantarku saja."

Pandangan Claudius terhadap Josephine, dan Josephine yang menghindarinya, sudah dirasakan oleh Marco Qiao, lalu dia pun menoleh ke Josephine: "Jessie, ayo kita pergi."

"Baik, sampai jumpa." Josephine pun mengangguk kepada mereka berdua, dan mendorong Marco ke samping jalan menunggu paman Liu.

Asisten Yan menyentuh lengan Claudius, dan berkata: "Tuan muda Chen, jangan bengong, kamu pulanglah."

Melihat Josephine, dia seperti kehilangan jiwanya, asisten Yan pun menggeleng kepala dan pasrah.

Claudius akhirnya merasakan dirinya yang salah tingkah, dia pun tertawa malu: "Kalau begitu aku pergi dulu ya, kamu hati-hati ya."

"Terima kasih."

Setelah asisten Yan pergi, Claudius pun berbalik badan dan kembali ke mobilnya, lalu berjalan keluar dan berkata dengan sopan kepada mereka berdua: "Kalian mau tidak aku antarin?"

"Tidak usah, kami ada mobil." Kata Josephine.

"Kalau begitu aku pergi dulu." Claudius menutup jendela mobil dan berjalan pergi.

Josephine melihat mobilnya pergi lalu menoleh ke Marco yang sedang melihatnya, dia pun panik dan tersenyum: "Paman Liu sudah datang, kita naik ke mobil yuk."

Dia pun memapah Marco Qiao naik ke atas mobil, dan ikut naik dari sebelah, kedua tangannya menggengam telapak tangan Marco dan berkata: "Marco, kamu pasti sudah lapar? Ingin makan apa?"

"Tidak apa-apa, aku makan sedikit saja nanti di rumah." Marco Qiao pun memegang erat tangannya.

Josephine mengangguk.

Setelah diam beberapa saat, Marco tiba-tiba bertanya: "Waktu aku tidak ada disini, apakah kamu bertemu dengan Claudius?"

Josephine kaget, disaat yang bersamaan perasaannya juga tidak enak, dia berpikir mungkin Marco sudah merasakan sesuatu.

Pertemuannya dengan Claudius malam itu dia pasti tidak tahu, karena hari itu dia sengaja menghindari dua orang bodyguard dan pergi ke Royal KTV, tapi kenapa ekspresinya seperti sudah mengetahui sesuatu?

"Pernah bertemu sekali." Dia tidak suka berbohong, tapi juga tidak ingin memberitahu kenyataannya, terpaksa menjawabnya begitu saja.

Marco pun tersenyum: "Aku lihat pandangan kalian berbeda, aku pikir kalian..."

"Marco." Josephine memegang erat tangannya: "Claudius memang masih ada perasaan terhadapku, tapi aku tidak akan lupa janjiku padamu, tidak akan lupa."

"Oke, aku percaya padamu." Marco pun mengelus kepalanya dan merasa bersalah: "Maaf ya, setiap kali melihat Claudius aku merasa tidak enak."

"Aku ngerti." Josephine mengangguk.

Sebenarnya dia bisa merasakannya, setiap kali Claudius melihat Marco juga tidak nyaman, inilah cinta, tidak bisa melihat orang lain yang mengganggu!

----

Jam pulang kerja sudah lewat, tapi sepertinya Claudius tidak berencana untuk pergi dari kantor.

Saat asisten Huang melewati ruang kerjanya pun bertanya: "Tuan muda, kamu tidak pulang?"

"Sebentar lagi." Claudius memanggilnya: "Kamu masuk sebentar."

Asisten Huang pun berjalan masuk. Claudius berkata: "Bagaimana dengan urusan Golden Dragon?"

"Masih dinegosiasi." Asisten Huang berkata: "Pekerja yang membuat keributan itu tidak ingin menerima uang ganti rugi dari perusahaan bangunan, perusahaan bangunan juga tidak mau keluar banyak uang."

"Perkembangan proyek terpengaruh?"

"Terpengaruh sedikit, sudah dua hari tidak bekerja." Asisten Huang pun melanjutkan: "Tuan muda Chen, pekerja yang bermarga Zhang itu kakinya cacat karena kecelakaan di lapangan, oleh karena itu dia emosi dan permintaannya juga tidak begitu masuk akal, lalu bersikeras beranggapan bahwa perusahaan bangunan adalah perusahaan di bawah kita, dia meminta kita juga ganti rugi."

"Sebenarnya berapa maunya, kalau perusahaan bangunan tidak sanggup memberinya kita juga bisa tambah."

"Maksud tuan muda Chen kita yang menambah ganti ruginya?" Asisten Huang kaget dan menatapnya, ini sepertinya bukan gaya kerjanya.

Kalau diganti dengan tuan muda yang dia tahu, dia pasti akan memarahi bos perusahaan bangunan itu, mana mungkin dia peduli dengan mati hidupnya pekerja itu?

"Benar, asalkan tidak mempengaruhi perkembangan proyek." Claudius menatapnya lalu mengerutkan alisnya: "Tidak boleh?"

"Bukan begitu, tapi..." Asisten Huang pun berkata: "Tuan muda Chen, ini bukan urusan kita, kalau kamu melakukannya, kejadian seperti ini pasti akan terulang lagi. Setiap hari pekerja yang bekerja sangat banyak, kecelakaan seperti ini pasti akan sering terjadi, kalau setiap orang seperti dia, uang ganti rugi dan pengobatan akan sangat besar."

Claudius pun terdiam.

Pemikiran seperti wanita ini adalah kelemahan besar seorang pengusaha, dia seharusnya tidak berpikir seperti ini.

Saat ini dia tiba-tiba mengingat Josephine, dia bisa berpikir seperti ini pasti terpengaruh oleh Josephine, tidak tahu kalau diganti dengan Josephine, bagaimana dia akan menyelesaikan masalah ini? Apakah akan seperti pemikirannya tadi menggunakan cara yang paling mudah dan paling baik?

----

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Siswi Yang Lembut

Purn. Kenzi Kusyadi
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
3 tahun yang lalu

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu