Istri ke-7 - Bab 113 Hilangnya Josephine (1)

"Kau pikir aku ini pengurus anak?" Tanya Shella dengan tidak terima.

"Aku lihat kau tidak seperti itu, makanya aku penasaran bagaimana kamu melewati hidupmu nanti."

"Tenang saja, janin ini memang cacat dari awal, bahkan belum tahu bisa hidup berapa hari. Mungkin tidak sampai beberapa hari aku sudah bisa bebas."

"Kalau misal ia bertahan hidup bagaimana?"

"Bertahan hidup? Kalau aku tidak membiarkannya hidup, apa dia bisa hidup?" Kata Shella tertawa kejam.

"Ha? Kau tidak mungkin…" Kata Samantha pelan.

"Seorang bayi yang sakit, kalau tengah malam kucubit hingga mati juga tak akan ada orang yang curiga, apa yang perlu aku takutkan?" Kata Shella dengan wajah tak setuju, seketika kaki Josephine terasa lemas, hampir saja ia jatuh terkulai.

Ia sudah menebak Shella tak akan menyayangi anaknya, tetapi ia selalu berpikir Shella akan memperlakukan anak itu dengan baik karena ia akan membantunya memperoleh kedudukan. Meskipun ia tak baik pada anak itu, orang keluarga Chen pasti akan mencintai anak itu dengan sepenuh hati, sama seperti mereka mencintai Claudius.

Namun…

Memang benar, kalau ia benar-benar tidak menginginkan anak ini, membunuhnya saat tengah malam pun tak akan ada orang yang curiga, meskipun keluarga Chen akan merawat anak itu sebaik apapun, Shella yang berperan menjadi ibu itu juga punya kesempatan membunuh anak itu.

Kaki yang lemas, perut yang sakit, Josephine merasa ia tak kuat menopang tubuhnya lagi. Bisa-bisanya suara kedua orang itu malah masih tetap menusuk gendang telinganya. "Cara ini boleh juga, kau kan ibunya, tidak akan ada yang mencurigaimu."

"Tentu saja, tunggu aku masuk dengan lancar ke keluarga Chen dan merangkul Claudius, tentu tak akan kubiarkan anak wanita liar itu hidup."

"Benar, kalau dibiarkan pun cepat atau lambat juga akan menjadi mala petaka ."

Josephine tak kuat lagi mendengarnya, namun juga tak kuat berjalan, ia hanya bisa menutup kedua telinganya dengan tangan, ia bersandar di dinding dan berusaha menghirup napas panjang, air matanya mengalir deras.

"Eh, Nona Bai bagaimana bisa kau sampai di sini?" Tanya suster yang melihatnya bersandar di dinding menangis tersedu-sedu, lalu segera menopang tubuh Josephine.

Josephine menggerakkan tangan memberi isyarat pada suster untuk membantunya berjalan, suster itu bertanya sambil menopangnya, "Nona, apakah perut anda sakit? Lalu, di mana kamar anda?"

"Bukan," kata Josephine sambil menahan rasa sakit. Kemudian ia menunjuk tangga darurat di depan, suster membawanya ke sana, dengan cemas bertanya lagi, "Nona sebenarnya ada apa? Kalau ada apa-apa aku bisa membantu."

"Aku tidak apa-apa, hanya saja aku bertengkar dengan ayah anak ini, kau pergi saja," kata Josephine berusaha menunjukkan tampang baik-baik saja.

Mendengar ia bertengkar dengan ayah anak itu, baru suster itu menghela napas lega, lalu berkata, "Kalau begitu anda jaga diri. Saya pergi dulu."

"Baik," kata Josephine sambil mengangguk.

Setelah susah payah menyuruh suster itu pergi, Josephine yang kesakitan hingga kedua tangannya mencengkram pegangan tangga itu terengah-engah, dahinya telah tertutup keringat dingin.

Ia harus bagaimana? Bagaimana?

Sudah tak ada waktu untuk lari lagi, anaknya segera akan lahir, ia tak bisa berjalan.

Tetapi kalau tidak pergi, anak itu hanya akan mati di tangan Shella, ia tak bisa membahayakan nyawa anak kandungnya demi menyelamatkan Justin.

Dalam keadaan panik, ia mengambil ponsel dan dengan gemetar menekan tombol angka.

Saat ini ia tak tahu harus mencari siapa untuk minta tolong, apakah Claudius? Tapi bagaimana ia harus menjelaskan semua ini kepadanya? Jika memberitahu Claudius kebenarannya, apa yang akan Claudius lakukan padanya? Dan apa yang akan Fransiska dan Shella lakukan pada ibu dan adiknya.

Kalau begitu minta tolong Susi saja, benar, ini adalah rumah sakit suami Susi, Susi pasti menolongnya.

Ia akhirnya menelepon nomor Susi, setelah telepon berbunyi untuk beberapa saat akhirnya terdengar suara Susi yang menyindir sinis, "Nyonya Chen, entah kau kali ini…"

Tanpa menunggu sindirannya selesai, Josephine segera dengan panik merengek dan memohon padanya, "Susi, tolong bantu aku, aku janji ini adalah terakhir kalinya, kumohon…"

"Kau kenapa lagi?" Kata Susi yang jelas-jelas kesal.

Ia tahu Josephine meneleponnya pasti bukan karena hal bagus, sesuai dugaan ia meminta tolong sambil menangis tersedu-sedu.

Josephine kesakitan dan menghirup napas, lalu berkata, "Susi… Aku tak tahu bagaimana menjelaskan keadaanku sekarang, aku… Aku sekarang di Prima Medical dan segera akan melahirkan, tak ada waktu pindah rumah sakit. Susi… Aku mau minta tolong, tolong aku menyembunyikan anakku, bahkan jika anak ini mati, jangan sampai anak ini jatuh ke tangan ibu tiriku, kumohon…"

"Gila kamu, kalau bayinya hidup mereka harus melihatnya, dan kalau bayinya mati mereka harus melihat mayatnya, kalaupun bilang anak itu mati, jika mereka tidak melihat mayatnya, bagaimana pihak rumah sakit menjelaskan ini pada keluargamu?"

"Aku tahu, aku tahu…" Ujar Josephine dengan panik menangis, "Susi, bantu aku memikirkan caranya, aku mohon…"

"Sebelumnya aku tidak pernah berhubungan dengan Prima Medical, aku tak bisa membantumu."

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu

Kembali Dari Kematian

Yeon Kyeong
Terlahir Kembali
3 tahun yang lalu

My Lifetime

Devina
Percintaan
3 tahun yang lalu

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Menaklukkan Suami CEO

Red Maple
Romantis
3 tahun yang lalu

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu