Cantik Terlihat Jelek - Bab 661 Aderlan Tiba-Tiba Baik Kepadanya

Cempluk duduk di sebelah kanan Mimi, sedangkan Aderlan duduk disebelah kirinya, sebelahnya ada Wenra yang duduk disana.

"Presdir Xu, penganggaran ini, masih muda sekali, takutnya belum ada pengalaman kan?"

Baru saja duduk, Mimi masih belum bernafas, Aderlan sudah buka suara, garis suaranya berat dan jernih, jarinya yang berada di atas meja makan, panjang, putih dan ramping.

Hanya saja, perkataannya masih tetap tidak enak didengar.

Mimi menghela nafas, menunduk, tidak menjelaskan, tidak berbicara.

Sudah lewat beberapa tahun, dia masih tetap tidak mau melepaskan Mimi.

Aderlan, aku juga Rozi!

Kalau kamu suatu hari tau, apakah kamu akan sedih?

Setelah malam itu, Aderlan mencarinya sangat lama, dia tau itu.

Setelah malam itu, Aderlan putus asa sangat lama, dia juga tau.

Hanya saja, semakin Aderlan peduli, Mimi pun semakin takut menghadapi kenyataan.

"Tentang saja presdir Aderlan, meskipun penganggaran ini masih muda, tapi pengetahuannya sangat luas, dan juga nantinya akan ada penganggaran yang profesional dan berpengalaman datang mencocokkan, malam ini hanya ingin memberitahumu secara garis besar."

Wenra berkata dengan hati-hati.

Mimi menundukkan kepalanya, terdiam.

Sesuai dengan kebencian Aderlan terhadap Mimi, Mimi selalu merasa kali ini sepertinya akan sia-sia.

Benar saja,

Aderlan mengambil gelas di depannya melihat sebentar, lalu dengan lambat berkata:

"Kalau begitu cari yang profesional, baru datang bicarakan lagi!"

Setelah berkata demikian, dia tidak memberi Wenra kesempatan untuk menjelaskan lagi, bangkit dan berjalan keluar.

Manager begitu lihat, langsung panik.

Lalu memberi kode lewat mata kepada Mimi, "Kamu cepat kesana!"

"Aku......pergi kesana apa gunanya?" Mimi sedikit tercengang.

"Dia pasti kemarin mendengar kamu mau pergi, sedikit tidak senang, kamu pergi jelaskan......"

Arah perkembangan masalah ini, membuat Mimi tidak bisa tidak campur tangan.

Saat ini, Wenra yang mengejar keluar, menunduk dan dengan putus asa berjalan masuk, lalu bercicit: "80% pasti gagal."

Hati Mimi naik sampai ke tenggorokan, kalau karena dia menggagalkan proyek bos, maka kedepannya dia akan sulit bertahan di bidang ini.

Memikirkan ini, dia buru-buru berdiri, "Presdir Xu, kalau tidak, aku pergi coba?"

Setelah mengatakannya, tidak menunggu Wenra setuju, dia langsung mengejar keluar.

Kebetulan Aderlan naik ke mobil, bersiap untuk menutup pintu.

Dia dengan tak sadar menjulurkan tangannya, ingin menghalangi pintu mobil, lalu, jarinya dengan kuat terjepit oleh pintu.

"Ah!" Dia tidak bisa menahan kesakitan dan berteriak.

Tampaknya Aderlan tidak menyangka Mimi akan tiba-tiba menjulurkan tangannya, dalam sekejap sedikit terdiam.

"Kamu ini sedang apa?" Dia membuka pintu mobil, lalu Mimi pun terdorong jatuh ke bawah.

Karena Aderlan sama sekali tidak menyangka kalau Mimi akan menjulurkan tangannya kemari, makanya, dia kuat sekali menutup pintu, dan mengenai Mimi, dia hanya merasakan kalau keempat jarinya sudah mau patah.

Dia menundukkan kepala, menggigit bibirnya, menahan rasa sakitnya untuk tidak berteriak, air matanya mengalir.

Tidak bisa menjelaskan, apakah tangannya yang sakit, atau hatinya yang sakit.

Aderlan tidak turun dari mobil, asistennya sudah turun, berjalan ke sebelah Mimi melihat, lalu memutar kepalanya berkata kepada Aderlan:

"Presdir Aderlan, jarinya sudah membengkak semuanya, bisa patah tidak? Apa mau diantar ke rumah sakit?"

Mimi masih menunduk, rambut panjangnya terurai di depan dada, menutup setengah wajahnya, tidak bisa melihat ekspresinya dengan jelas.

Dia menarik nafas, menggeleng, "Tidak.....tidak apa-apa, aku nanti bisa ke rumah sakit sendiri."

Setelahnya, dia mengangkat kepalanya melihat Aderlan, paras wajah Aderlan masih tidak berubah, masih tetap tampan, pupilnya yang jernih samar-samar membawa sebersit muram, hidungnya mancung, bibirnya sedikit mengerucut.

Meskipun hatinya sudah pernah berpikir ratusan kali, gambaran saat mereka bertemu lagi.

Di dalam mimpi juga pernah berpikir ratusan kali, tapi, dalam kenyataan, dia masih tidak bisa menahan jantungnya untuk tidak berdetak kencang, tidak bisa menahan rasa canggungnya, tidak bisa menahan kerinduannya.

"Presdir Aderlan, malam ini aku yang tidak baik, membuatmu tidak senang, kamu bisa tidak jangan membatalkan kontrak dengan perusahaan kami?"

Dia tidak bisa memikirkan rasa sakit tangannya, mengangkat kepala, melihat Aderlan dan memohon.

Aderlan saat ini, satu kakinya terletak di luar mobil, kaki lainnya lututnya ditekuk, diletakkan di dalam mobil, melihat wanita di atas lantai dari ketinggian.

"Aku menyadari, begitu bertemu denganmu, segalanya menjadi tidak lancar!"

Perkataan kejam, datang dari atas kepalanya.

Mimi hanya merasakan kalau tangannya semakin sakit, dia menggigit bibirnya, menarik nafas, berusaha kuat menetralkan emosinya, mengangkat kepala melihat Aderlan.

"Asalkan kamu tidak membatalkan kerja sama dengan perusahaan kami, aku berjanji tidak ikut campur, kamu tidak akan melihatku, boleh tidak?"

Permohonannya, sedikitpun tidak ada batasan lagi.

"Presdir Aderlan, mau antar ke rumah sakit dulu tidak, kamu lihat tangannya."

Asisten di sebelah, ikut campur berkata lagi.

Mimi menunduk, melihat tangan kirinya yang saat ini sudah membengkak seperti roti, membungkuk kepada Aderlan, "Tanganku tidak apa-apa, aku bisa mengurusnya sendiri, masalah hari ini, kumohon, presdir Aderlan."

"Mimi, apakah kamu sudah gila? Bagaimana boleh berlutut?" Terdengar suara seorang wanita, lengan Mimi ditarik orang itu.

Dia tidak bisa menahan meringis kesakitan.

Memutar kepalanya, melihat Cempluk mengerutkan kening, wajahnya sedih.

Dia baru sadar, tadi dia buru-buru, malah sungguh berlutut di atas lantai.

Dengan sedikit canggung berdiri.

Wenra juga berjalan kemari, melirik Mimi, keningnya berkerut.

Lalu melihat ke arah Aderlan, "Presdir Aderlan, masalah hari ini, aku yang kurang mempertimbangkan secara menyeluruh, aku harap kamu bisa memberiku kesempatan lagi."

Aderlan melirik Mimi lagi, "Karyawan Presdir Xu, benar-benar bertanggung jawab sekali, jarinya saja sudah putus, aku masih bisa berkata apa?"

Setelahnya, dia melambai kepada Wenra, naik ke atas mobil lagi, lalu menutup pintu.

Setelahnya, menurunkan jendela mobil, menunjuk Mimi yang masih ketakutan,

"Meskipun kamu sangat bertanggung jawab, tapi maaf sekali, aku tidak mungkin menyerahkan proyek sepenting ini kepada orang baru."

Pria ini, sungguh masih seperti dulu membuatnya "pusing".

Mimi maju selangkah, "Aku tidak akan ikut serta."

Dia juga tidak ingin ikut serta?

Kalautidak, apa gunanya dia menghindar selama bertahun-tahun ini?

Jendela mobil terangkat naik, mesin mobil hidup, Mimi menghela nafas lega.

Tapi, setelah tidak lama, mobil tidak jalan, jendela mobil turun ke bawah lagi.

"Naik, aku antar kamu ke rumah sakit."

Mengantar.....dia ke rumah sakit?

Ada apa ini?

Mimi menggeleng, bahkan mundur selangkah.

Seberapa kejam perlakuan Aderlan yang terhadap Mimi, Mimi tidak akan lupa, jadi juga tidak pernah berani untuk berharap.

Novel Terkait

Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu