Cantik Terlihat Jelek - Bab 284 Perut Suya Sakit

Gary terus memegang telepon genggamnya, tak bicara.

Semenjak Mikasa keluar dari kantor, ia tak berani memaksa lagi, berpikir seperti itu, sudah hampir setengah bulan, sejak terakhir bertemu dengannya.

Bangkit berdiri, menepuk-nepuk pundak Dono. “bonus akhir bulanmu aku gandakan.”

Pada malam hari, di salah satu gym elit.

Mikasa memakai atasan tang top pendek berwarna abu-abu, bawahannya celana olahraga panjang warna abu-abu, rambutnya terikat tinggi, ia terlihat penuh dengan semangat anak muda, paling utamanya sih, sangat cantik.

Baru sampai ke gym, sudah ada, langsung ada banyak sorotan mata yang memandangnya.

“Mikasa……” tiba-tiba, terdengar suara pria dari belakang.

Mikasa menoleh, mengedip-ngedipkan matanya, “Kakak Kedua?” ia meraba-raba bibir, Kakak Kedua Suya memakai baju turtleneck tipis warna krem, celana santai, sangat menarik, hanya saja teringat kata-kata Suya sebelumnya, Mikasa kurang lebih agak takut, meskipun Kakak Kedua Suya lumayan juga, tapi, jadi pengganti orang, ia sesungguhnya tak tertarik.

“Tadi lewat sini, kebetulan melihatmu masuk, aku datang lihat-lihat.” Kakak Kedua Suya sambil bicara, berdiri di treadmill seberang Mikasa.

Saat itu juga, PT (Personal Trainer) Mikasa berjalan mendekat, “Mikasa, telat ya!”

Sambil bicara, ia melempar Mikasa sebuah handuk, “siap-siap, mulai.”

Mikasa mengangguk, segera setelahnya, tiduran telungkup, badan bagian atas dan bawahnya di saat yang sama terangkat tinggi, kakinya dan lengannya bergantian, seperti pose saat berenang.

Mungkin karena ia sebelumnya latihan taekwondo, sampai-sampai, pertama kalinya ia latihan pilates, pelatihnya pun kaget, tidak berhenti memuji.

Tiba-tiba, muncul sepasang sepatu olahraga di depan matanya, pandangan Mikasa berpindah ke atas.

Saat sudah melihat dengan jelas orangnya, lengannya yang menahan tubuh bagian atasnya melemas, terkapar di lantai.

Kakak Kedua Suya melihat situasi itu, dengan cepat mendekat.

Segera setelahnya lengan Mikasa yang kiri dan yang kanan semua dipegang tangan besar.

Pelatih yang segera menghampiri setelahnya, meraba-raba hidungnya, menyingkir ke samping.

“Mikasa, kamu tak apa-apa kan?” Kakak Kedua Suya bicara duluan.

Mikasa menggelengkan kepala, tersenyum padanya, “tak apa.”

Interaksi antara mereka berdua, tangan Gary tanpa sadar menggenggam dengan erat.

“Ah, genggamanmu sakit.” Mikasa merintih kecil.

Mendengarnya, Kakak Kedua Suya menarik melepas Gary “siapa kamu? Genit.” selesai bicara ia membungkuk, di tempat Mikasa tertekan dan memerah, mengelusnya pelan-pelan.

“Siapa juga kamu?” Gary berkata, sorot matanya marah sampai menakuti orang, nada bicaranya juga mendingin.

Mikasa berdiri memegang alat fitness, berbalik badan, bilang ke pelatih, “pelatih, hari ini, aku agak tidak enak badan, aku latihan di rumah.”

Gary melihatnya mau pergi, buru-buru mau mengikuti, Kakak Kedua Suya malah menghadang di depannya.

Mikasa tidak berbalik badan, dari ujung kepala sampai ujung kaki, tidak melirik Gary sedikitpun, memungut handuk di lantai, berbalik badan, pergi.

“Mikasa, ayo kita bicara.” suara pria yang familiar terdengar dari belakang.

Mikasa berpikir, berbalik badan, pandangannya bukan tertuju pada wajah Gary, malah pada Kakak Kedua Suya.

Saat melihat dengan jelas Mikasa yang ada di hadapannya, mata Gary dengan jelas terlihat terkejut, baru berapa lama tidak bertemu, wanita ini berubah sampai hampir tak dikenalinya.

Perubahan dalam tampilannya, tidak cukup membuatnya kaget, malah, ia menyadari dengan jelas, Mikasa yang saat ini, sama sekali tidak sama dengan yang sebelumnya.

Kedua tangannya mengepal erat.

“Sumail, bisakah kamu mengantarku pulang?” Sumail, nama Kakak Kedua Suya.

Mendengar Mikasa memanggil namanya sendiri, Sumail pertama tertegun dulu, kemudian baru bereaksi, tanpa sadar berbalik, melihat Gary lagi.

“Mikasa, kita makan snack malam dulu, bagaimana?” suara Sumail tidak kecil, orang yang beberapa meter di sekitar mereka semua bisa mendengarnya.

Tentu saja Gary juga mendengarnya.

Ia langsung terdesak, mendekat beberapa langkah, menarik lengan Mikasa,“istriku……”

Kata-kata itu terlontar, Mikasa dan Sumail pada saat yang sama menengok, mempelototinya.

“Tuan Gary, jangan sembarang memanggil.” wajahnya tak berekspresi, suaranya dingin.

Sorot matanya tertuju pada tangan Gary, “lepaskan tanganmu.”

“Mikasa, mantan suamimu?” Sumail bersuara, kemudian menilai Gary dari atas sampai bawah.

Mereka berdua dari sisi tinggi, tampilan, tempramen, semuanya kurang lebih sama.

“Tuan ini, jangan sembarang bicara kalau tidak paham situasinya, dalam hukum kami itu suami istri, mana ada mantan suami?”

Mikasa amat terkejut, dengan refleks bilang: “kamu tidak urus perceraiannya?”

Gary mendekat, kedua tangannya memegang lengannya, “istriku, kita jangan ribut lagi, ya? Kamu merasa aku salah dimana, aku ubah, bisa tidak?”

Gary yang seperti ini, membuat Mikasa yang melihatnya terdiam, ia menaikan alisnya, “kalau begitu terpaksa naik banding.”

Selesai bicara,Ia dengan kuat menghempaskan tangan Gary, berbalik badan, masuk ke ruang ganti wanita.

Hanya saja, Mikasa belum sepenuhnya pakai baju, ada orang yang lari masuk, “nona, Anda cepat lihat sana, 2 pria di luar sana bertengkar.”

Gerakan Mikasa mengganti baju agak tertahan, ujung bibirnya naik.

Keluar, wajah kedua pria itu, kurang lebih ada warna baru dalam jumlah yang berbeda, Mikasa menyilangkan tangannya, melihat sebentar, berbalik badan, berjalan ke arah pintu keluar.

Gary melihat Mikasa di ujung pandangannya yang ternyata berbalik badan dan pergi begitu saja, sesaat, ia juga tidak pedulikan Sumail lagi, mengambil jaket di sampingnya, mengejar pergi.

Angin musim gugur akhir bertiup, sudah sangat dingin, Mikasa mengambil nafas, tangannya melambai, sebuah mobil, berhenti di depan.

Saat pulang, Suya yang sedang tiduran di sofa nonton TV, di depannya ada semangkuk kosong, suasana hatinya kelihatannya cukup baik.

“Mikasa, sup yang tadi Eren antar, aku sisakan seporsi untukmu juga, buruan makan.”

Mikasa menggelengkan kepala, “malam aku tak makan, nanti taruh kulkas saja, jadi sarapan besok.”

Suya menunjukkan jempolnya pada Mikasa, segera setelahnya terpikir sesuatu, duduk tegak, “kenapa kamu hari ini secepat ini?”

Mikasa mengganti sepatunya, cuci tangan, duduk di sisi Suya, menggenggam lengannya, bersender di pundaknya, menceritakan kejadian tadi pada Suya.

“Kakak keduaku juga pergi? Hehe, sifatnya belum berubah ya, bertindak cepat dan mampu ambil keputusan ya!”

Mikasa mencubit kecil lengannya, “bisakah kamu bilang ke kakak kedua, bilang saja aku masih cinta Gary, supaya ia tidak buang waktu padaku.”

Suya melihatnya dari sisi wajahnya, “apa kamu tahu? Pada awalnya, ia mau berambut panjang, papaku menguncinya di ruangan gelap, memaksanya memotong rambutnya, tapi, ia dan papaku, kepalanya putus pun rambutnya tidak boleh dipotong.”

“Kamu pikir dengan sifat seperti ini, aku bisa menasehatinya? Kamu ya, hari ini bahkan memanfaatkannya, setelahnya, aku lihat yang ada kamu bakal kesal.”

Mikasa memutar matanya, “memangnya, kamu akan diam saja melihatku dalam bahaya? Itu kakak keduamu, aku itu teman terbaikmu, kamu tega?”

“Kamu dan Gary kan tidak bercerai, ia masih bisa ngapain kamu? Lagian, kakak keduaku, beberapa hari lagi akan keluar kota juga, beberapa hari ini, kamu sebisa mungkin jangan keluar rumah, gitu aja, malahan Gary, kamu masih benar-benar berencana menuntut cerai?”

Mikasa menunduk, tidak bicara, setelah lama sekali, baru bersuara: “nanti lah baru dibicarakan!”

Subuh di keesokan harinya, Mikasa dibangunkan Suya.

Membuka mata, Mikasa langsung melihat Suya meringkuk, niat tidurnya, dalam sekejap sudah hilang, ia duduk, “Suya, kamu kenapa?”

Tangan Suya memegang perutnya, kelima bagian wajahnya berkerut parah, “Mikasa, pe……perut……perutku sakit sekali.”

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
5 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu