Cantik Terlihat Jelek - Bab 191 Keguguran

Devan tadi masih bisa bercanda dengan Clover, seiring dengan waktu berjalan, Clover menyadari ekspresi Devan jelas ada sesuatu yang salah.

Devan terlihat seperti ingin berbicara kepada Clover tetapi dia tidak memiliki tenaga sama sekali.

"Devan....." Clover setengah jongkok di sisi Devan, Devan menyipitkan matanya dan mengelus pipi Clover, kemudian memberikan Clvoer sebuah senyuman, "Iya, aku di sini"

Melihat keringat yang membasahi dahinya, Clover mengeluarkan tissue dan ingin menyeka keringat Devan, Clover merasa kaget pada saat tangannya menyentuh dahi Devan, di cuaca yang begitu dingin, dahinya malah terasa sangat panas.

Jelas, Devan sedang demam.

"Devan, kenapa tidak memberi tahu aku bahwa kamu demam?" Sambil berkata, Clover mengeluarkan tissue basah dan merobeknya jadi beberapa bagian sebelum meletakkan di atas dahi Devan.

Devan tetap mempertahankan senyumannya, "Aku tidak demam, hanya terasa sedikit panas"

"Clover, aku pejamkan mataku sebentar dulu, kalau nanti salju sudah berhenti turun, kita baru cari cara untuk turun"

Clover tersenyum, "Iya, kamu tidur dulu" Sebenarnya, Clover merasa sangat cemas di dalam hatinya, dia sangat jelas dengan kebiasaan Devan, Devan sangat jarang tidur pada siang hari.

Di bawah kondisi seperti ini, asal Devan masih bisa bertahan, dia tidak akan membiarkan Clover sendirian di tempat asing seperti ini.

Clover berlari ke luar lubang, suara longsor yang menakutkan tadi sudah berhenti, salju juga sudah berhenti turun, tetapi jalan ditutupi oleh tumpukan salju yang tebal, Clover melihat ke sekeliling, dia tidak melihat tanda manusia dan Mimi serta teman mereka.

Melihat ke waktu di ponselnya, sekarang sudah jam 3 lebih, baru saja terjadi salju longsor, dalam waktu pendek, pasti tidak ada yang berani naik ke sini, kalau sekarang Clover masih tidak mau turun cari orang, dia dan Devan harus menghabiskan waktu semalam di sini, jangankan tidak ada makanan, kalau demam Devan itu disebabkan oleh infeksi lukanya, mana bisa tunggu sampai besok lagi?

Pada saat mereka keluar, Devan hanya memberi tahu Dylan bahwa mereka pergi ke acara reuni teman SMA, Devan tidak memberi tahu Dylan mereka datang memanjat gunung, meskipun Dylan tahu disini terjadi salju longsor, mereka juga tidak akan menyangka Clover dan Devan berada di sini.

Tunggu orang yang bersangkutan mencari ke sini, gunung ini sangat besar, kemungkinan bisa menyadari keberadaan mereka itu sangat kecil.

berpikir sampai sini, Clover berputar satu keliling di tempat, pada saat naik gunung, karena dua orang saling menemani, mereka tidak merasa tinggi, tetapi sekarang lihat ke bawah, ketinggian itu membuat Clover merasa takut.

Selain itu, jalan juga sudah hancur, dimana-mana ada tumpukan salju putih, jalan terlihat sangat datar, tetapi Clover tahu, di bawah tumpukan salju itu bisa jadi adalah sebuah lubang besar yang ditutupi.

Tetapi demam Devan itu jelas disebabkan oleh luka kakinya, Clover tidak bisa hanya menunggu di sini dan tidak berbuat apa-apa.

Clover menghirup sebuah nafas dan berdiri, dia meninggalkan semua makanan dan air di dalam tas dan meletaknya di samping kepala Devan, "Devan, kalau kamu lapar, makan dulu makanan di dalam ini dan minum air, aku pergi cari orang untuk tolong kamu"

Meskipun sedang demam tinggi, kesadaran Devan masih ada, dia menarik tangan Clover dan membuka matanya dengan perlahan, kemudian dia menggelengkan perginya, "Tidak boleh pergi, apakah kamu sudah tidak mau nyawamu lagi? Kalau longsor terjadi lagi gimana?"

Clover senyum, "Tidak, kamu dengar, suara angin sudah mengecil, salju juga sudah berhenti turun"

"Tidak boleh, Clover, kamu tidak boleh tinggalkan aku sendiri" Wajah Devan yang tampan, pada detik ini tidak memiliki warna darah sedikit pun, Clover tahu luka kakinya pasti tidak ringan, Devan tidak mau berkata jujur karena takut Clover risau.

Batu yang sebesar itu.

Clover memberikan sebuah ciuman di pipi Devan, "Tidak apa-apa, apakah kamu lupa? Aku paling jago memanjat gunung, Devan, kalau kamu lapar ingat makan roti ini, kalau haus minum air, di samping ini masih ada tissue basah, kalau merasa tidak enak badan, ambil ini tempel di atas dahi, oke?" "Clover, jangan pergi!" Devan mengigit bibirnya dan ingin duduk tegak, tetapi dia gagal setelah mencoba beberapa kali.

Mata Clover menjadi merah melihat Devan seperti itu, tenggorokannya kering tetapi dia tetap memasangkan sebuah senyuman, "Aku akan kembali dengan cepat"

Melihat Clover sudah mau keluar dari lubang, Devan mengulurkan tangannya dan berteriak dengan suara kecil : "Clover, aku minta tolong, jangan pergi" Meskipun Devan tidak pernah mengalami salju longsor, tetapi dia tahu setelah salju longsor yang begitu besar tadi, kemungkinan terjadinya salju longsor untuk kedua kali itu sangat besar, Devan tidak akan membiarkan Clover meresikokan nyawanya sendiri.

Clover menoleh ke Devan dan tersenyum dengan manis, "Devan, aku pasti akan mencari orang untuk menolong kamu, pasti!"

Setelah itu, Clover memberikan Devan senyuman terakhir dan berputar balik badannya.

Pada malam itu.

Banyak helikopter sedang berada di atas gunung salju, akhirnya ada yang berteriak : "Dylan, kamu lihat, apakah itu adalah bendera merah yang ditinggalkan oleh kakak ipar?"

Pada saat Devan tersadar, dia sudah berada di atas tempat tidur.

Dylan, Tifa, Simon dan Momo mengelilingi di sisinya.

Melihat Devan sudah sadar diri, semua orang menghela sebuah nafas yang lega.

"Kakak iparmu dimana?" Ini adalah kata pertama Devan.

Mata Tifa langsung memerah, dia menoleh ke arah samping, tenggorokan Dylan bergerak dengan cepat, "Dia sedang tidur di ruang sampingmu, tunggu dia sudah bangun, aku baru suruh dia datang menjenguk kamu"

Devan membuka selimutnya dan mau turun dari tempat tidur, Dylan menahan dia, "Kamu sudah gila ya? Untungnya kakimu ini ditolong dalam waktu yang cepat, kalau telat sebentar, kamu harus amputasi"

Melihat kakinya yang digantung setengah di udara, Devan baru teringat bahwa kakinya mengalami luka.

Dia kembali berbaring di atas tempat tidur, "Ponselku dimana?"

Dylan tidak tahu Devan mau berbuat apa, kemudian dia membuka lemari dan menyerahkan ponsel Devan kepadanya.

Devan menunjuk Tifa, "Kamu, pergi ke kakak iparmu sana, kita video call, aku mau lihat dia"

Mulut Tifa terbuka, tetapi ekspresi Devan membuat Tifa sadar dia tidak memiliki alasan untuk tidak pergi, akhirnya Tifa hanya bisa mengangguk.

Tifa baru saja sampai di ruangan Clover, video call dari Devan sudah datang.

Tifa melihat ke Clover yang masih koma, dia mengigit bibirnya dan menahan air matanya yang mau mengalir.

Dia tidak akan bisa lupa penampilan Clover waktu itu.

Mereka jam 7 lebih baru menerima telepon dari polisi.

Pada saat mereka sampai di sana, mereka melihat Clover mengambil ponselnya, wajah, leher, lengan, tidak ada tempat yang tanpa luka.

Digores, jatuh, atau karena apa... sudah tidak bisa dibedakan.

"Aiyo, gadis itu benar-benar sudah tidak mau nyawanya, setelah salju longsor, lubang dan batu dan kayu yang ditutupi oleh salju ada dimana-mana, kalau tidak hati-hati, kemungkinan dimakamkan ke dalam itu sangat besar, pada saat aku melihat gadis ini, dia sudah mau sampai di bawah kaki gunung, aku mendengar suara minta tolong dan aku melihat dia jatuh ke dalam sebuah lubang besar, pada saat aku sampai di posisi dia, dia pas lagi memanjat ke atas dari lubang itu, setelah menolong dia ke atas, seluruh badannya dibasashi dengan darah, tetapi dia sendiri sepertinya tidak sadar tentang itu, aku saja terkejut melihatnya, setelah itu dia malah memberikan ponselnya kepadaku dan menunjuk ke foto yang berada di ponselnya, katanya ayah anak dia sedang berada di posisi itu dan dia meminta kami untuk pergi menolong ayah anaknya,.... kami menyuruh dia untuk pergi ke rumah sakit dulu, tetapi dia tidak mau......"

Ini adalah kata-kata dari seorang polisi tua yang sedang mengawas di bawah gunung.

Setelah itu adalah kata-kata dokter.

"Anak pasien sudah gugur, usia janin sudah sebesar satu setengah bulan, pasien hilang terlalu banyak darah dan kedinginan, rahimnya juga terluka sangat parah, kemungkinan untuk hamil lagi itu sangat kecil, selain itu, kesehatan tubunya juga sudah rusak, kalian harus menjaga dia dengan baik, kalau tidak itu akan menjadi akar penyakit yang parah nanti"

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
Wanita Yang Terbaik

Wanita Yang Terbaik

Tudi Sakti
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
4 tahun yang lalu