Cantik Terlihat Jelek - Bab 285 Keguguran

Mikasa mendengarnya, dalam sekejap langsung panik.

Tangannya gemetaran, dari meja dekat ranjang, ia memegang telepon genggamnya, “a…… aku telepon 120, Suya, ka......kamu jangan panik.” pertama kalinya mengalami hal seperti ini, Mikasa menghabiskan tenaga banyak, baru bisa membuat tangannya tidak begitu gemetar.

Menutup matanya, mengambil nafas dalam-dalam, dengan lemah berkata: “Mikasa, telepon……Eren.”

Mikasa terdiam sejenak, dia pada saat itu mengira Suya mau minta ditemani Eren, jadi, dengan cepat ia mencari nomor telepon Eren, menelepon, berdering cukup lama baru diangkat teleponnya.

“Halo……” suaranya sangat jelas, tidak seperti sedang tidur, Mikasa terdiam sejenak, kaget, Eren kenapa tidak tidur?

“Eren, cepat kesini, Suya bilang perutnya sakit.” segera setelahnya, ia memberikan alamat.

Mikasa mendengar Eren dengan tegas berkata, “baiklah, suruh dia tunggu” tidak tahu apa salah intuisinya, Mikasa entah mengapa merasa saat Eren bicara tadi, seperti sangat bangga.

Menunggu Eren datang, waktu sudah berlalu 40 menitan.

Di paha Suya sudah ada darah segar bercucuran, hanya saja saat Mikasa mau telepon 120, Suya bersikeras tidak membiarkannya.

“Kamu tinggal di mana, kenapa, baru datang?” suara Mikasa agak termehek-mehek, “Suya sudah berdarah, huhu……”

Eren bahkan tidak melepaskan sepatunya, berjalan ke ruang tidur, sprei warna ungu muda, sudah tercat sebagian besarnya dengan darah segar, rambut wanita itu sudah berantakan di dahinya, menutupi setengah wajahnya, kulit kepalanya, sudah terbasahi keringat, raut wajahnya tak terlihat.

“Suya, Eren datang, ayo kita ke rumah sakit.” Mikasa menghapus air matanya, mendekat mau membopong Suya, malah didorong Suya,“Mikasa, kamu keluar dulu, aku……ada hal yang, ingin…… dibicarakan dengan Eren.”

Mikasa menaikan alisnya, panik, “sekarang waktu untuk apa sih, masih bicara saja, Suya, kalau kamu tunda-tunda lagi, anakmu bisa dalam bahaya, kita ke rumah sakit dulu, oke? Tolonglah......” sambil bicara, pandangan Mikasa tertuju pada darah yang masih mengalir terus, menangis keras, “Eren, kenapa kamu masih bengong, buruan gendong Suya ke rumah sakit?”

Hanya saja, diluar dugaan, Eren malah diam di tempat, tidak bergerak, bibir tipisnya, terbuka kemudian tertutup, “Mikasa, kamu keluar dulu.”

Mikasa merasa bodoh, agak tak paham apa yang terjadi antara kedua orang ini? Di situasi seperti ini, bukannya seharusnya yang utama adalah menyelamatkan kandungannya? Bicara apa, yang tak bisa dibicarakan nanti.

Namun, nada bicara kedua orang itu, tidak mudah ditanyakan semua, Mikasa menaikan alisnya, menyelimuti Suya, kemudian berjalan keluar sambil menengok terus ke belakang.

Saat pintu tertutup, Suya menutup matanya, membuka matanya, pandangannya menembus celah rambut di wajahnya, melihat ke pria yang dingin dan tenang itu, ujung bibirnya tertawa mencibir, sesuai dugaan tebakannya benar.

“Eren, dasar serigala!”

Eren berjalan mendekat ke arahnya, berdiri di sisi ranjang, agak membungkukkan badan, melihat Suya, “serigala? Nona Suya juga sama kan, bisa sekali bicara, langsung menghancurkan hidup seseorang, aku ini, apa ya hitungannya? Hanya membuang seonggok daging saja kan.”

Selesai bicara, ia membuka selimut, melihat, “lumayan, efeknya sesuai dugaan tidak cuma omong besar saja.”

Suya kira Eren setidaknya akan berdalih, tapi bagaimanapun tidak menyangka, ia secara langsung mengakuinya, malah juga sangat bangga, seketika naik darah, mulutnya hanya merasa amis, di sisi bibirnya mengucur sebuah cairan.

“Kamu kira, seperti ini, aku akan melepaskanmu, aku kasih tahu kamu, Eren, seluruh hidupmu, akan aku hancurkan.” bicara kalimat ini, Suya seperti menggunakan sampai habis seluruh tenaganya.

Tatapan Eren berhenti di wajah Suya, jemari yang lentik, menggeser rambut di pipinya ke satu sisi, agak menunjukkan tampang yang sedih dan cantik, ujung bibirnya naik, “kalau begitu kita tunggu dan lihat saja.”

Selesai bicara, ia mendekat, melepaskan selimut Suya, menggendong Suya.

Hasil akhirnya, tentu saja, keguguran.

“Dokter, kemarin putriku masih makan di rumahku, kenapa tiba-tiba kandungan yang baik-baik saja tau-tau keguguran?” Ibu Suya menggenggam dokter, tidak bersedia melepaskan.

Ayah Suya muram di disebelahnya.

“Nona Suya dan keselamatan bayi, menitik beratkan juga kemungkinan keselamatan yang paling besar, kami sering bertemu situasi seperti ini, Nona Suya masih muda, rawat tubuh baik-baik, nanti hamil lagi, bukan masalah besar lagi.”

Selesai bicara, melepaskan tangan Ibu Suya, pergi.

Mikasa berdiri di ujung tembok, mendengar kata-kata dokter tadi, ia menutup mulutnya dan menangis, Suya seberapa mementingkan kandungannya itu, ia tak berani membayangkannya, saat ia tahu keguguran, ia harus bagaimana?

Hanya saja yang membuatnya semakin merasa janggal, saat Suya bangun, ia sangat tidak terpicu emosinya, bahkan tidak membahas soal kandungannya.

Awalnya, orang yang menjenguk ada banyak, Mikasa kira Suya hanya menahan diri, tapi sampai sisa mereka berdua saja, Suya tetap saja tidak bereaksi aneh.

Saat ini, suster datang mengganti air garam, ada seorang dokter juga yang masuk bersamanya.

“Beberapa hari ini, pasien harus memperhatikan, tidak boleh kedinginan, tidak boleh mengangkat barang berat, harus diam-diam saja memulihkan diri selama minimal setengah bulan.”

Mikasa mengangguk, “baiklah, terima kasih.”

Berbalik badan, mengangkat bubur di meja, meniup-niup, “Suya, makan sedikit bubur ya.”

Suya malah tak membiarkannya menyuapi, mengambil dari tangan Mikasa, dan bukannya dimakan sampai habis, malah diminum sampai habis, meminum dengan mangkuknya, selesai minum menaruhnya di meja sebelah.

Mikasa mengambil tisu dan mengelap bibirnya, “Suya, kasih tahu aku, apa ada yang terjadi? Keguguran ini, hubungannya dengan Eren……” kalimat selanjutnya, Mikasa tak berani sembarang bicara.

Tapi, saat itu reaksi mereka berdua terlalu aneh.

Suya mengangkat matanya, pandangannya tertuju pada Mikasa, matanya memerah, tapi malah tak menjawabnya.

Kedua tangan Mikasa mengepal erat, tiba-tiba berdiri, “aku harus membunuhnya.”

Lengannya dilempar, Mikasa menoleh, dengan suara rendah berkata: “jangan bilang, kamu masih tak rela?”

Suya menggelengkan kepala, “kalau membunuh, kamu akan dipenjara.” suaranya serak sampai tak jelas, padahal jelas-jelas ia tak menangis atau sejenisnya.

Mikasa berbalik badan, memeluk Suya,“aku tuh ngomong kenapa kemarin malam, kenapa kamu harus banget Eren datang, aku kan bilang, kenapa kemarin datangnya setelat itu, Suya, kamu bodoh ya, kamu jelas tahu kemarin ia…...kenapa kamu tidak membiarkan aku telepon 120? Apa mungkin……”

“Seorang anak yang mau dibunuh papanya sendiri, kamu rasa kalau dilahirkan, apa ia akan bahagia?”

Mikasa mengelap hidungnya, matanya memerah, “bajingan ini”

Ia hanya menganggap Eren tidak menyukai Suya, hanya menganggapnya tak berdaya saja, bahkan ia masih berharap setelah mereka berdua menikah, bisa tumbuh perasaan lama kelamaan, malah tak berpikir kalau, tanpa disangka ia sampai sekeji ini, bahkan anaknya sendiri, bisa ia apa-apakan.

“Itu kan anaknya, kenapa kamu bisa melakukannya?”

“Di matanya, itu hanya seonggok darah dan daging.” sambil bicara, ujung bibir Suya sedikit terangkat.

Mikasa melihat Suya, “kalau begitu kenapa kamu tidak bicarakan dengan Mama angkat dan yang lainnya, kalau mereka tahu, pasti tak akan melepaskannya, kamu……”

“Karena, aku masih harus menikahinya!” Suya bicara dengan ringan.

Raut wajah Mikasa malah berubah, ia menggenggam kedua pundak Suya, “Suya, apa kamu sudah gila?”

Novel Terkait

Beautiful Love

Beautiful Love

Stefen Lee
Perkotaan
3 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu