Cantik Terlihat Jelek - Bab 444 Bayi Kedua

"Haruskah hubungan kita diumumkan ke publik?"

"Publik?" Mia sangat terkejut atas permintaan Mohan yang tiba-tiba ini, dia menatapnya tajam. Dia sungguh sangat menawan, tapi mengingat wajah para perempuan itu, dia menggelengkan kepalanya dan berkata: "Nanti saja, kondisi sekarang ini aku rasa masih sangat baik. "

Pria itu menjadi murung, "Kenapa?"

Mia melihat wajah tidak puas dari pria itu: "CEO Mohan, harusnya kamu senang jika hubungan kita tidak perlu diumumkan bukan? Dengan begitu kamu bisa mencari kumbang yang lainnya 'kan?" Dia berkata sambil menunduk dan sambil terus menyantap makanannya. Suasana hatinya sangat baik. Dia sebenarnya merasa sedih jika Mohan tidak mengatakannya. Tetapi dia tidak menganggap penting jika hubungan mereka mau diumumkan ke publik atau tidak.

Pernikahan ibarat manusia yang sedang air minum, hangat atau dingin hanya dia sendiri yang tahu.

Dia tidak peduli apa yang dipikirkan orang lain, asalkan di dalam hati Mohan ada dirinya, itu sudah lebih dari cukup. Dia tidak peduli tentang gelar-gelar palsu itu.

"Cukup begini saja, pernikahan tersembunyi, sangat bagus," Wanita itu tersenyum. Dengan cara ini, orang lain tidak akan melihatnya dengan tatapan sinis, dia juga tidak peduli dengan tatapan orang lain. Dan lagi dia bisa menjadi dirinya sendiri, pria itu menatapnya lekat.

"Apakah kamu punya rencana lain?"

“Apa kamu tidak merasa aman?” Mia mengambil sayuran dan menyuapkannya ke dalam mulut Mohan.

Lelaki itu membuka mulutnya untuk makan, lalu mengangguk dengan kencang, "Ya."

“Kalau begitu tidak perlu diumumkan ke publik, ini akan membuatmu gugup.” Dia merasa sangat puas jika dapat membuat Mohan cemburu.

"Kalau begitu temui Ibuku nanti malam."

"Uhuk uhuk ..." Mia sedang minum sup, topiknya berubah terlalu cepat, ucapan Mohan membuat dia tersedat. Dia menatap Mohan dan berkata: "Apa katamu?"

“Apakah Ibuku begitu mengerikan?” Mohan menepuk punggungnya.

Mia menghela nafas, ini bukan masalah mengerikan atau tidak, tapi dia benar-benar terkejut mendengarnya.

Tindakan Mohan ini berhasil meredakan hubungan mereka saat ini, tetapi dia tidak menyangka "ibu mertua" juga sangat cemas.

"Mia ..."

"Baiklah."

Saat pulang kerja mobil Mohan sudah berhenti di pintu perusahaan. Mia memilih untuk tidak ikut mobilnya karena di sini terlalu ramai, dia tidak berani.

"Menikah denganku apakah sangat memalukan?"

Pesan singkat dari pria itu masuk, Mia sedang duduk di taksi, dia melihat ke belakang melalui kaca spion, dan mengerutkan bibirnya.

Tidak tahu ini diatur atau kebetulan, mereka makan di tempat mereka bertemu untuk pertama kalinya. Ayahnya marah dan kakek Mo masih ada.

Ketika sudah sampai, Mohan berdiri di luar pintu.

Dia langsung menyambutnya ketika melihatnya keluar dari mobil, mengelus rambut Mia dan tersenyum terpaksa.

Sebelum masuk ke dalam ruangan, dia sudah mendengar suara tawa Ayah Mia dari dalam. Tanpa perlu memastikannya lagi, dia berbalik melihat Mohan dan bertanya: "Apa maksudnya?"

"Aku menjemput kedua orang tuamu."

“Ah?” Mia sedikit gugup dan langkahnya menjadi semakin cepat.

Mohan menggandengnya. Keduanya berdiri di luar pintu dan melihat ke dalam melalui kaca yang berbentuk kipas. Nyonya Mo sedang menuangkan teh untuk orang tuanya.

"Silahkan besan minum yang banyak, teh ini sangat otentik."

“Ibu Mohan, kita bisa sendiri, terima kasih.” Ibu ketakutan karena terus dimanja. Nyonya Mo tersenyum: "Aku mohon maaf pada kalian berdua atas kejadian beberapa tahun lalu, otakku sudah gila. Aku telah melakukan hal yang menyakitkan kalian berdua dan juga Mia. Untungnya kalian adalah orang bijak yang tidak memperhitungkan kesalahan orang lain. Kalau tidak, kebahagiaanku kedua anak ini sudah hancur. "

"Jangan bicarakan hal ini lagi, satu keluarga harus seia sekata. Selama kedua anak itu baik-baik saja, maka aku akan setuju."

Mia mengerutkan bibirnya, matanya agak lembab, "Mohan, apakah ini adalah berkat yang didapatkan dari kemalangan? Jika bukan karena masalah kali ini, aku tidak tahu harus berkelahi dengan Ibumu sampai kapan."

Mohan menunduk, "Baiklah, ayo kita masuk, mereka tinggal menunggu kami saja."

Mia meneteskan air mata beberapa kali pada makan malam ini, air mata kebahagiaan.

Tidak pernah terbayangkan olehnya akan ada hari ini.

Hari-hari kembali damai seperti sedia kala.

Mia merasa ini adalah keputusan terbaik untuk tidak mengungkapkan hubungan mereka. Dia adalah Mia, seorang wanita profesional yang menghasilkan uang dengan kemampuannya sendiri. Namanya tidak akan disangkutpautkan dengan Mohan. Dia juga tidak perlu pusing jika berbuat kesalahan dan akan mempengaruhi Mohan, dia merasa bebas.

Dia berpikir jika hubungan ini dipublikasikan, dia mungkin akan sakit kepala. Sebagai istri keluarga Mo, dia tidak ingin memiliki kehidupan yang damai-damai saha. Lantas, itu bukanlah yang dia inginkan, Mohan mengerti dirinya dan menyerahkan semua keputusan padanya.

Nyonya Mo merasa bersalah kepadanya dan sering membelikan hadiah mewah padanya, perhiasan, dll. Dia sudah menjelaskan padanya bahwa dia hanyalah seorang pekerja kantoran dan tidak pantas memakai barang mewah.

Namun, ini tidak bisa membuat Nyonya Mo berhenti memanjakannya.

Bulan Juni datang dengan cepat.

Hari ini, Nyonya Mo mengajak Mia untuk makan malam bersama tanpa mengizinkan Mohan ikut.

“Bu, ini acara makan malam apa, kenapa Mohan tidak boleh ikut?” Mia duduk, dia membawa tas tangan bermerk yang dibelikan Mohan kepadanya. Saat di mengeluarkannya, wanita itu bertanya di mana dia membelinya tasnya, Kw nya terlihat seperti asli.

Ia tidak menjelaskan, tetapi sekali lagi membuktikan kesedihan dari sifat manusia.

Selesai makan, Nyonya Mo masih belum mengatakan maksud tujuannya.

Sampai keduanya membayar tagihan dan pergi, Nyonya Mo merangkul tangan Mia dan berkata, "Mia, Mohan sudah berusia 32 tahun. Dan sebentar lagi kamu akan berusia 30 tahun, 'kan?"

Mia mengangguk dan menjawab: "Apakah Ibu menginginkan cucu dari kami?"

Wajah Nyonya Mo penuh dengan kegembiraan. "Itu maksudku, kamu tahu, aku dan nenek hanya diam di rumah setiap hari. Rena tinggal di rumah besan, kami sangat kesepian. Sebaiknya kalian dapat melahirkan seorang cucu untuk kami ... "

Mia mengerutkan bibirnya, "Bu, apakah kamu ingin kami melahirkan cucu atau mainan?"

Nyonya Mo sudah melupakan masalah yang sebelumnya, karakternya mirip dengan nenek Mo, sangat kekanak-kanakan, dan sering membuat Mia tertawa dan menangis.

Mia tersipu malu mendengarnya, Nyonya Mo melihat ke samping dan berkata lagi: "Kalau begitu coba katakan, nenekmu tinggal di rumah setiap hari dari pagi sampai malam. Kalian berdua beruntung tidak bisa mendengar, tapi telingaku masih bagus, aku benar-benar sakit kepala dibuatnya. "Nyonya Mo terdiam saat membahas hal ini dan menggandeng tangan Mia," Mia, nenek sudah tua, anggap saja kalian melakukan ini untuk memenuhi impian Ibu. "

Apa yang bisa dikatakan Mia tentang hal ini? Dia mengangguk, "Baiklah, aku akan membicarakannya dengan Mohan."

Saat kembali ke rumah pada malam hari, Mohan belum pulang kerja padahal sudah jam sebelas malam.

Novel Terkait

Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
This Isn't Love

This Isn't Love

Yuyu
Romantis
3 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
3 tahun yang lalu
Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu