Cantik Terlihat Jelek - Bab 208 Penyebab Kematian Kakakmu

Melihat Devan menarik Shiren masuk, tatapan Gary tertuju ke tangan mereka yang saling berpegangan, "Apa maksud kalian ini?"

Devan melepaskan Shiren dan berkata dengan suara lembut, "Tidak ada maksud apa-apa. hanya saja...."

"kak, pacarmu mendekati Devan" Suara tangisan Clover terdengar dari belakang.

Gary menoleh ke Clover dengan kaget, selanjutnya, dia menatap ke Shiren, "Apakah yang dikatakan Clover itu benar?"

Shiren belum sempat berkata.

Devan menepuk bahu Gary, "Aku dan adikmu tidak ada hubungan secara hukum, kamu dan Shiren, juga hanya hubungan pacar, kalaupun kami benar-benar bersama, apakah ada salahnya?"

Setelah berkata, Devan tidak menunggu reaksi Gary dan langsung masuk ke dalam kamar tanpa peduli ke Clover yang sedang berjongkok di belakangnya sambil menangis.

Gary berdiri di depan Shiren dan menatap dia beberapa saat, setelah itu, dia mengayunkan tangannya dan menampar Shiren, "Apakah kamu masih disebut manusia? Kemasi barangmu dan langsung pindah keluar"

Kemudian Gary pun menarik Shiren masuk ke kamarnya.

Setelah pintu kamar ditutup, Shiren melihat ke Gary dengan wajah tidak percaya, "Gary, kamu.... kamu berani pukul aku?"

Tatapan Gary memancarkan kejijikan, "Kamu pergi saja, kita sudah putus"

Ekspresi Shiren tenggelam, dia berkata dengan emosi : "Gary, kamu masih pura-pura apa lagi? Apakah kamu tidak tahu apa yang aku inginkan?"

Gary tertawa dengan dingin, "Kamu pergi saja, aku tidak akan bantu kamu lagi"

Shiren mengerutkan alisnya, "Kamu... kamu bilang apa?"

"Aku tidak ingin hubungan aku dan Clover rusak hanya karena kamu"

"Clover? Hahaha, kamu bilang adikmu itu? Gary, bukannya kamu su-----"

Terdengar suara ketukan pintu.

"Siapa?"

"Tuan Gary, kamu cepat keluar, Tuan Devan dan nyonya berkelahi sampai sangat parah, kamu cepat keluar hentikan mereka" Di luar pintu, terdengar suara Bibi Su yang cemas.

Gary kaget dan setelah membuka pintu, dia langsung mendengar suara lemparan barang dari kamar tidur lantai dua.

Gary dan Shiren naik ke lantai dua, tetapi pintu kamar tidur terkunci dari dalam.

Penghalang suara terlalu baik, mereka tidak bisa mendengar suara berbicara di dalam kamar, hanya bisa mendengar suara lemparan barang.

Ekspresi Shiren terlihat senang, dia kemudian mengetuk pintu.

Setelah beberapa saat, pintu terbuka dan mereka melihat Devan dengan rambut yang sedikit berantakan dan dasinya di tarik sampai ke bagian dadanya, "Ada apa?"

Gary ingin masuk ke dalam kamar, tetapi Devan menghalangnya, kemudian Gary bertanya dengan tidak senang : "Kamu berbuat apa terhadapnya?"

Devan memasang wajah dingin dan tidak berbicara, suara Clover pun terdengar dari dalam kamar, "Kak, kamu buat dia pergi, pria seperti ini, aku juga tidak mau"

Meskipun Devan tahu ini hanya sebuah akting, ekspresi Devan tetap berubah dengan emosi aslinya, dia menahan sebuah nafas dan menoleh ke Clover yang duduk di lantai menonton TV, "Nona Clover tidak mau, hal ini malah membuat aku tidak perlu banyak mengatakannya"

Kemudian Devan keluar dari kamar dan menutup pintu.

"Shiren, ayo, aku antar kamu pergi tinggal di luar"

Shiren menutupi mulutnya dengan kaget, dia menundukkan kepalanya, "Maaf, Tuan Devan, semua ini salahku, aku......"

"Ayo, kamu tidak salah"

Clover berdiri di atas balkon dan melihat Devan dan Shiren masuk ke dalam mobil.

Akhirnya Clover menghela sebuah nafas lega dan minum kopinya.

"Kak, apakah kamu merasa dia benar-benar akan melakukan hal itu dengan keinginan sendirinya?"

Gary diam beberapa saat sebelum berkata, "Iya, melihat dari personalitasnya, kemungkinan itu sangat besar"

Clover menghirup sebuah nafas dan menoleh ke Gary, "Kak, dia sudah tidak memiliki maksud bersamamu, kamu cepat lihat apakah masih ada orang yang cocok disisimu, aku........"

Gary kemudian menatap Clover dengan sebuah senyuman ringan, "Adikku, apakah kamu merasa penampilan luar seseorang penting?"

Mendengar Gary membahas tentang topik ini, Clover melamun sejenak dan menyimpan semua pikirannya, "Kamu bilang Shiren?"

Mendengar kata-kata itu, Gary tertawa dengan dingin setelah teringat dengan Shiren, tetapi hati dia sudah tidak terasa sakit lagi.

Pikirannya memancarkan sebuah senyuman yang cantik, "Bukan"

Pada saat ini, di dalam mobil hitam Devan.

Shiren melihat ke Devan dengan wajah yang sedikit merah, "Tuan Devan, kalau kamu pergi begitu saja, apakah Clover tidak akan marah?"

"Marah? Kamu rasa aku masih perlu melihat emosi seorang wanita?" Devan tertawa dengan dingin dan menginjak gas, mobilnya bergerak dengan cepat seperti sebuah panah yang terbang.

Di jalan lampu lalu lintas, Devan mengeluarkan sebuah kotak cantik dari saku jasnya dan memberikannya kepada Shiren, "Ambil ini"

"Ini apa?" Shiren merasa sedikit kaget.

Devan tidak berbicara, tenggorokannya yang mempesona bergerak dengan cepat, Shiren melihat sampai menyipitkan matanya, kemudian Shiren membuka kotak itu dan dia terlihat kaget, "Ini... bukannya ini adalah kalung di acara lelang kemarin?" Awalnya Shiren mengira Devan mau memberikan kalung ini kepada Clover, tidak menyangka, ternyata Devan mau memberikannya kepada Shiren.

Shiren merasa sangat terharu.

Pada saat ini, mobil Devan berhenti di depan sebuah rumah mewah gaya Eropa, setelah turun dari mobil, Devan berjalan ke pintu tempat duduk pengemudi dan membuka pintu untuk Shiren, kemudian membawa dia turun.

Perlakuan mendadak ini membuat Shiren mendadak merasa sangat emosional, sehingga dia menggerakan kepalanya, serasa semua ini adalah mimpi.

"Kenapa? Sakit kepala?" Suara lembut berdering di telinga Shiren.

Shiren menggelengkan kepalanya, "Tidak"

Devan tersenyum, "Bagus kalau begitu, ayo" Sambil berkata, Devan memegang tangan Shiren, "Aku berikan rumah ini kepadamu, nanti, kita..... tinggal di sini, apakah kamu suka?"

Shiren menelan air liurnya dan bertanya dengan wajah tidak percaya : "Beri.....berikan kepadaku?" Selain itu, Devan berkata, 'kita?'

Shiren merasa sangat senang, sampai dia tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

"Iya, tunggu aku dan dia selesai berbicara semua dengan jelas, kita langsung bersama saja"

"Tidak, aku tidak mau, aku tidak bisa terima rumah ini, kita.....hubungan kita sekarang, tidak sesuai"

Tatapan Devan memancarkan kekaguman, dia mengelus kepala Shiren, "Kamu dan kakakmu benar-benar sangat mirip, pada saat itu, aku beli rumah mewah untuk dia, dia juga menolak"

Berkata sampai sini, ekspresi Devan terlihat sedih.

Masuk ke kamar tidur, Shiren meletakkan tasnya dia tas sofa, melihat Devan masuk ke dalam, dia berkata : "Aku mengira kamu sudah lupa dengan kakakku dari dulu, aku melihat hubungan kamu dan Clover lumayan baik"

Devan senyum dengan kering, "Aku sama dia, hanya karena tanggung jawab"

Setelah itu, dia menghirup sebuah nafas, "Kakakmu sudah tidak ada, aku tidak berminat kepada siapa pun, aku tidak peduli mau bersama dengan siapa, lagipula, Clover adalah ibu anakku, itu adalah sebuah pilihan yang bagus"

"Kalau.... kalau kamu tidak peduli mau bersama dengan siapa saja, mengapa aku mendengar kamu berpisah dengan Gabriel yang sudah bersamamu sejak kecil demi Clover?"

Jari Devan menggosok di atas sofa, sudut mulutnya terangkat dengan dingin, dia menoleh ke Shiren dan menatapnya, "Siapa saja boleh, kecuali dia tidak boleh, karena dia adalah penyebab kematian kakakmu"

Novel Terkait

Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
5 tahun yang lalu
Cinta Tapi Diam-Diam

Cinta Tapi Diam-Diam

Rossie
Cerpen
5 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu