Cantik Terlihat Jelek - Bab 628 Aderlan Mo, Kamu Tidak Tahu Malu

Ketika ia melihat Aderlan berdiri di tepi bar, ia tertegun sejenak, kemudian refleks berbalik dan berlari.

Tetapi, dalam hal pertarungan dan tinju, ia mungkin juga bisa bersaing dengan Aderlan .

Dalam hal berlari, perbedaan ketinggian antara ia dan Aderlan , membuat ia tidak bisa menandinginya.

Belum lari begitu jauh, kerah bajunya digenggam oleh seseorang dari belakang.

Lalu, ia seperti diseret ke dalam ruangan.

Pintu terbanting dengan keras “bam”, dan Mimi bingung seketika.

Sampai ke bagian dalam aula, bersandar ke sofa, merobek pakaian yang berantakan, dan mengistirahatkan tenggorokannya.

Bukankah dia sudah berpacaran dengan orang lain?

Bukankah dia sudah memiliki orang baru?

Kenapa dia bisa tiba-tiba datang?

Tidak ada cahaya di dalam ruangan, ruangan itu sangat gelap. Ia mengangkat kepalanya , tetapi tidak bisa melihat dengan jelas ekspresi Aderlan .

Tapi ia dapat merasakan amarahnya dengan jelas.

Setelah hening beberapa waktu, Aderlan membuka mulut.

"Kemari dan temani aku minum."

Suaranya yang tenang sedikit tidak normal, emosinya tidak dapat terdengar.

Mimi bersandar di dinding terdalam,tidak bersuara maupun bergerak.

Tiada harapan, ada sedikit kepedihan, bukannya tidak ingin, bukannya tidak mencintai, bukannya tidak rindu, hanya saja tidak dapat mencintai, merindukannya pun tidak ada gunanya.

Dia tiba-tiba muncul tanpa tanda apapun didepannya.

Ia lebih merasa bersalah daripada merasa bahagia.

Rasa sakit yang disebabkan oleh kaki itu,merasuk ke dalam tubuh, juga ke hatinya.

"Klik", cahaya tiba-tiba menyala.

Walaupun cahayanya masih redup,tetapi cukup bagi mereka berdua untuk melihat dengan jelas.

Mimi menundukkan kepalanya, tiba-tiba ia tidak berani menatap Aderlan.

“Buk” setumpuk uang dibuang di atas meja.

"Dua puluh juta, untuk menemani minum, tidak keterlaluan kan?”

Suaranya jelas menjadi sedikit dingin.

Mimi perlahan mengangkat kepalanya, menatap Aderlan , baru beberapa lama tidak bertemu, tiba-tiba ia merasa bahwa pria yang ada di depannya, seketika sudah tumbuh dewasa.

Keangkuhan di wajah itu, kemarahan di matanya, dan pergerakannya, memberikan ia ilusi, Aderlan tiba-tiba menjadi dewasa, apakah yang dia alami dalam beberapa bulan ini?

Mimi menggelengkan kepalanya, berusaha keras untukmenenangkan diri, menghirup nafas , baru berbicara, lalu menjawab dengan suara laki-laki:

"Tuan, anda salah, aku bukan orang yang menemani minum, aku penjaga keamanan di sini."

Suara dan tangannya sedikit bergetar.

Aderlan mendengus dingin,dan berkata dengan sarkasme: "Benarkah? Nyalimu sangat besar,dan juga menjual diri?”

Menjual diri?

Mimi tiba-tiba marah, "Jual diri apanya? Anda jangan berbicara omong kosong"

Pria itu dengan lembut menggoyangkan gelas di tangannya, perlahan-lahan menolehkan kepalanya, dan melihat Mimi, "Menipu perasaan orang lain, mengambil uang, lalu melarikan diri, apa itu namanya bukan menjual diri? Atau apa? Menjual hati? Oh, tidak, kamu tidak memiliki hati untuk dijual.”

Kata-katanya yang ringan, tetapi sangat menusuk hati.

Mimi mengepalkan tangannya, "Lalu? Tidak melarikan diri, Tuan Mo, bisakah kau menikahiku?"

Ia sengaja berbicara dengan nada ringan, tetapi tidak bisa menahan matanya yang terasa pedih.

Setelah Mimi mengatakan hal itu, ia langsung menyesalinya.

Tidakkah ini adalah pengakuan secara langsung kalau dirinya sudah menjual diri?

Aderlan tidak berbicara, hanya melihat keatas, lalu menatap Mimi, bibirnya terangkat, "Kalau kamu tahu kamu tidak bisa menikah, kenapa mendekatiku? Bukankah sebenarnya hanya untuk uang?”

Kata-katanya yang ringan, tetapi justru membangkitkan amarah Mimi.

Beberapa bulan ini, dia sudah mengalami apa, apa dia mengerti, seperti apa ia melalui hari-harinya?

Demi uang, demi uang adikmu!

Jika ia peduli tentang uang, apakah ia akan membuat semua menjadi seperti ini?

Mimi membalikkan kepalanya, lalu berteriak kepada Aderlan : "Ya, demi uang,demi uang Tuan Mo, apa kamu sudah puas?"

Setelah selesai bicaram tidak berlagak menahannya lagi, duduk di sofa, menekuk satu lutut, menyilangkan kedua kaki, sikap yang kamu gemari.

Aderlan melihat Mimi, dan kemudian menghancurkan gelas anggur di tangannya ke atas lantai, kemudian menatapnya lagi, "Bagaimana, masih merasa bersalah?"

Ada ketukan pintu dari luar, "Tuan Mo, ada masalah, bicarakan baik-baik."

Diiringi suara tawa bos.

Mimi tertegun, dan kemudian, menutup matanya, menenggelamkan wajahnya, ternyata seperti itu.

Ia menundukkan kepala,terdiam sebentar, lalu berdiri tegak dan berjalan keluar.

Dia malas untuk berbicara dengan pria ini, juga tidak berbicara tentang empati, ada hak apa untuk memarahinya?

Sudah membuatnya terluka parah, masih tidak tahu malu!

Tetapi ketika ia melewati Aderlan , pergelangan tangannya ditahan, lalu dengan tenaga, Mimi langsung jatuh kedalam pelukan yang hangat.

"Ada apa denganmu? lepaskan!"

Mimi sedikit terganggu, ia berusaha untuk bangun.

Pria itu menekan kedua tangan pada saat bersamaan dengan tenaga, dan membalikkan badan, menekannya diatas sofa yang tidak lebar itu.

"Karena sudah menerima uang, ingin menjual diri,aku tidak keberatan akan hal itu.”

Sambil berbicara, matanya juga melihat kebagian bawah tubuhnya.

Kata-kata yang masuk kedalam telinganya, membuat Mimi melupakan pemberontakannya, ia membuka matanya lebar-lebar dan menatap Aderlan dengan ragu, "Dasar berengsek!"

Berkata sambil mendorong Aderlan dengan kuat.

Namun, ada perbedaan dalam kekuatannya, mereka berdua, pria yang ada diatas dan wanita yang dibawah.

Meskipun Mimi telah menggunakan seluruh kekuatannya, ia tidak bisa mendorong Mobai dari atas tubuhnya.

Sebaliknya, Mimi malah membangkitkan rasa kepemilikan Aderlan , dengan tenaganya, lalu menarik dan merobek bajunya.

Udara dingin dari pendingin ruangan itu membuat Mimi menggigil.

Penutup dada yang ada di dalam juga membuat mata Aderlan menjadi gelap.

Pemikiran Mimi sudah menjadi lebih jernih.

Dan disaat ini, Mimi dengan jelas bisa merasakan reaksi tubuh Aderlan .

Ia yang pernah melakukan banyak hal di tempat ini, setiap hari mendengar orang-orang di sekitarnya berbicara tentang topik yang tidak pantas untuk anak-anak, terhadap masalah seperti ini, meskipun ia belum pernah melihat nya, tetapi ia telah mendengarnya.

Untuk sejenak, ia benar-benar panik.

“Aderlan , kalau kamu melakukan ini, apa kamu masih layak untuk pacarmu?"

Mimi menyebutkan perempuan cantik di sekolah itu dengan sengaja.

Tiba-tiba, lengan di samping tubuhnya membeku kaku, dan lelaki itu berhenti mencium lehernya, menopang dirinya, dan memandangnya, "Kamu masih peduli denganku?"

Mimi benar-benar ingin menggigit lidahnya sendiri.

Dengan mulut tertutup, wajahnya menoleh ke samping, ia tidak berbicara, juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya?

Tepat ketika ia gelisah, terdengar suara ketukan pintu dari luar, “bam” terdengar suara pintu, lalu pintu itu terbuka dan terbanting dari luar.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Your Ignorance

Your Ignorance

Yaya
Cerpen
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Charming Lady Boss

My Charming Lady Boss

Andika
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu