Cantik Terlihat Jelek - Bab 633 Menyelamatkan Seorang Pria Misterius

Mimi menekan bibirnya, seketika hatinya dipenuhi rasa prihatin.

Mimi bangkit dan berdiri di belakang Rambo, "Rambo, sebenarnya, tidak apa-apa. Aku sering mengalami hal ini dan sudah berpengalaman."

Rambo mendongak, menarik napas dan berbalik, kemudian berseru pada Mimi:

"Kamu adalah seorang gadis, kamu lihatlah gadis yang sebesar kamu, siapa yang tidak bertanding makan, pakaian dan main, kamu ... kehidupan apa yang sedang kamu jalani ini?"

Seketika, pria yang memiliki tinggi badan 180-an cm menangis diam-diam.

Mimi seketika merasa tenggorokannya seperti menekan sesuatu, dia bersandar di dinding sambil menatap lengannya, hatinya merasa sangat sedih.

Dalam ingatan Mimi, selain kakek, Rambo adalah orang pertama yang begitu menyayangi dirinya.

"Rambo, aku ..."

"Jangan bekerja lagi di sini, bisakah? Aku mohon padamu, kamu tidak tahu akhir-akhir ini, seberapa banyak usaha yang telah aku habiskan agar bisa menerima kehidupan yang sedang kamu jalani saat ini. Aku ... Aku merasa diriku tidak berguna untuk pertama kalinya, aku bahkan tidak bisa membantu teman baikku sendiri, aku ... "

Rambo tenggelam dalam emosinya.

Mimi sebelumnya merasa bahwa pria tidak seharusnya menangis.

Mimi juga merasa jijik jika melihat pria menangis, tetapi pada saat ini, Mimi hanya merasa tersentuh dan sedih saat melihat Rambo menangis seperti anak kecil di depannya.

Mimi tertegun untuk waktu yang lama dan tidak berbicara.

Mereka berdua terfokus pada emosi mereka masing-masing, hingga tidak menyadari ada seorang pria yang bersandar di seberang kabinet.

Setelan jas jahitan tangan memperlihatkan postur tubuh pria yang sangat bagus.

Wajahnya yang dingin dan tampan, tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

Pandangan matanya, seolah-olah sedang melihat mangsa baru, bersinar sangat terang.

Pria itu mengeluarkan ponselnya dan mengirim pesan kepada seseorang, "Ikan busuk, aku menemukan sesuatu yang sangat menarik."

Pihak lain membalas bola mata putih padanya, kemudian berkata lagi, "Tidak tahu siapa yang akan mengalami kesialan lagi."

Setelah Mimi mengantar Rambo pergi, bos membiarkan Mimi pulang kerja lebih awal karena cedera.

Saat keluar pintu dan berjalan beberapa langkah, Mimi melihat beberapa pria berkumpul sedang memukul dan menendang seorang pria yang terbaring di tanah.

Mimi bukanlah orang yang sangat antusias, biasanya juga malas untuk ikut campur dalam hal seperti ini.

Meskipun Mimi memiliki kemampuan untuk ikut campur.

Hanya saja, orang itu, tiba-tiba merangkak kemari dan memeluk kaki Mimi, "Kakak, selamatkan aku, selamatkan aku."

Suara naif yang tidak sesuai dengan tampilannya yang tinggi dan besar, dan panggilan kakak dari mulut pria ini, membuat Mimi linglung sejenak, setelah itu, barulah sadar.

"Pergi, ini tidak ada urusannya denganmu, jangan ikut campur."

Seseorang menunjuk kepala Mimi dengan tongkat kayu dan berteriak.

Mimi melihat orang itu, lalu bertanya dengan santai, "Seberapa besar kebencian kalian sehingga kalian begitu banyak orang memukuli dirinya seperti ini?"

"Dia mencuri sesuatu yang berharga dari kami, seorang pria bodoh, menurutku, dia tidak bodoh sama sekali, meskipun terbunuh juga tidak disayangkan."

Orang itu menjawab.

Pria bodoh? Mimi mengerutkan alis dan menundukkan kepalanya secara spontan, kemudian menatap pria yang merangkak di tanah dan meletakkan kepalanya di atas sepatunya sambil tersenyum padanya.

Mimi menelan air liurnya, benar-benar tidak disangka, orang yang terlihat tampan ini ternyata adalah orang bodoh.

Karena orang bodoh, maka Mimi merasa harus ikut campur dalam masalah ini.

Setelah bertahun-tahun, Mimi teringat kembali dengan malam itu, dirinya merasa segala sesuatu yang terjadi itu benar-benar sudah ditakdirkan.

Setelah menyelesaikan beberapa gangster kecil itu, meskipun Mimi terluka, itu hanyalah luka kecil.

Dengan keterampilannya, beberapa orang itu melarikan diri setelah dipukul oleh Mimi.

Ketika membalikkan badan, Mimi melihat pria tadi berjongkok di samping dinding dan menatap Mimi dengan penuh semangat.

Kelihatnnya, pria itu tidak bodoh.

Mimi mengayunkan lengan dan melihat pria itu mengeluarkan roti dari pelukannya, lalu memberikannya kepada Mimi.

Mimi kemudian memikirkan perkataan orang tadi, lalu menggelengkan kepalanya, berbalik dan langsung pergi.

Hidup Mimi sendiri saja sudah tidak teratur, jadi dia juga tidak tertarik mengajari siapapun hal apa yang patut dan tidak patut dilakukan.

Hanya saja, ada suatu hal yang memang tidak boleh ada permulaan.

Saat Mimi tiba di lantai bawah rumahnya, langkah kaki yang mengikutinya dari belakang juga berhenti.

Mimi langsung tahu bahwa dirinya sedang dalam masalah.

Kemudian berbalik, Mimi menatap pria itu, "Jangan ikuti aku. Aku bahkan tidak bisa melindungi diriku sendiri. Aku bukan orang baik dan aku tidak sanggup merawatmu."

Setelah selesai berbicara, Mimi membuka pintu keamanan di lantai bawah, langsung masuk dan tutup pintu.

Saat tiba di lantai tiga, Mimi tidak tega kemudian berdiri di pagar tangga dan melirik ke bawah.

Dari jauh melihat pria itu duduk di sebelah hamparan bunga di seberangnya.

Saat mendongak, mata mereka saling menatap, Mimi mengedipkan matanya sesaat, dan mata pria itu tampak sedang bermain-main, tetapi saat Mimi menatapnya dengan serius, pria itu bersikap lagi seperti bodoh.

Lengan yang penuh bekas luka dan noda darah di bawah kelopak mata tampak sangat menyilaukan saat berada di bawah lampu jalan.

Mimi tidak lagi melihatnya dan terus naik ke atas, pulang ke rumah, setelah selesai bersih-bersih diri dan semuanya beres, saat itu sudah hampir jam dua belas.

Mimi berbaring di tempat tidur dan membolak-balik badan, pikirannya penuh dengan penampilan pria itu.

Mimi teringat saat kakeknya meninggal, dirinya juga mengalami malam yang seperti itu. Dia berbaring di kursi terbuka di taman dan melihat dunia yang begitu indah di depannya, tetapi merasa tidak ada tempat yang bisa dikunjungi.

Kesepian semacam itu, begitu tidak berdaya, membuat dia selalu ingat di dalam hati.

Kemudian Mimi mengenakan mantel dan turun, saat melihat Mimi membuka pintu, pria itu langsung berdiri dari tanah.

Langsung berlari ke arah Mimi.

Jika Mimi tidak menanggapinya dengan cepat, mungkin Mimi sudah dipeluk dalam pelukannya.

Mimi mundur selangkah sambil menunjuk ke arah pria itu dan berkata, "Diam di sana dan jangan bergerak."

Pria itu menarik napas, lalu berdiri tegak dan tidak bergerak sambil menatap Mimi.

Penampilan seperti itu, jika adalah orang dewasa, Mimi merasa tidak ada yang salah, tetapi saat menatapnya dengan mata jernih, Mimi sebenarnya tidak tega.

Mimi menoleh dan menunjuk ke dalam, "Masuklah!"

Saat naik ke atas, Mimi bertanya kepada pria di belakangnya, "Siapa namamu?"

Pria itu menggelengkan kepala.

Dalam dua hari berikutnya, pria itu sangat bergantung pada Mimi, kemanapun Mimi pergi, pria itu terus mengikutinya, bahkan saat Mimi pergi ke kamar mandi, pria itu juga berjongkok di luar pintu.

Bibi muda yang tinggal di rumah seberang tersenyum saat melihat mereka berdua selalu bersama, kemudian berkata, "Mimi, pacarmu terlihat sangat tampan!"

Mimi ingin berbicara, kemudian berpikir lagi, lalu tidak mengatakan apa-apa.

Mimi sedikit kesal, Lusa dirinya sudah akan masuk kelas, bagaimana dengan pria ini?

"Di mana tempat tinggalmu, siapa nama orangtuamu, apakah kamu tahu?"

Pria itu mengedipkan mata, kemudian mengeluarkan kartu besi dengan beberapa goresan dari lehernya dan memperlihatkannya kepada Mimi, "Kakak lihat."

Novel Terkait

Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu