Cantik Terlihat Jelek - Bab 650 Memasukkanku Ke Penjara?

“Aderlan, kamu…”

“Dimana data aslinya? Keluarkan!”

Ia belum menyelesaikan perkataannya namun Aderlan sudah bertanya kepadanya dengan nada dingin dan mengulurkan tangannya untuk meminta data asli, Mimi tercengang sejenak, “Asli….data asli? Data asli apa?”

Mimi sama sekali tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Aderlan.

Aderlan menatapnya dengan tatapan benci, ia merebut tas dan kantong jinjing dari tangannya dan menumpahkan isinya ke lantai.

Gaun, pakaian dalam, stiker dada, koin, buku salinan tulisan tangan, dan lain-lain semuanya terjatuh di lantai.

Kemudian terlihat orang-orang mulai datang mengerumuni mereka.

Dalam waktu sesaat saja mereka sudah berada dalam kerumunan orang-orang.

Mimi masih tetap berdiri disana dengan ekspresi tercengangnya berkata, “Aderlan, apa yang sedang kamu lakukan?”

Aderlan malah jongkok dan membongkar-bongkar barang-barang yang berada di atas lantai tersebut.

Saat melihat stiker dada ia langsung menginjaknya.

Wajah Mimi terlihat merah hingga sampai ke leher.

“Apakah telah mencuri barang orang?”

Tiba-tiba terdengar suara yang mengatakan kalimat tersebut.

Kemudian orang-orang mulai saling memperbincangkan hal tersebut.

Dan yang terdengar adalah perkataan-perkataan yang tidak enak didengar.

Mimi tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh orang lain, ia hanya ingin tahu jelas apa yang sedang dilakukan oleh Aderlan?

Tepat saat tangan Aderlan akan mengambil buku salinan tulisan tangan tersebut, Mimi dengan segera merebutnya.

Dalam sekejap wajah Aderlan terlihat marah, ia mengulurkan tangan kepada Mimi, “Berikan.”

Mimi menggelengkan kepalanya tanda tidak boleh.

Di dalam buku tersebut tertulis hal-hal yang pernah terjadi antara Rozi dan Aderlan, apabila orang lain melihatnya akan mengira kalau dia sedang menulis novel.

Akan tetapi Aderlan mengerti dalam sekali lihat, dia sedang takut.

“Ternyata memang kamu. Heh, maling teriak maling, besar juga ya kemampuanmu?”

Maling?

Melalui lubang kerah bajunya Mimi menyelipkan buku tersebut ke dalam pakaian dalamnya, kemudian baru mengangkat kepala melihat Aderlan, “Maling apa? Apakah aku mencuri barangmu?”

Selesai berkata dia terdiam sejenak kemudian mengangkat kepalanya lagi dan menatap Aderlan, “Sebelumnya kamu mengatakan tentang data? Sekarang mengatakan maling? Apa maksudmu?”

Saat ini, seorang pria paruh baya dengan napas terengah-engah masuk ke dalam kerumunan orang-orang dan memberikan ponsel kepada Aderlan.

Aderlan mengambil dan melihatnya setelah itu ia memberikan ponsel tersebut kepada Mimi.

Itu adalah sebuah rekaman kamera pengawas.

Dalam video tersebut tampak Mimi masuk ke belakang panggung di ruang perjamuan, disitu terdapat data-data tentang proyek yang akan diperlihatkan kepada tamu undangan yang hadir malam ini.

Terlihat Mimi dengan ahli mengoperasikan komputer disana, dan mengotak-atik papan ketik komputer selama kurang lebih lima menit.

Kemudian mencolokkan sebuah USB ke dalam komputer, terlihat jelas seperti sedang menyalin data.

Setelah itu, ia terlihat diam-diam berjalan keluar dari ruang di belakang panggung.

Dengan apa yang terlihat tersebut sudah jelas apa yang terjadi.

Mimi mengangkat tangan menutupi mulutnya terlihat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya tersebut.

Dia menggelengkan kepala kepada Aderlan, “Bukan…..bukan begitu, Aderlan, ini….aku…bukan aku….”

Dia berbicara dengan tidak jelas dan tidak dapat menjelaskannya.

Sangat jelas terlihat bahwa orang yang berada di dalam video adalah dia dan segala gerak-gerik yang terekam sudah menunjukkan dengan jelas apa yang dilakukannya.

Akan tetapi dia sama sekali tidak tahu bagaimana menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Dia tidak mengerti, mengapa dia bisa ke belakang panggung, bahkan…..mengganti data!

Tiba-tiba ia teringat dengan kejadian saat ia pingsan di depan toilet.

Sesaat seperti sudah mengerti akan sesuatu.

Sangat jelas bahwa dia telah dijebak oleh orang lain.

Walaupun dia masih tidak dapat menjelaskan mengapa ia bisa melakukan hal tersebut.

Saat ia menatap Aderlan untuk menjelaskan, namun perkataan dari Aderlan membuat ia tidak bisa mengeluarkan kata-kata lagi.

“Segera telepon polisi untuk kemari.”

Kemudian ada orang yang menelepon polisi, Mimi mengerutkan alisnya dan tidak berhenti menelan ludah, ia menggigiti bibir bagian bawahnya, saat ini ia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Ia tahu dengan jelas dengan perbuatan tersebut apabila sampai ke tangan polisi, akhir yang di dapat sudah sangat jelas.

Masa depan, karir dan kehidupannya akan hancur semuanya.

Memikirkan hal ini, ia ingin merebut ponsel tersebut, sambil merebut sambil berkata, “Bagaimana kalau kamu dengarkan dulu penjelasanku? Itu….sungguh bukan aku, aku….aku dicelakai oleh orang lain….aku, apabila aku adalah pelakunya, aku tidak mungkin memberitahukan kepadamu kalau ada orang yang telah merubah datamu, benarkan?”

Aderlan mendengus, ia mengangkat tangan dan mendorong Mimi dengan sekuat tenaga sehingga membuat Mimi terjatuh di lantai.

“Cepat telepon, apabila kamu benar-benar dicelakai oleh orang lain, berarti sudah lebih harus meminta polisi untuk memeriksa apakah kamu dicelakai atau tidak?”

Mimi menundukkan kepala dan menutup matanya, ia menarik napas dalam dan tidak mengatakan apapun lagi.

Dia mengerti dalam kondisi saat ini penjelasannya adalah hal yang sia-sia.

“Hentikan!”

Terdengar suara marah, orang-orang membuka jalan karena kakek Mo sedang berjalan menghampiri mereka.

Dengan tangannya yang panjang ia merebut ponsel dari tangan orang tersebut dan menekan tombol mematikan panggilan.

Kemudian ia berjalan ke depan memapah Mimi untuk berdiri dan sambil melihat Aderlan, “Untuk apa melibatkan polisi dalam urusan keluarga?”

Setelah berkata ia menatap orang-orang yang sedang mengerumuni mereka, “Semuanya bubar, apa yang perlu dilihat!”

Setelah kakek Mo berkata begitu, kemudian ada orang yang membantu membubarkan orang-orang tersebut.

Terdapat beberapa orang yang sedang duduk di depan meja teh di dalam sebuah ruang pribadi.

“Coba katakan apa yang sebenarnya terjadi.”

Bagaimanapun Mimi masih sangat muda, walaupun biasanya terlihat kuat, namun setelah mendapatkan pukulan seperti ini, seperti terdapat kabut di matanya.

Ia merasa dirugikan, merasa….takut!

“Aku….aku sedang bersiap-siap untuk pulang, maka aku……”

Mimi menggunakan waktu sekitar belasan menit untuk menceritakan ulang apa yang terjadi.

Yang mendengarkannya sekarang adalah orang-orang yang penting.

Ada orang dari pihak yang bekerjasama dalam proyek ini, ada juga penanggung jawab hotel serta orang dari Keluarga Mo.

Setelah mendengarkan penjelasannya, orang-orang tersebut saling menatap sekilas dan terlihat bingung.

Sangat jelas bahwa mereka lebih mempercayai apa yang terlihat oleh mata mereka.

Suasana di dalam tersebut menjadi hening dalam waktu yang lama, genggaman tangan Mimi juga semakin kuat.

“Kalian tidak mempercayaiku?” Mimi mengerutkan alisnya.

kakek Mo terlihat ragu sejenak kemudian ia berdiri dan berjalan kehadapan Mimi, “Jangan takut, kakek mempercayaimu!”

“Kakek!” Aderlan berdiri dengan cepat, dengan tatapan bimbang menatap kakek Mo.

“Kakek, apa yang kamu lakukan begini tidak ada gunanya, saat ini ada begitu banyak orang, bukan dengan satu kata percaya dari kamu saja maka dapat menyelesaikannya, masalah yang begitu besar sudah seharusnya ada sebuah pertanggung jawaban untuk semuanya!”

Mimi memutar kepala dan melihat Aderlan, dengan senyum dingin berkata, “Kalau begitu aku ingin bertanya kepada tuan muda keempat, pertanggung jawaban seperti apa yang kamu inginkan? Memasukkanku ke penjara?”

Novel Terkait

Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
5 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
5 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dan Rahasia

Cinta Dan Rahasia

Jesslyn
Kesayangan
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu