Cantik Terlihat Jelek - Bab 585 Belum Menikah

Di mata orang lain, dia adalah keponakan Raven, Raven adalah Paman Mudanya.

Jadi, kedatangannya, menjadi subjek wanita belum menikah yang disenangi di satu kantor.

Dan juga, dia sama sekali tidak merasakan masalah seperti karyawan magang yang dibully.

Karena adanya status ini, malamnya Raven datang ke divisi menjemputnya pulang kerja, juga menjadi hal yang terang-terangan.

Paman Muda baik kepada keponakan perempuan, normal, normal.

Meskipun, sejujurnya membuatnya sedikit sedih, tapi, dia juga sangat senang.

Setidaknya tidak perlu sembunyi-sembunyi.

Hari-hari seperti ini, bertahan selama 3 bulan, studi tahun keempat sudah mau selesai.

Hari ini, dia seperti sebelum-sebelumnya menunggu Raven pulang kerja.

Di dalam mobil.

"Paman Muda, kamu lihat, mereka memberikan begitu banyak barang untukmu lagi, kalau bukan aku bilang barang yang tidak kamu suka, mobilmu ini, mungkin bisa penuh."

Hutu sambil berkata, mengeluarkan sebuah syal berwarna abu gelap dari kantong besar, "Wah, tangan wanita ini kebetulan sekali."

Bertepatan dengan lampu merah, Raven memutar kepala, meliriknya, mengambil kantong dari tangannya dan melemparnya ke belakang, "Tidak suka, langsung tolak saja."

Raven selamanya mengerti Hutu .

Benar, siapa bisa bertanya wanita lain baik terhadap orang yang dicintai.

Dia tidak suka, sedikitpun tidak suka.

Tapi, dia adalah keponakan Raven, dia ada hak apa untuk marah, ada hak apa untuk membantu menolak?

Jadi, dia hanya bisa menahan, dan juga berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Aku selesaikan saja."

Raven mengatakan dengan lengkap.

Hutu menggigit bibirnya, menarik nafas dalam, melihat udara di dalam mobil juga lebih sejuk.

"Paman Muda, kenapa kamu begitu memanjakanku?"

Raven membelokkan mobilnya, sudut bibirnya terangkat, nadanya santai, "Juga tidak ingin memanjakan, tapi bukankah ini juga sudah terjadi? Sekalian saja."

Sudah terjadi? Hutu memutarkan bola matanya,

mereka berdua diluar makan nasi, saat sampai dirumah, memarkirkan mobil, Raven tiba-tiba bilang, mau pergi ke supermarket di depan membeli barang, menyuruhnya pulang kerumah dulu.

Dia mengangguk, menjulurkan tangan mengambil tas laptop dari tangannya, "Berikan padaku saja, aku bawa pulang dulu."

"Berat!" Dia selalu begitu sayang dengan Hutu .

"Tidak apa-apa, aku sudah dewasa, masih bisa ditimpa oleh laptop?"

Saat Hutu berkata, dia mengambil laptop, memutarkan badannya, pulang kerumah.

Tapi saat melihat kakek Ningga berdiri di depan pintu, tangannya gemetaran, hampir saja menjatuhkan laptop Raven.

"Ka.......!" Dia membuka mulutnya, bersiap-siap memanggil kakek.

Tpi saat melihat ekspresinya yang bercanda, tiba-tiba mulutnya tertutup, menelan kembali kata "kek".

"Untuk apa berdiri disana, buka pintu!"

Hutu mengangguk, maju kedepan, membuka pintu, membiarkan kakek Ningga masuk.

"Paman......Raven dia pergi ke depan beli barang, sebentar lagi akan pulang, anda duduk dulu."

Dia mengambilkan sandal untuk kakek Ningga, mencuci tangan, menuangkan segelas air, karena gugup, gelasnya tumpah kelantai.

"Maaf, maaf, langsung kubersihkan."

Tangan kakinya sedikit berantakan membersihkan meja, kakek malah dengan wajah dingin, berdiri di samping, dengan kejauhan, Hutu masih tetap bisa mendengar dengusan dinginnya.

Wajahnya menjadi lebih panas.

"Tampaknya kamu tidak mendengarkan perkataanku."

Suaranya tidak hangat juga tidak panas, menatapnya dengan dingin.

Tangan Hutu yang membersihkan meja, terhenti, mengangkat kepalanya melihat kakek Ningga, "Aku tidak mengerti, anda sedang mengatakan apa?"

"Katakan syaratmu, mau bagaimana baru bisa meninggalkan Ravn, dia adalah orang yang akan berdiri di puncak, keberadaanmu hanya akan menarik kakinya dari belakang saja, dan juga akan menjadi kelemahan untuk ditertawai."

Perkataannya sampai terakhir, suara kakek sudah lebih berat.

Hutu menarik nafas, tak sadar mengangkat kepalanya, melihat ke arah pintu, Paman Muda kenapa masih belum pulang? Dia tidak bisa menghadapi kakek Ningga.

"Tidak perlu lihat, dia tidak akan begitu cepat kembali, katakan, sebenarnya mau bagaimana?"

Saat berkata, kakek maju ke arah dimana dia berdiri, Hutu tanpa sadar mundur ke belakang.

"Bukankah sangat pintar berbicara? Bukankah sangat banyak cara licik? Kenapa? Sekarang sudah tidak bisa mengatakannya lagi?"

Hutu menunduk, tidak berkata.

Saat Raven menyuruhnya menghadapi kakek, kalau tidak tau bagaimana menghadapinya, diam adalah cara paling baik.

Tapi jelas sekali, kakek harus mendapatkan jawaban hari ini.

"Sudahlah, tau kamu tidak akan pergi, baik, kamu tidak pergi, aku akan mencari cara."

Sampai sini, kakek Ningga berhenti sebentar, mengambil gelas di meja, menyesap sedikit, lalu lanjut lagi.

"Harusnya kamu tau, sekarang semua saham perusahaannya, setengahnya ada di tanganku bukan? Kalau kamu tidak pergi, memaksa untuk bersama dengannya, kalau begitu, aku akan langsung memotong jalan belakangnya."

Hutu dengan cepat mengangkat kepalanya, dengan tak percaya menatap kakek Ningga, jelas sekali ini diluar dugaannya.

"Kakek, kamu mana boleh mempunyai pemikiran seperti ini terhadap Raven, dia adalah anakmu."

Kakek Ningga meliriknya dalam, jelas sekali tatapannya sedikit tajam, berjalan ke jendela di ruang tamu, melihat keluar.

"Kalau menargetkanmu, aku dan dia hanya ada hubungan papa-anak, mungkin akan putus karenamu, kalau begitu, bukankah lebih langsung kalau menargetkannya?"

Setelah mengatakannya, tidak menunggu Hutu membalas, dia berkata lagi, "Kuberi waktu sebulan, pikirkan harus bagaimana. Kalau setelah sebulan, kamu tidak bisa memberiku jawaban, maka jangan salahkan aku."

"Kamu mungkin tidak akan percaya aku akan berbuat seperti itu terhadap anakku, benar, tentunya aku tidak tega, tapi, aku bisa memberinya saham perusahaan, membiarkannya naik ke tempat paling tinggi, aku bisa memberinya uang sangat banyak, tapi, aku bisa ada caraku, membuatnya seumur hidup tidak bisa menyentuh komputer, kamu tau, kalau dia tidak bisa menyentuh komputer, seumur hidup ini, hanya akan digenggam olehku, nantinya mau menghancurkan kalian juga tidak telat."

Kaki Hutu melembek, terjatuh duduk di atas lantai.

Akhirnya dia dan Raven masih terlalu meremehkan kakek.

Ucapan kakek benar, seperti perkataannya, Raven tidak hanya sekali mengatakan kepadanya, kalau kakek ada perbuatan tidak baik terhadapnya, dia akan mencari cara untuk melindunginya.

Tapi mereka malah salah strategi, kakek sama sekali tidak menargetkan dia.

Dia sedang mundur untuk maju, dia tau betul perasaan Hutu terhadap Raven, jadi, kakek ingin membuat Hutu pergi sendiri.

Cara ini, hebat!

Raven yang tidak menyentuh keyboard, seluruh cahaya di hidupnya akan mati semuanya, meskipun sebanyak apapun uang diberikan kepadanya, juga tidak akan bisa tergantikan, keyboard memberikannya sangat banyak perasaan sukses.

Kakek tau tentang ini, Hutu lebih tau!

Novel Terkait

Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Tak Biasa

Cinta Yang Tak Biasa

Wennie
Dimanja
4 tahun yang lalu