Cantik Terlihat Jelek - Bab 601 Putus Hubungan

Hutu mengerutkan keningnya, "Ayah kandung?"

Kata ini terlalu aneh, Raven tiba-tiba menyebutkannya, Hutu seketika merasa linglung.

Setelah beberapa saat, Hutu melanjutkan makan fillet ikan yang ada di tangannya dan menjawab dengan ringan: "Orangnya sudah tiada, apa yang bisa aku rasakan, aku bahkan tidak mengenalnya dan tidak pernah bertemu, aku tidak merasakan apa-apa."

Setelah itu, Hutu berhenti sejenak, kemudian melanjutkan: "Jika benar-benar ingin berbicara tentang perasaan, seharusnya dia tidak melakukan hubungan dengan sembarangan."

Raven menatapnya sambil mengerutkan bibirnya lalu mengangkat sudut bibirnya, kemudian menggosok kepala Hutu, setelah ragu-ragu sejenak, lalu bertanya: "Jika dia masih hidup? Apakah kamu ingin mengenalinya?"

Fillet ikan di tangan Hutu tergelincir di tempat tidur, Hutu menatap Raven sambil bersuara hehe, kemudian mengambil fillet ikan dan menggigitnya, tetapi sudut matanya berkedut dengan jelas,

"Paman muda, apakah kamu bercanda lagi?"

Sebelum nenek meninggal, Hutu masih ingat dengan jelas apa yang nenek katakan padanya.

Jika ayah Hutu masih hidup, bagaimana mungkin Hutu dibiarkan tinggal di rumah Ningga selama bertahun-tahun tanpa bertanya kabar apapun?

Namun, Hutu sangat mengenal Raven, Raven tidak pernah membuat asumsi yang tidak jelas.

Raven melihat kegugupan di mata Hutu, kemudian duduk di samping tempat tidur dan memeluk Hutu ke dalam pelukannya, "Kamu... harus bersiap secara mental, meskipun aku hanya menebak."

Hutu menelan air liurnya, bersiap secara mental?

"Paman muda, nenek bilang dia sudah meninggal, bagaimana mungkin masih hidup?"

Hutu bertanya pada Raven dan bertanya juga pada dirinya sendiri.

Raven menghela nafas dengan pelan, "Aku baru saja mendengar dari orang lain, bahwa ibumu memiliki hubungan dengan pria lain sebelum mengandungmu, jadi aku khawatir, apakah waktu itu terjadi kesalahan."

Tubuh Hutu menjadi tegang, kemudian mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepala secara spontan, "Paman muda, meskipun dia masih ada, jangan beritahu padaku."

Kehidupan Hutu sudah cukup kacau, hatinya sudah tidak bisa lagi menanggung hubungan yang tidak jelas.

Raven menatap Hutu, Raven sangat jelas bahwa ada beberapa hal memang butuh waktu untuk menerimanya.

Selain itu, kejadian waktu itu sudah terlalu lama, hotel yang diinap di tahun itu sudah ditutup dan beberapa informasi penting sudah tidak bisa dicari lagi.

Yang dikhawatirkan adalah memerlukan waktu yang lama untuk menyelidikinya.

Jadi Raven berkata kepada Tutu bahwa dirinya hanya ingin melihat reaksinya.

"Jangan merasa beban, aku tidak akan memaksa apa yang tidak kamu inginkan."

Hutu hanya menjawab "Um".

Hari berikutnya, sebenarnya Hutu ingin keluar dari rumah sakit. Tetapi kata dokter harus menunggu dua hari lagi.

"Paman muda, belikan makanan untukku, pergi ke tempat ini."

Hutu berkata sambil menyerahkan ponselnya ke Raven.

Raven menatapnya dengan manja, "Rakus."

Meskipun berkata seperti itu, Raven tetap bangkit dan berdiri, kemudian menuangkan air untuk Hutu dan menutupinya dengan selimut, "Tidur dulu sebentar, aku akan segera kembali."

Hutu mengangguk.

Raven berbalik dan pergi, tetapi pada saat yang sama saat Raven pergi, Hutu langsung tersenyum.

Pintu yang tertutup, didorong dan terbuka kembali setelah beberapa menit kemudian.

Langkah kaki yang berat dan tidak dikenal, berjalan semakin mendekat.

Hutu tidak bangun dan tidak melakukan gerakan apapun, pandangan matanya hanya menatap papan langit, wajahnya cemberut.

Keadaan di bangsal sangat sunyi, Hutu bahkan bisa mendengar napasnya sendiri dan napas orang yang datang.

Setelah hening sejenak, Hutu berkata, "Meskipun aku mati, aku juga tidak akan meninggalkan Raven. Jika kamu benar-benar ingin memisahkan kami, maka bunuhlah aku!"

Nada suara Hutu sangat dingin, tidak berekspresi, hanya saja matanya terlihat sangat tegas.

Di pagi hari, saat Hutu melakukan tes darah, orang itu memberi sebuah catatan kepadanya, catatan itu ditulis oleh Kakek Ningga, agar Hutu meninggalkan Raven.

Pada saat itu, Hutu sudah tahu dengan jelas apa yang akan dia hadapi.

Terdengar suara bangku diseret, kemudian kakek Ningga duduk di sampingnya.

"Jika kamu mati bisa menyelesaikan masalah, maka aku sudah melakukannya dari dulu."

Suaranya menunjukkan sedikit ketidakberdayaan.

Hutu tidak berbicara.

"Raven sangat menyukaimu, jauh di luar imajinasiku. Aku rasa tidak mudah bagi kalian untuk berpisah."

Ketika mengucapkan kalimat terakhir, Hutu tertegun, dia menoleh dan menatap kakek NIngga, rambut putih sudah mulai terlihat, meskipun kondisi mentalnya masih sama, tetapi dari wajahnya bisa dilihat bahwa ada kelelahan yang tidak ada habisnya.

Hutu bangun dan duduk bersandar di kepala tempat tidur.

"Lalu?"

Hutu sangat jelas bahwa pasti ada sesuatu yang ingin dia katakan.

Kakek Ningga meletakkan tangannya di tepi tempat tidur, lalu berdiri, berjalan ke arah jendela dan membelakanginya, "Biarkan Raven menikah dan punya anak. Kamu bisa bersama dengan dia, tetapi kamu harus menyembunyikan identitasmu dan tidak boleh memiliki anak darinya."

Kata-kata depan, Hutu langsung mendengarnya tanpa banyak berpikir, tetapi kata-kata terakhir, membuat tubuhnya gemetar.

Ini berarti menginginkan Hutu hidup sendiri sampai tua.

"Kamu... Mengapa begitu membenciku? Kakek..."

"Jangan panggil aku kakek!"

Kakek Ningga tiba-tiba menoleh dan berteriak pada Hutu.

Hutu memejamkan mata dan mengangguk, "Baik!"

"Jika hidup Raven hancur, maka itu semua berkat kamu. Kamu tidak akan tahu berapa banyak gosip yang akan dia hadapi jika hubungan kalian berdua dipublikasikan. Kamu selalu mengatakan bahwa kamu mencintainya, tetapi kamu selalu bersikap egois dan menolak untuk pergi darinya."

Kakek berteriak semakin keras padanya.

Karena kemarahannya, urat-urat nadi di leher pun menonjol.

Hutu menatapnya sejenak, kemudian menarik pandangannya kembali dan merenung sejenak, setelah emosinya sedikit stabil, Hutu menjawab kata demi kata:

"Kamu tidak perlu bersikap seperti ini, meskipun aku mati, aku juga tidak akan meninggalkannya."

Belum lama ini, Raven berkata pada Hutu secara langsung bahwa hidup tanpa dirinya akan terasa hambar dan tidak bisa tidur. Jika reputasi hidupnya bisa ditukar dengan Hutu, maka dia lebih memilih hidup bersama Hutu dan pergi ke Taman Bunga bersamanya dan tidak kembali lagi ke kota besar seumur hidupnya.

Saat Raven mengatakan hal ini, Hutu sangat jelas, hati Raven padanya sama dengan hatinya pada Raven.

Cinta mungkin bukan keseluruhan dari hidup, tetapi lucunya, cinta ini bisa membuat orang mengabaikan hidup diri sendiri.

Hutu percaya hal itu.

"Aku sudah menyampaikannya, kamu melakukannya atau tidak, aku memliki cara tersendiri untuk menanggapinya."

Setelah selesai berbicara, kakek itu pergi.

Mendengar suara keras pintu tertutup, Hutu menghela napas dengan kuat, kedua tangannya yang sedang memegang seprai mulai meregang dan telapak tangannya penuh dengan keringat.

Dalam hatinya, Hutu sangat jelas bahwa hubungannya dengan keluarga Ningga tidak bisa bisa lagi kembali membaik.

Hutu hanya merasa bersalah dengan Ibu Ningga yang sudah menjaganya selama bertahun-tahun dan merasa sangat, sangat bersalah di dalam hatinya.

Novel Terkait

My Greget Husband

My Greget Husband

Dio Zheng
Karir
3 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
3 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Wanita Pengganti Idaman William

Wanita Pengganti Idaman William

Jeanne
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu