Cantik Terlihat Jelek - Bab 107 Dalam Keadaan Berbahaya

Hari-hari kedepannya, baik Devan maupun Clover, keduanya akan sangat menderita.

Namun, waktu tidak akan sengaja berhenti karena kesedihan siapapun.

Sembilan bulan kemudian, perusahaan Ningga Group.

“Masalah sepele seperti ini pun tidak mampu diurus lagi?” Devan menyapu semua barang di atas meja ke lantai.

Melihat lantai yang berantakan, Dylan merapatkan bibir, menghela napas dengan berat, setengah tahun ini, adegan ini hampir dipentaskan setiap hari, setelah Sherin meninggal, tingkah laku Devan berubah menjadi tidak stabil, lebih kejam dan ekstrem dibandingkan dulu.

Sedangkan bisnisnya naik setingkat lebih tinggi.

Tapi malah menyengsarakan mereka yang bekerja dengannya, proyek 300-an milyar ini, pihak sana menunjuk dia untuk harus hadir, sampai di dia, malah menjadi hal sepele.

Dylan memungut dokumen di lantai, meletakkan di atas mejanya, menepuk bahunya beberapa kali, berpikir-pikir, akhirnya pun bersuara: "Itu, tante dan om akan pulang besok, menghadiri acara pernikahan kalian ..."

Devan tidak meresponsnya.

Bandara

Felice menarik koper, Ibu Devan merangkul lengan Ayah Devan, saat melihat Devan dan Gabriel, Ibu Devan hampir saja berlari, meraih Devan ke dalam pelukannya.

“Aiyo, Putraku masih saja begitu ganteng.”

“Iya, di dalam matamu hanya ada putramu.” Suara wanita, terdengar dari belakang Felice.

Semua orang membalikkan kepala, langsung terlihat Tifa yang berdiri di belakang Felice, “Tifa, kamu…….bukankah kamu bilang akan tetap di luar negeri? Kenapa….”

Tifa sekilas memelototi Ibu Devan, melangkah maju, menghadap Devan dan memutar mata, “aku pulang bukan karena demi ikut acara pernikahanmu, aku hanya pulang untuk kerja.”

Gabriel melihat wanita di depannya, menarik lengan baju Devan, wajahnya penuh dengan kelembutan, dan memanggil, “Tante, Paman, apa kabar….” Saat pandangannya menatap Felice, jelas tampak sedikit kebingungan, tapi tetap menyapa dengan sopan: “Hai, Nona Felice, sudah lama tak bertemu.”

Mendegar dia begitu menyapa Felice, Ibu Devan terlihat jelas mengerutkan kening.

Gabriel melihat Tifa lagi, “Devan, ini, apakah kamu tidak bermaksud memperkenalkan padaku?”

Devan mengelus kepala Tifa, setelah suatu kejadian di masa lalu, gadis kecil ini selalu bertengkar padanya, selama beberapa tahun ini, dia tidak memanggilnya kakak lagi, Devan tidak menjawab pertanyaan Gabriel, kemudian dia berkata: “Tifa, Dylan ada di luar.”

Dalam mata Tifa, terpintas warna keanehan.

Dia menelan ludah, tidak menghiraukan Devan, tapi mengelilingi Gabriel satu putaran, pandangannya berhenti di wajahnya dalam beberapa detik, kemudian dia membalikkan kepala, melihat Felice: “Tante, bukankah kamu bilang seseorang mencari gadis yang sangat biasa? Melihat penampilannya seperti ini, tampaknya tidak begitu biasa?”

Perkataannya yang bermakna ganda, membuat orang yang ada di tempat itu pada memikirkan sesuatu.

Tante?

Gabriel mendongak, melihat Felice, barulah menyadari, penampilannya itu, memang sedikit mirip dengan Ibu Devan.

Dia memutar kepalanya menatap Devan.

“Devan, Dia……Tante?”

Devan mengeluarkan suara yang kecil hingga sulit terdengar “Ehm”, tidak terlihat ekspresi apapun.

Menyampingkan badan, menyapa dengan Ibu Devan dan Ayah Devan, “Ayah, Ibu, mobil sudah tunggu di luar.” Selesai berkata, berjalan keluar.

“Tante, sebelumnya, Devan tidak mengatakan kepadaku bahwa kamu adalah…maaf,maaf.”

Felice tersenyum ramah padanya, tidak mendekat, juga tidak menjauhinya.

Sampai di rumah.

Ruang kerja

Punggung Felice menyangga ke meja, melihat Devan yang sedang berdiri di jendela, mengetuk-ketuk meja dengan sudut buku, “Katakanlah, kenapa pengantin wanita ganti orang?”

Devan mengetik rokok di tangannya, diam dalam waktu lama, baru memutar kepalanya melihat Felice.

“Ganti orang? Bukankah dari awal memang dia?”

Felice mengerutkan kening

“Mana Sherin itu? Devan, kamu mencintainya, aku bisa melihat….”

“Sudah meninggal!”

“Sudah meninggal?” Felice terkejut tak bisa merespons.

“TOK TOK TOK”, pintu di dorong buka, Gabriel berjalan masuk dengan membawa nampan, “Tante, Devan pernah mengatakan, kamu suka minum teh Pochi, aku buat secangkir untukmu.”

Pandangan Devan jatuh ke cangkir yang diletakkan di atas meja, mengambil handphone di atas meja, “kalian ngobrol, aku pergi perusahaan dulu.”

Saat keluar, melihat Ibu Devan dan Ayah Devan sedang duduk di sofa, dan berbicara dengan Simon, dia juga tidak menyapa, langsung keluar.

Setelah Devan pergi, Felice membawa teh yang dibuatkan oleh Gabriel ke lantai bawah.

Gabriel mungkin juga merasakan, bahwa Felice tidak ingin akrab dengannya, dengan pintar mengatakan pada Ayah Devan dan Ibu Devan, perusahaanya ada urusan, jadi dia juga ikut keluar dengan Devan.

“Felice, apakah kamu merasa, Devan kali ini, sepertinya berubah banyak.”

Pandangan Felice menatap ke pintu, dia teringat, pemandangan saat Devan dan Sherin pergi mencarinya.

“Kak, mungkin putramu mengalami masalah yang tidak bisa dilewatinya.” Selesai berkata, dia mencicipi teh.

Kali ini, Devan menyuruh mereka pulang untuk menghadiri acara pernikahannya, beberapa tetua juga tidak bertanya banyak tentang detailnya.

Ayah dan Ibu Devan mengira pasangannya adalah Gabriel, jadi mereka pun tidak kaget, sedangkan Felice malah mengira adalah Sherin, juga tidak merasa kaget awalnya.

Tapi, tidak sangka….

“hal yang tidak bisa dilewati? Hal apa yang tidak bisa dilewati putraku?”

Simon meletakkan psp di tangannya, mengambil bantal, menutupi wajahnya, mengeluarkan suara yang tersedak: “karena mamaku sudah tidak ada.”

Ayah Devan yang terus tidak berbicara tiba-tiba berkata: “Simon, siapa mamamu?

Ibu Devan menarik bantalnya, dia ingin menanyakan lebih banyak, tapi terlihat wajah Simon penuh dengan air mata, hatinya merasa kasihan, memeluk Simon ke pangkuannya, “Aiyo, ada apa dengan ini? Kenapa kamu menangis seperti ini?”

“Devan, siapa mama dari anak kecil ini? Bawalah dia datang, membuat cucuku begitu sedih....”

Saat Ibu Devan menelepon, Devan sedang duduk di dalam mobil, mendengar ibunya menanyakan Sherin, dalam waktu sesaat, kesakitan menyerbu hati, memisahkan sudut mulutnya yang kering, tenggorokan bergetar, tapi dia tidak bisa mengatakan sepatah kata pun.

“Ibu, dia sudah tidak ada.”

Akhirnya, dia mengatakan beberapa kata ini, diapit menelan ludah

Ibu paling mengerti anaknya, bahkan hanya beberapa kata, Ibu Devan tanggap dalam sekejap.

Dia mematikan telepon, memeluk Simon ke dalam pelukannya, hatinya juga mulai ikut sedih.

Orang yang bisa membuat putra dan cucunya begitu tidak bisa merelakannya, dia benar-benar ingin tahu, siapa dia? Tapi, kenapa sudah meninggal?

Pada 17 November, tanggal kelahiran Clover masih sisa satu hari, acara pernikahan Devan, masih sisa satu hari.

Rumah Sakit Kandungan dan Ginekologi di kota Ciput.

“Yuta, benar-benar sangat maaf, membuat kamu menghabiskan uang lagi.” Berbaring di atas tempat tidur pasien, Clover melihat fasilitas dan dekor mewah yang ada di kamar pasien, dia tahu pasti menghabiskan banyak uang.

Dia tidak pernah berpikir, dia akan kembali ke kota Ciput lagi.

Saat checkup yang masih berjarak sepuluh hari dari tanggal kelahiran, dia terdiagnosis hemoglobinnya hanya ada 52g/L.

Dokter mengatakan karena dia terlalu kurus, menyebabkan anemia parah, sudah timbul gejala-gejala seperti kelelahan, kepanikan, dan sesak di dada.

Novel Terkait

The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu