Cantik Terlihat Jelek - Bab 75 Yuta, Maaf

Bab 75 Yuta, Maaf

Sherin menutupi dahinya, seketika agak tidak tahu mau bagaimana, wanita itu melihat Yuta terdiam lama sekali, baru lah membuka mulut, “Yuta, maaf.”

“Aku tidak mau kamu bilang maaf, Sherin, kamu tidak boleh seperti ini terhadapku, Sherin kamu lihat, aku sudah mencintaimu 8 tahun, kamu dan Devan baru kenal berapa lama, di antara kalian, apa mungkin bisa ada cinta sejati….. aku tidak percaya! Sherin, demi dirimu, aku merelakan semuanya, sungguh…..”

Sherin mengangkat kepala, terkejut memandang Yuta, dibanding sewaktu masih SMA, laki-laki itu terlihat jelas sudah lebih mempesona, kalau sebelum pergi ke pulau itu dia terlebih dahulu bertemu dengan laki-laki ini, dia berpikir, saat ini laki-laki itu juga berkata demi dirinya merelakan apapun.

Wanita itu, meski tidak menerima, tapi, suatu hari kemudian saat wanita itu mau mencari seseorang untuk menikah, wanita itu pun mungkin bisa terlebih dahulu mempertimbangkan laki-laki di hadapannya ini.

Setidaknya, tahu akar, tahu dasar; setidaknya, selama bertahun-tahun ini, sudah bisa mengetes seseorang; setidaknya, kalau hanya mencari seseorang untuk menikah, kalau memang mau berpetualang, tidak perlu curiga, resiko laki-laki ini sangat rendah.

Tapi….. di dunia ini tidak ada kalau.

Wanita itu sudah menyukai Devan, sudah mencintai tanpa keraguan lagi.

Wanita itu berputar membalik badan terhadap Yuta, duduk kembali ke atas sofa, menghirup nafas dalam-dalam, “Devan di saat aku tidak cantik, dengan sifat tidak menyenangkan, dalam beragam kondisi yang kacau sudah menyukai diriku. Yuta, aku bukan lah seorang wanita yang haus akan kekayaan dan kehormatan, kalau aku tidak ada perasaan terhadap Devan, bagaimana pun baiknya latar belakang keluarga Devan, aku juga tidak akan memberinya sedikit peluang pun, hal yang dilakukan laki-laki itu yang membuatku tersentuh adalah laki-laki itu tidak pernah menggunakan uang untuk membuat hatiku tersentuh, seperti yang kamu ketahui tentang kakak sepupumu, kamu merasa dia terhadapku, apa hanya cuma main-main saja? Watak laki-laki itu, kamu tidak mungkin tidak jelas sedikit pun? Jadi, kita ini sungguh-sungguh!”

Yuta sangat ingin membantah, tapi, apa yang dikatakan Sherin itu tidak salah, Devan orang itu terlahir dengan sangat baik, dari kecil sampai besar yang ada hanya orang berputar mengelilinginya, hanya ada orang lain yang mengikuti kehendaknya….

Tapi, terhadap Sherin laki-laki itu terlihat jelas tidak sama……

Dan suasana seperti kemarin itu, laki-laki itu bisa mempercayai Sherin, bisa setelah kejadian, di saat pertama menyempatkan diri ke sana menghibur wanita itu.

Dia adalah seorang laki-laki, dia tahu apa maksudnya…..

Berpikir sampai sini, dia seutuhnya duduk terpaku di sofa, percintaan ini belum dimulai, sudah ditakdirkan untuk berakhir kah?”

Laki-laki itu pernah mengatakan, mau mempertaruhkan apa saja, untuk mendapatkan diri dan hati wanita ini, tapi?

Laki-laki itu mau melangkahkan kaki masuk pun tidak ada kesempatan lagi.

Laki-laki itu menutup mata, membuka mata lagi, perlahan berdiri.

“Yuta……” Jiwa laki-laki yang dingin kesepian itu, membuat perasaan di hati Sherin sangat tidak enak sekali, meski mengatakan tidak bisa memberikan laki-laki itu cinta, tapi keakraban yang diberikan laki-laki ini juga tidak bisa diabaikan, Sherin hari ini bisa mengatakan hal ini begitu jelas karena dia tidak ingin menunda-nunda lagi dan membiarkan laki-laki itu terjerumus semakin dalam saja.

Langkah kaki Yuta terhenti sejenak, dengan sekejap menjulurkan tangan memeluk Sherin dengan erat ke dalam pelukan.

Setelah berpikir-pikir dalam-dalam…….

Laki-laki itu melepaskan wanita itu, menepuk-nepuk di atas pundak wanita itu, “Tidak apa-apa, kita masih bersahabat!”

“Sungguh ? Kamu, tidak akan marah padaku kan?” Sherin sedikit tak sabaran bertanya.

Teringat sebelumnya, setelah menolak Andrew, selama ini mereka pun tidak pernah kontak lagi.

Makna yang diberikan oleh Yuta dan Andrew tidak lah sama, jadi, wanita itu sungguh tidak ingin kehilangan laki-laki itu.

Melihat ketidak sabaran wanita itu di matanya, Yuta kembali menarik wanita itu masuk ke dalam pelukannya, di tempat yang tidak terlihat oleh Sherin, air mata menetes, perlahan terjatuh ke punggung tangannya, dan terjatuh lagi ke lantai.

“Di kemudian hari, aku adalah orang dekatmu, kalau laki-laki itu mempersulit kamu, aku akan bertarung dengannya.”

Laki-laki itu masih saja dengan nada bergurau, membuat Sherin seketika menjadi lega, wanita itu balik memeluk laki-laki itu, “Kak…” Wanita itu memanggilnya. Yuta terdiam sejenak, mendorong melepaskan dirinya, membelokkan badan pergi ke ruang makan, mengambil sebuah bakpao, mengunyahnya segigit, menutupi kekecewaan dalam matanya, membuka mulut berkata, “Lupakan, jangan sembarangan memanggil, kamu sudah jadi tante-tante begitu, masa panggil aku kakak?”

Nada gurau laki-laki itu, akhirnya membuat hati Sherin yang terangkat itu terjatuh ke bawah.

“Berencana bagaimana menghadapi Gabriel wanita murahan itu?”

“Kamu seharusnya panggil dia kakak ipar ya?” Wanita itu berkata, mengambil susu kedelai dan minum seteguk.

“Panggil dia kakak ipar, lalu kamu apa?”

Sherin melirik mata ke atas.

“Setelah lebaran tahun baru China, berhentilah bekerja di sana, bekerja di tempatku saja”

Berhenti? Sherin terlihat jelas terdiam sejenak, benar juga, kenapa tidak terpikir oleh wanita itu, Gabriel wanita mengerikan itu, sepertinya sudah ada pikiran jahat terhadapnya, jika wanita itu bekerja di bawah tangannya lagi, tidak dipersulit oleh Gabriel itu aneh.

“Em, nanti bahas lagi deh!” Wanita itu menghirup nafas, “Besok sudah malam tahun baru China, kamu seharusnya pulang kumpul keluarga kan?”

Yuta mengangguk, “Em, Ibuku hari ini sepertinya terus menerus mendesak, aku khawatir denganmu, ke sini jenguk kamu.”

Memikirkan ini, Yuta balik bertanya, “Besok kamu sendiri gimana?”

“Aku….” Sherin membalikkan badan, merapikan barang di atas meja dan membuangnya ke tong sampah, menghirup-hirup nafas, “Besok lihat-lihat lagi deh…. mungkin merayakannya bersama Simon.”

Mungkin….. merayakan seorang diri.

Walaupun sudah mempersiapkan dengan baik, saat memikirkan ini, dalam hatinya masih tidak bisa menghindari kesedihan yang tidak terduga.

Di rumah sakit

“Ma, kamu telpon Devan, dia baik-baik saja tidak? semalam dia pergi lalu tidak kembali lagi, dia pasti sudah pergi ke rumah wanita murahan itu.” Gabriel berkata, menutup selimut menangis dengan sedihnya.

Ibu Gabriel memberikan apel yang sudah dikupas itu ke Gabriel, namun tangan Gabriel sekali melambai, membuat itu terjatuh ke lantai.

“Sekarang ini aku mana bisa makan?” Usai mengatakan Gabriel menarik selimut menutupi sampai ke atas kepalanya, memasukkan lengan bajunya ke dalam mulut tidak berhenti-henti merobek-robek.

“Gabriel, kamu lepaskan saja dia” Suara lembut dibatasi oleh selimut dari luar menyebar ke dalam.

Gabriel terlihat jelas terkejut, menarik selimut ke bawah, menonjolkan kepala, wanita itu melihat ibunya, menghelakan nafas besar berkata: “Atas dasar apa aku melepaskannya? Mati pun aku tidak akan melepaskannya, laki-laki itu bukannya mau main wanita di luar kan? Boleh saja, aku akan membiarkannya, setelah cukup bermainnya, laki-laki itu dengan sendirinya akan balik ke sisiku lagi.” Wanita itu dengan perlahan-lahan berkata, memandang ke depan, ekspresi wajahnya membuat pisau di tangan ibu Gabriel terjatuh ke lantai, mengeluarkan suara “Ting”.

Wanita itu berjalan dua langkah ke belakang, air matanya berlinang, anak perempuannya seperti ini sekarang, sama persis dengan dirinya 20 tahun yang lalu.

Wanita itu dulu juga bukannya pernah berpikir seperti ini, tapi? Tapi, setelah menunggu bertahun-tahun, apa yang dia dapatkan? Setelah menunggu wanita satu pergi, datang lagi wanita lain…….

“Kamu lihat ayahmu, pernah sadar kah?” Membungkukkan badan memungut pisau buah di atas lantai, jiwanya kesepian.

“Ayah mana bisa dibandingkan dengan Devan, terhadap percintaan Devan sangat setia.” Gabriel secara reflek meninggikan suaranya.

Namun Ibu Gabriel tidak bergerak memandanginya tajam, berpikir lama sekali, baru membuka mulut berkata, “Sayang kamu tunggu itu, lebih tidak ada gunanya lagi.” Usai mengatakan, mengambil tas di samping, membelokkan badan, berjalan ke arah pintu.

“Ma... apa kamu tidak bisa menemaniku berbincang lebih lama lagi?”

Ibu Gabriel membalikkan badan, melihat Gabriel, “Gabriel, kalau bukan milikmu, lepaskanlah, suatu hal yang didapat dengan menghalalkan segala cara, tidak akan membuatmu bahagia.”

Dirinya, adalah contoh hidup.

Kali ini usai berkata, Ibu Gabriel keluar dari kamar pasien tanpa menoleh sedikit pun.

Hanya saja, kata-kata ibunya tidak masuk ke telinga Gabriel.

Dia mengambil handphone dari bawah bantal, berpikir dan berpikir, mengirim pesan whatsapp ke Devan.

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
5 tahun yang lalu