Cantik Terlihat Jelek - Bab 494 Raven

Weni melihat raut mukanya tidak seperti sedang berbohong, baru kemudian menarik nafas.

Jika Weni tidak salah menebak, meskipun selama beberapa tahun ini ia tidak banyak bertanya mengenai masalah diantara Hutu dan Raven dan Raven juga selalu menghindari pertanyaan ini, mereka seharusnya sudah bersama-sama sejak kuliah. Dapat bertahan selama ini jika bukanlah benar-benar saling mencintai maka tidak ada alasan yang bisa menjelaskannya lagi.

Tetapi, bila dipikir dengan etika yang benar, hubungan seperti itu benar-benar tidak dapat dibayangkan olehnya masa depan seperti apa yang keduanya akan alami.

Memikirkan tentang hal ini anehnya membuatnya sedikit sedih. Bertanya pada dunia apakah cinta itu, sebuah hal yang saling berhubungan satu dengan yang satunya, tidak dapat menghindari dan tidak dapat melarikan diri.

Terdiam sejenak Weni baru membuka mulut: “Bima, kita semua adalah orang dewasa, masalah kemarin malam, sudah lewat, lupakan saja. Jangan kuatir, aku tidak akan menaruhnya didalam hati.”

Ia percaya takdir itu ada, karena itu ia tidak akan memaksakannya, jika memang berjodoh, bagaimanapun juga semuanya akan berjalan secara natural, jika tidak berjodoh, dipaksakan dengan cara apapun juga tidak akan menjadi manis. Karena itu, biarlah!

Jika ia menggunakan masalah ini untuk menahan Bima, maka pengalaman hidup Kiki pasti lebih terjamin dibandingkan ini.

Mendorong pintu dan turun dari mobil, Weni dengan cepat berjalan kearah lift.

“Weni, berhenti!” suara rendah mendadak terdengar mengagetkan Weni, ia menoleh kebelakang, bertatap mata dengan sebuah muka tampan yang tampak samar dan sepasang sorotan mata yang menatapnya dalam, membuat kakinya seketika kehilangan kekuatan.

Tidak dapat dipungkiri, rupa Bima yang sedang marah membuatnya sedikit takut.

Kemudian ia tiba-tiba teringat, dirinya tidak memiliki alasan untuk takut seperti kepada Bima, dipikir-pikir ia pun menegakkan badannya dan menghadap kearah Bima sambil berkata: “Direktur Bima ada perlu apakah?”

“Malam aku akan menjemputmu!”

Langkah kaki Weni melambat, seakan-akan terbebani beban yang berat yang membuatnya tidak dapat melangkah lagi, perlahan ia membalik badannya dan berkata dengan pelan, “Tidak perlu!”

Kamu tidak perlu merasa bersalah hanya karena masalah kemarin malam.

Kamu tidak perlu berusaha untuk memperbaiki kesalahan, seperti menghibur pasangan.

Dia, tidak memerlukan rasa bersalah dan perbaikan yang seperti ini.

Kembali kedalam kantor dan duduk diatas kusi, kepala Weni masih saja pusing.

Seketika hubungannya dengan Bima menjadi seperti ini bukanlah dalam ekspetasinya.

Weni pikir Bima hanyalah berbicara saja, hanya untuk sekedar terlihat saja, karena itu ia pun tidak menaruh kata-katanya kedalam hati.

Setelah memperbaiki suasana hatinya, ia tidak lagi memiliki mood untuk makan, langsung mengganti pakaiannya dan masuk kedalam ruang lab.

Weni tidak ada hentinya sibuk hingga jam 4 sore dan keluar dari ruangan lab, setelah keluar tiba-tiba yang diatas kembali berbicara, ada analisis farmasi mendesak yang perlu untuk ditulis dengan segera, sibuk berputar seperti ini hingga hampir jam 9 malam.

Saat bayangan tubuh Bima muncul diarea Department Penelitian dan Pengembangan, Weni dan yang lainnya sama-sama terkejut.

Akhir-akhir ini perusahaan sangat sibuk, lembur adalah hal yang biasa.

Setelah ragu sejenak, mereka kembali sibuk, ada yang menuangkan air, ada yang memindahkan kursi, asisten yang cantik itu bahkan lebih berlebihan, ia membungkuk didepan Bima hanya kurang langsung memberikan pelukan kepadanya saja.

Setelah menerima segala perhatian ini, Bima melihat kearah Weni dan berkata: “Weni, apakah kita bisa pulang sekarang?”

Kemudian, seketika seluruh pandangan mata tertuju kepada Weni, dilanjutkan dengan sebuah pandangan dari tidak mengerti menjadi sebuah pandangan yang mengerti.

Memberikan mereka sebuah ekspresi terkejut, Weni menelan ludah kemudian mengambil tasnya yang berada diatas meja sambil menganggukkan kepala, “Mari kita pergi!”

“Bagaimana bisa kamu mengenal orang-orang diperusahaan dengan sangat baik?” saat keluar dari perusahaan, Weni akhirnya tidak dapat menahan diri untuk menanyakan hal ini.

Bima melihat kearahnya, merenung sejenak, matanya terlihat bersinar dan berkata: “Sering datang kemari untuk urusan bisnis.”

“Oh!”

Dilanjutkan dengan keheningan disepanjang jalan.

Sesampainya dirumah.

Bima langsung menuju kelantai atas, kebiasaan sehari-harinya, setelah sampai dirumah jika tidak ada urusan atau sesuatu yang penting, pasti akan langsung mandi.

Weni juga ikut naik kelantai atas, melihat Kiki sudah tertidur.

Karena ia tidak makan siang maupun makan malam, perutnya benar-benar kelaparan. Setelah mencuci tangan, ia berpikir sejenak, memutar badannya kebelakang dan turun menuju ke dapur dibawah.

Karena tinggal dibawah rumah orang lain, ia pun sedikit banyak harus menahan diri. Meskipun suami-istri keluarga Bai selama ini sangatlah baik kepadanya.

Tetapi, ia tetap merasa diri sendiri tidak boleh terlalu bebas.

Setelah sampai diruang makan, ia melihat kearah kanan-kiri, berpikir sejenak, kemudian mengambil sayur-sayuran yang tersisa dan juga nasi yang sudah dingin menjadi satu, kemudian menaruhnya kedalam microwave untuk dipanaskan.

Setelah itu ia mengambil sebuah buku dari dalam tas nya dan menaruhnya diatas meja makan, kemudian baru duduk diatas kursi.

Cahaya lampu kekuningan itu menyala, Bima berdiri di serambi pintu masuk, melihat kearah tumpang tindih antara bayangan dan cahaya lampu itu. Seorang wanita dengan wajah putih pucat, dengan napas yang agak sedikit berat, berat seolah-olah lehernya tercekik oleh seseorang.

Ditambah dengan satu tahun lebih berada diluar negeri yang dilewatinya hidup bersama wanita itu, ini adalah pertama kalinya ia melihat wanita itu dengan begitu detailnya.

Dalam ingatannya, selama ini Weni adalah wanita yang setiap saat dapat terabaikan, saat dimana mereka tinggal bersama juga seperti itu, sangat diam dan tenang.

Saat diam hingga, sering kali, ia melupakan keberadaanya.

“Apa yang sedang kau lakukan?”

Pandangan mata Weni beralih dari buku kearah Bima yang berada beberapa langkah darinya, terdiam sejenak kemudian membalik bukunya meletakkannya diatas meja makan dan berdiri, agak sedikit canggung.

Weni menunjuk kearah belakang tubuhnya, “Aku…… Aku agak sedikit lapar, aku melihat masih ada sisa nasi dan sayur-sayuran, aku berencana untuk memanaskan sedikit dari itu dan memakannya.”

Selesai menjawabnya, dengan sedikit gugup ia melihat kearaha Bima, “Ini pertama kalinya!”

Tidak tahu bagaimana, setelah kalimat ini keluar, mata Weni mendadak menjadi pedas dan tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang akan keluar dari ujung matanya.

Disaat ini makanan yang dipanaskan didalam microwave sudah selsai, Weni sedikit panik membalik badannya dan mengeluarkan makanan yang dipanaskannya dari dalam microwave, meletakkannya diatas meja.

Bima memperhatikan setiap gerak-gerik dan ekspresi muka Weni secara detail, ia melihat kearah mangkok yang berada didalam tangan Weni dan mengerutkan alisnya.

Pandangan matanya jatuh kedalam nasi dan sayuran berantakan bercampur menjadi satu yang berada didalam mangkok itu, Bima menarik nafas dalam, dalam hatinya tiba-tiba muncul suatu emosi yang tidak dapat dijelaskan, benar-benar membuatnya tidak nyaman.

Bayangan sosok tubuh yang tinggi itu bergerak, berjalan dengan langkah besar kearah Weni.

Mengulurkan tangannya untuk mengambil mangkok keramik berukiran bunga berisi makanan yang berada ditangan Weni itu, “Bang” dengan sekali hentakan membuang mangkok itu keatas meja.

Novel Terkait

Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
3 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
Demanding Husband

Demanding Husband

Marshall
CEO
4 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Rahasia Istriku

Rahasia Istriku

Mahardika
Cerpen
4 tahun yang lalu
Kakak iparku Sangat menggoda

Kakak iparku Sangat menggoda

Santa
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu