Cantik Terlihat Jelek - Bab 463 Melepas

Bima menggerakan bahunya dan berkata, "Aku sudah bertekad, ibu, tolong membantu aku membujuk ayah!" Sambil berkata, Bima membawa bola basket dan keluar dari rumah.

Ada kegunaan apa sekolah bagus itu? Tanpa Suya, sekolah sudah menjadi tidak berarti.

Hari kembali ke sekolah.

Ketika melihat orang yang duduk satu meja dengannya, Suya menutupi mulutnya dengan kaget, Tuhan, orang yang sedang menundukkan kepalanya bermain ponsel itu Bima.

Suya mengerutkan alisnya dan mengetuk meja Bima, "Kamu.... mengapa bisa begitu kebetulan, kamu.... mengapa kamu lagi?" Tuhan!

Selama SD mereka duduk satu meja beberapa tahun, meskipun Bima lumayan baik dengannya, Bima sering mengejek Suya dan 'ikut campur' dengan urusannya, hal ini membuat Suya menjadi musuh umum para gadis di sekolah, membayangkan saja bisa tahu seberapa sakit perasaan itu.

Suya mengira dirinya sudah aman pada saat SMP, tetapi mengapa.... Suya merasa tuhan pasti sedang mempermainkannya, kalau tidak, daerah Ciput begitu besar, mengapa bisa....

Bima meletakkan ponselnya ke dalam saku dan menjawab dengan nada suara datar, "Aku juga merasa kamu terlalu beruntung!" Setelah berkata, Bima berdiri dan keluar dari kelas tanpa menoleh ke belakang.

Suya melihat bayangan belakang Bima yang agak gemetaran dan berpikir, apakah Bima harus marah sampai begitu ketika dia duduk satu meja dengan Suya?

Mereka pun terus berantem dan bersama sampai tamat SMP.

"Bima.."

"Ibu, kalau kamu mau membicarakan tentang masalah sekolah, tidak perlu lagi, kamu juga tahu personalitas aku, aku akan bersikap keras kepala!" Bima tahu dia tidak boleh berbicara seperti itu dengan ibunya, tetapi Bima tidak akan mau menuruti keinginan mereka, dia takut rencananya akan gagal.

"Bima, kamu beri tahu ibu, apakah kamu menyukai gadis bernama Suya itu? Katakan kepada ibu!" Bima bertanya dengan nada suara serius.

Bima melamun sejenak, menyukai?

Seharusnya tidak! Biasanya kalau menyukai seorang gadis, bukannya para lelaki pasti memilki pemikiran di bidang ranjang terhadapnya?

Bima menundukkan kepalanya dan berpikir sejenak, tidak ada, dia benar-benar tidak pernah berpikir seperti itu, berarti dia tidak menyukai Suya!

"Ibu, tidak!" Bima menjawab dengan pasti, hal ini membuat ekspresi ibu Bima menjadi agak lembut.

"Baik, kalau bukan, ibu tidak akan berkata apa-apa lagi, ibu akan membantu kamu!" Ibu Bima hanya memiliki satu anak putra, tentu saja dia sangat menyayanginya.

Dan begitulah, Bima menjadi teman satu meja dengan Suya sekali lagi.

Tetapi kali itu.

Ketepatan waktu Bima membuat semuanya menjadi sebuah kebetulan.

Tempat duduk di dalam kelas ditetapkan dengan cara undian, hasilnya, Bima tetap duduk satu meja dengan Suya, tentu saja, semua ini sudah diatur oleh Bima.

Hanya saja.......

Ketika melihat Suya kaget sampai mulutnya terbuka, suasana hati Bima tiba-tiba menjadi bagus.

"Apakah.... tidak terlalu kebetulan,, kita duduk satu meja lagi?"

Ada beberapa masalah, seiring waktu berjalan akan menjadi kebiasaan, contohnya keberadaan Bima sekarang, tidak tahu sejak kapan, Suya sudah menganggap keberadaan dia itu merupakan sebuah kebiasaan.

Waktu itu, Suya menganggap Bima sebagai teman terbaiknya.

Sementara Bima malah menolak Suya dengan alis mengerut dan menyerang Suya duluan, "Suya, kamu jangan jatuh cinta kepada aku ya, aku tidak berminat dengan wanita" Suya mengerutkan alisnya dan melihat ke Biam dengan ekspresi tidak percaya, "Kamu... kamu.."

"Kamu apa kamu, aku hanya bercanda, mengapa kamu begitu kaget? Sekarang sudah zaman apa, bukannya normal? Tetapi, jangan berkata dengan orang lain dlu!" Bima langsung memotong kata-kata yang mau Suya ucapkan selanjutnya.

Ada beberapa orang memang begitu!

Ada beberapa takdir juga bisa membuat orang saling kehilangan dalam waktu sejenak!

Sementara sekali kehilangan, tidak akan bisa memiliki lagi selamanya!

Kalau waktu bisa berputar balik, waktu itu Bima pasti tidak akan berkata seperti itu.

Bima yang percaya diri pernah menganggap, di dunia ini, selain dia, tidak akan ada yang bisa begitu mengerti dan baik terhadap Suya lagi!

Bima terus berpikir, tunggu waktu tepat sudah sampai, dia akan menyatakan perasaannya terhadap Suya.

Jadi, Bima pun kembali dari luar negeri.

Tetapi Bima lupa, cinta tidak harus meminta orang itu harus baik terhadapnya.

Bima merasa panik ketika dia melihat kecewa di dalam tatapan Suya,

"Suya, jangan-jangan kamu jatuh cinta kepadanya?" Bima setengah mengejek dan setengah bercanda.

Kemudian Bima menatap ke mata Suya dan merasa takut akan mendapat jawaban yang dia takuti.

"Mana mungkin? Gila ya!" Suya menjawab dengan cepat, tetapi... Bima tahu, Suya mungkin saja!

Karena Bima melihat perasaan malu dan manja di mata Suya, dia tidak pernah melihat perasaan seperti ini di mata Suya sebelumnya, Bima selamanya tidak akan bisa melupakan perasaan dunia hancur pada waktu itu, Bima merasa sangat menyesal.

Suya, sudah jatuh cinta!

Tetapi orang yang Suya cintai bukan dia!

Suya terluka dan merasa sakit......

Tetapi bukan demi dia!

Apakah masih ada hal yang lebih menyakitkan daripada ini? Tidak, Bima tahu, setelah itu di dalam kehidupan dia tidak akan ada cinta lagi.

Suya sangat jarang menangis, paling tidak, di dalam waktu 10 tahun selama Bima mengenalnya, Bima sangat jarang melihat Suya menangis, tetapi karena pria itu, Suya menangis di depan Bima yang terus memarahinya dari dulu........

Dia menangis sekali dan sekali lagi!

Melihat Suya bisa melakukan apa pun demi Eren, melihat Suya tidak peduli dengan apa pun, bahkan menyerahkan semuanya kepada Eren......

Saat itu, Bima pun sudah sangat mengerti, dirinya sudah kalah saat belum memasuki perannya selamanya.

Bima memberikan semua tabungan dia kepada Suya, Bima bahkan berharap Suya bisa merasa bersalah di masa depan karena hal ini dan jatuh cinta kepadanya, tetapi, Bima salah.

Bima takut dia tidak bisa mengontrol diri, sehingga dia keluar negeri lagi, tetapi tidak menyangka, dia akan ertemu dengan Suya lagi pada hari Suya baikan dengan Eren.

Di kehidupan ini, yang paling menyakitkan untuk Bima adalah menemani Suya menyaksikan cinta dan kebencian antara Suya dan Eren.

Tetapi yang paling membahagiakan adalah melihat Suya sedang merajuk sementara orang itu sedang tertawa.

Eren bisa memberi Suya hal yang Bima selamanya tidak bisa memberi.

Bima terus mencintai Suya dari tahun ke tahun tanpa ada jalan mundur, mungkin ini adalah contoh dari kalimat 'tidak melakukan tapi juga tidak berhenti'

Suya, aku mendoakan kamu akan bahagia, kamu adalah orang yang membuat aku mengerti mencintai seseorang, selain mendapatkan dia, juga bisa melepaskan dia.

Novel Terkait

Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Ten Years

Ten Years

Vivian
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
5 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu